Hadiah untuk Istri

1.9K 128 1
                                    


POV Yanti

Siang hari itu, ponsel Ipul kembali berbunyi. Semula dia kira itu telepon dari Ibunya lagi yang sudah beberapa kali ini diabaikannya.

Sengaja Ipul lakukan itu karena ia sungguh malas berdebat dengan sang ibu yang keras hati. Ia ingin merasakan jadi diri sendiri setelah nyaris seumur hidupnya ia serahkan kendali pada sang Ibu tercinta. Apa yang salah jika sekarang Ipul ingin menikmati bahagia bersama anak istrinya?

Ponselnya kembali berbunyi, kali ini Ipul tergerak untuk melihat siapa kiranya yang menelepon. Dan ternyata telepon tersebut masuk dari nomor tak dikenal.

Ragu, tapi akhirnya diangkatnya juga.

Setelah selesai bicara dengan si penelepon yang ternyata adalah dari pihak Bank, wajah Ipul berubah sumringah.

"Dek, Dek, kemari sebentar, Dek...." panggil Ipul pada Yanti istrinya.

"Sebentar, Bang, ini Adek masih mixer adonan." Yanti menjawab dari luar kamar. Andai saja kakinya ini sudah sembuh benar, tentu sudah berlari ia menghampiri istri tercintanya itu lalu melompat-lompat gembira seperti orang gila.

Kakinya yang patah sudah hampir sembuh, hanya saja rasa ngilu masih datang sesekali sehingga ia menggunakan kruk sebagai alat bantu jalan untuk sementara waktu ini.

"Ada apa, Bang?" Yanti muncul di muka pintu sepuluh menit kemudian.

"Kemarilah, Sayang," Ipul menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Meminta Yanti duduk di situ.

"Dek, tadi orang Bank telepon. Besok kita diminta datang ke sana untuk akad kredit rumah kita," jelas Ipul dengan penuh semangat.

Wajah Yanti pun segera dipenuhi rona bahagia mendengar perkataan suaminya. "Iya gitu, Bang? Jadi kita akan segera punya rumah sendiri?" tanya Yanti.

"Iya, Sayang. Maafkan Abang, seharusnya sejak dulu Abang memberimu kebahagiaan seperti ini." Raut muka Ipul tiba-tiba sendu. Hatinya kembali diliputi penyesalan akan sikapnya di masa silam.

"Sudahlah, Bang. Jangan diungkit lagi. Adek sudah memaafkan Abang. Asalkan Abang berjanji tak akan mengulangi lagi." Yanti berkata sambil membelai lengan suaminya yang kekar.

***

Yanti memboncengi Ipul dengan meminjam motor Wiwin ketika mereka pergi menuju ke Bank.

Setelah proses akad kredit selesai dilakukan, keduanya memutuskan untuk datang ke rumah kontrakan mereka dulu guna mengambil sisa pakaian dan beberapa barang-barang milik Ipul yang tertinggal.

"Wah, sudah akur lagi nih, alhamdulillah...." celetuk Bu Teti, salah satu tetangga mereka yang dulu menjadi saksi dalam aksi pelabrakan Yanti oleh Ibu mertuanya.

Ipul tersenyum malu pada tetangganya itu. Beberapa tetangga lainnya yang kebetulan ada melihat Ipul dan Yanti kembali bersama-sama pun ada yang tersenyum-senyum menggoda, ada pula yang acuh.

"Kenapa itu kakinya, Pul?" Bu Imar, yang juga merupakan salah satu saksi kejadian pagi memalukan itu melempar tanya. Penasaran dengan kaki Ipul yang di gips.

"Bang Ipul mengalami kecelakaan seminggu yang lalu, Bu Imar." Yanti mewakili suaminya menjawab.

"Oalah, kok bisa?" ucap Bu Imar lagi.

"Ya, namanya juga kecelakaan, Bu." Yanti menyahut.

Ipul pamit pada Yanti untuk masuk ke dalam terlebih dahulu guna mengemasi barang-barangnya. Yanti melanjutkan berbincang dengan para tetangganya.

"Yan, itu si nenek lampir gimana? Masih suka jahatin kamu, gak?" Bu Teti bertanya soal Bu Ros, ibu mertua Yanti.

Mendengar istilah yang dipakai Bu Teti untuk menyebut ibu mertuanya itu, Yanti pun tersenyum geli.

"Saya kurang tau kabar beliau, Bu. Sudah jarang ketemu," jawabnya.

"Kamu jangan diem aja ya kalau dia kaya gitu lagi. Ngelawan aja seperti kemarin. Ihh amit-amit, semoga si Nina gak dapet mertua kaya si nenek lampir!" Bu Imar berkata sambil bergidik ngeri. Nina adalah anak gadisnya.

Lagi-lagi Yanti hanya tersenyum geli melihat reaksi para tetangganya yang kepo tapi baik hati itu.

Tak lama, Ipul pun keluar. Yanti buru-buru menyongsong suaminya dan menyambut beberapa barang yang ditenteng Ipul dengan kepayahan.

"Hati-hati, Bang, jalannya."

"Iya Dek, makasih ya," sahut Ipul. Keduanya melangkah ke motor yang terparkir.

"Sudah siap, Bang?" Yanti bertanya dari balik kemudi motor. "Iya, Dek, sudah."

Tinn ... tinn ... tinn!

Baru saja hendak melajukan motornya, Yanti dikejutkan dengan suara nyaring klakson mobil dari arah belakang.

Penasaran, ia pun menoleh. Ipul ikut menoleh, para tetangga juga menoleh.

Sebuah mobil sedan berwarna hitam, yang sepertinya Yanti pernah lihat entah di mana.

"Jalan saja terus, Dek." Perintah Ipul.

"Kenapa, Bang?" Yanti bertanya.

"Sudah jalan aja terus, ayo Dek." Suara Ipul yang tergesa justru membuat Yanti penasaran. Apa suaminya ini kenal dengan pengendara mobil tersebut.

"Ayo, Dek..., itu Ibuku...!" Desak Ipul pada istrinya. Belum sempat otak Yanti mencerna ucapan sang suami, sudah terdengar lantang suara seseorang yang amat dikenalnya.

"Ipuuulll ...! Tunggu ...!"

"Bang, itu ibumu, Bang!" seru Yanti mulai ikut panik.

"Iya, Dek. Makanya Abang minta cepat kamu gas motornya. Kita pergi dari sini sebelum Ibu mengejar kita, Yanti!" Ipul membalas sembari kepalanya menoleh ke belakang berkali-kali.

***

KUPULANGKAN SUAMIKU PADA IBUNYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang