Haruskah senyum?

1 0 0
                                    

Itu Senyum Terhebat, Mah
__________________________

Aku yang selalu terpaku
Pada teras langit kali ini
Semoga piawai kubangun lagi ruang syair
Tanpa harus memejamkan mata lebih lama
Untuk menjemput rasa yang telah jatuh dan jauh tenggelam

Dan di sana, di penghujung selatan
Adalah sisi yang memperhatikan peran matahari dan bulan
Melintas meski tiada segagah zirah dari para krustasea
Berpijar walau tak seindah binar-binar dari mata para mutiara

Kamu yang sedang mencari kata
Kuharap, tiada kau selami lagi kehangatan yang melintir
Melena di sebalik napas yang nian elok menyelir
Meski kerap tersengat rasa, dari setiap abai yang menyudutkanmu, nan senantiasa datang bergilir dalam imaji lalu menjadi selimut yang susah kau hempaskan

Aku melihat noda di lamun yang paling dingin
Yang masih membeku di sepanjang musim hujan
Semoga bukan riang noda terpiara yang selalu abadi padamu, Mah
Melainkan bisa turut pudar terbilas siraman iman

Tiada pernah kupinta dirimu untuk melangkah mendatangi milliyaran angan untukku, yang meski telah terpilin rapi menjadi bekalmu di waktu senggang

Tiada pernah inginku mampir dengan membawa vonis latar belakang cemburu
Hanya pemerhatimu sepanjang usiamu, Mah 
Juga pemerhati senyum keimanan milikmu yang selalu dicemburui barisan gagah para bidadari

Jagalah itu, senyuman terhebatmu, Mah

Ka Nahar...

Malaikat SejenaakkkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang