23. Just A Ghost!

1.5K 219 58
                                    

Renjun masih terdiam, ia masih terkejut ketika menyadari kedatangan Senna secara tiba-tiba. Namun tetap saja, ekspresi wajahnya terlihat tenang, dingin, dan menusuk saat menatap Senna dengan penuh amarah. Sementara wanita itu masih berdiri tegak tanpa peduli dengan tatapan mematikan Renjun.

Satu detik...

Dua detik...

Dalam hitungan ketiga dengan cepat Renjun menutup pintu apartnya lalu menguncinya sebelum Senna dan dua bodyguard nya itu memaksa masuk. Dan benar saja, dugaan Renjun memang benar, begitu ia menutup pintu seraya menguncinya, Senna siluar sana sudah berteriak seperti orang tidak waras.

"YYA!"

"AKU MAU BERTAMU!"

Sungguh, Renjun merasakan jantungnya berdebar, untung saja pergerakannya lebih cepat daripada ketiga orang itu. Ia dapat dengan cepat menangkap gerak-gerik mencurigakan dari Senna dan pengikutnya itu.

"BUKALAH PINTUMU!"

"AKU BAHKAN BELUM BERBICARA DENGANMU!"

"HUANG RENJUN!"

"KAU MENCARI MASALAH DENGAN ORANG YANG SALAH!"

Renjun menutup telinganya rapat-rapat, ia tak peduli dengan teriakan Senna diluar sana. Sebenarnya emosinya ingin meledak, namun ia berusaha tahan agar tidak menimbulkan masalah lebih besar lagi. Tangannya sudah mengepal kuat, ia sedang berusaha meredam emosinya.

Mendengar keributan dari luar sana membuat Queen langsung menghampiri Renjun. Ia mengernyitkan alisnya penuh kebingungan ketika Renjun mengisyaratkan dirinya untuk diam dan jangan bersuara.

"RENJUN! BUKA PINTUNYA!"

"KAU HARUS TAHU SIAPA AKU!"

"KITA INI AKAN BERTUNANGAN!"

Queen terkejut mendengar teriakan itu, dirinya langsung sadar berkali-kali lipat ketika tahu wanita itu adalah Choi Senna. Wajar saja, Renjun menceritakannya degan penuh rasa kebencian. Bahkan ia pun tak pernah menyangka ternyata Senna memiliki kepribadian seburuk itu. Queen melangkahkan kakinya mendekat pada Renjun.

"Shhhtt tenang," bisik Queen menghampiri Renjun.

Renjun hanya memandang wanita itu dengan wajah sangat panik. Queen meraih jemari lelaki itu, mengusapnya dengan lembut, berharap emosinya mereda. Karena ia tahu, dari gerak-geriknya, lelaki itu sedang meredam emosinya.

"Tarik napas," ucap Queen dengan lembut. 

Renjun mengikuti saja ucapan Queen, ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia berulang kali melakukan hal itu, dan kini merasa dirinya lebih tenang. 

"Kalau kamu marah, tarik napas perlahan, jangan lakuin hal yang gegabah ya? hitung sampai tiga biar kamu bisa berpikir sebelum bertindak," ujar Queen dengan khawatir.

Ia menatap lelaki itu dengan berperasaan. Sementara Renjun hanya mengangguk tanda ia paham akan ucapan wanita dihadapannya itu. 

"Hubungi satpam," ucap Queen berusaha tenang.

"Aku ambil hp dulu."

Renjun dengan sigap meraih handphone nya diatas meja lalu menekan beberapa nomor yang ia maksud dengan gelisah.

Queen menelan salivanya, sejujurnya ia merasa panik dan takut. Namun dirinya sudah paham bagaimana cara menenangkan diri, agar kekasihnya itu tidak terlalu panik juga. Jika ia turut merasa takut, maka Renjun sepertinya akan semakin panik.

Setelah meraih ponselnya lalu menghubungi keamanan setempat, Renjun menghampiri Queen dengan langkah guntai. 

"Udah?" tanya Queen memastikan. Renjun hanya mengangguk, ia merasa dirinya jauh lebih lega.

My Patient | Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang