38. Red Scarf

1.5K 209 32
                                    

Malamnya setelah pertemuan di Sungai Han..

Lelaki bersurai legam itu masih gemetar. Rintihan tangis mewakilkan keadaan pilu dalam hatinya. Renjun tak dapat menolak keadaan jiwa dan raganya yang terasa menyesakkan sekarang. Rasanya seperti ditikam panah dan peluru secara beriringan selepas dirinya membaca surat dari Queen. Ia menangis, tak peduli dikata cengeng atau apapun itu sebab kini rasanya sangat-sangat perih. Dan hal yang paling sulit adalah kini ia harus mengontrol segala emosinya. 

Selepas membaca perintah di akhir surat, Renjun bergegas menuju mobilnya seraya tak lupa membawa surat dari kekasihnya itu. Kini dengan perasaan hancur lebur lelaki itu mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalanan malam kota Seoul yang biasanya terasa damai, kini terasa rumit. Sebab bagi Renjun, Seoul, malam hari, dan Queen adalah perpaduan yang paling sempurna. Namun kini? Semua keadaan seakan dijungkir balikkan dalam satu waktu. 

"Queen bilang penerbangannya besok, berarti sekarang dia masih ada di apart," ucapnya.

Renjun meyakini hal itu, semoga benar saja bahwa Queen masih ada di apartnya. Setidaknya Renjun bisa memberikan salam perpisahan yang baik atau mengesankan. Lelaki itu ini berada di ambang rasa optimis dan putus asa. Matanya memerah, kecepatan tangannya membanting setir mobil terlihat agresif. 

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan dengan kecepatan tak normal akhirnya Renjun sampai juga. Lelaki itu menekan password pintu apart milik Queen dengan tergesa. Rasanya ia ingin memeluk wanitanya saat itu juga. Perasaan tak sabarannya muncul, hingga tak sengaja membanting pintu apart.

"QUEEN!"

Nihil, di ruang tengah pun Renjun tak melihat keberadaan kekasihnya sekarang. 

"QUEEN!"

Renjun menelusuri setiap penjuru ruangan, namun tetap saja keberadaan Queen tak nampak disana. Lelaki itu mengacak kasar surai legamnya, menghembuskan napas kasar yang tergesa. Dan satu-satunya harapan adalah kamar dan ruangan rahasia milik Queen. Renjun membanting kasar pintu kamar kekasihnya itu, namun nihil, ia hanya melihat ruangan kamar itu sudah rapi tersusun. Seperti menandakan bahwa Queen memang sudah pergi dengan membawa barang bawaan penting miliknya.

"Queen bohong.."

"Dia bilang dia pergi besok.."

"Jadi tadi sore itu pertemuan kita untuk terakhir kalinya?"

Rencana lelaki itu itu mengantar kekasihnya ke bandara esok hari ternyata gagal. Pantas saja Queen tadi sore menolak mentah-mentah untuk di antarkan. Lelaki itu menendang sembarangan pintu didekatnya. Rasanya seperti mustahil terjadi, tolong seseorang katakan padanya bahwa semua ini hanyalah mimpi. 

Pikirannya kacau sekarang, napasnya tersengal-sengal dan rambutnya sudah setengah berantakan sebab sedari tadi ia mengacaknya. Renjun berusaha menangkan jiwa dan raganya, lantas teringat ucapan legend kekasihnya itu.

"Kalau kamu gabisa redain marah, silangin tangan kamu terus tepuk-tepuk bahu kamu kaya gini, oke?" ucapnya manis seraya tersenyum dengan paras cantiknya.

Sial, membayangkan Queen saja membuat Renjun ingin menangis sekarang. Selepas itu, Renjun teringat akan pesan-pesan terakhir di surat kekasihnya yang memerintah dirinya untuk membuka ruangan rahasia disebelah kamar milik Queen. Tentu saja dengan langkah sigap ia menghampiri ruangan itu dan menekan tanggal ulang tahunnya sebagai password.

230300

Terbukalah ruangan itu dan..

Renjun hanya bisa mematung, melihat seluruh benda tentang dirinya. Dengan langkah perlahan lelaki itu memasuki ruangan yang berukuran tiga kali tiga meter. Tak ada yang dapat ia rasakan selain terkejut setengah mati.

My Patient | Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang