Hari ini SMA Adiwiyata sedang mengadakan acara, pemilihan ketua osis baru. Salah satu dari calon ketua osis itu ada mantan gebetan Nara. Evan Georgio.
Tahun pertama Nara di Adiwiyata saat masa-masa mos sekolah di situlah ia bertemu dengan Evan. Saat itu Evan tengah duduk sendirian diade bawah pohon pinus, saat itu juga Nara jatuh cinta padanya. Mereka menjadi teman gugus yang baik.
Tapi itu dulu karna nyatanya Evan sudah memiliki kekasih yang kalau tidak salah mereka sudah menjalin hubungan sejak SMP. Nara mengangkat pundaknya, bukan hal penting lagi. Pikirnya.
Suasana di lapangan Adiwiyata hari ini sangat ramai, banyak sekali siswa/i yang sedang berbaris mengatri untuk mencoblos calon ketua osis.
Kini kelas Nara lah yang mendapat giliran. Terik nya matahari membuat para siswa dan siswi dibanjiri oleh keringat.
"Itu yang depan ngapain sih lama banget" celotehan Anya kesal sambil berjinjit melihat ke depan, tempat lokasi pencoblosan.
Kinan yang sedang mengipasi dirinya dengan tangan menoleh kebelakang. Dia kipasi Anya menggunakan tangannya. "Anya sabar Nya. Huu huu" sambil memberikan tiupan juga pada Anya.
"Panas banget anjirr" keluh Anya.
Nara melihat hal itu tertawa puas. "Hahaha sia-sia lo kemarin maskeran Nya"
"Diem lo, muka tuh merah-merah" ujar Anya.
Kulit Nara tidak sensitif, tidak juga memiliki alergi tapi jika terlalu lama berada di tengah terik matahari kulitnya akan berubah menjadi merah-merah. Kulit putih memang seperti itu.
"Merah banget ya?" tanya Nara pada keduanya.
Kinan dan Anya mengangguk.
"Mau Kinan kipasin juga Nara?" tanya Kinan yang sudah berbalik menghadap ke depan untuk mengipasi Nara.
"Boleh-boleh gratis kan hahaha"
"Demen amat lo yang gratisan" ucap Anya dan Kinan berbarengan.
Kelas Wafi sudah selesai dari tadi, sepertinya anak IPA terlebih dahulu yang melakukan pencoblosan.
Dari tepi lapangan tepatnya di kawasan tempat kursi penonton sudah berjejer para laki-laki tampan yang sedang menikmati makanan, kecuali Wafi. Ya, Wafi sedari tadi hanya melihat gadis kecil yang sedang mengipasi wajahnya yang sudah merah-merah itu.
Matahari hari ini entah mengapa sangat terik, ia mengakuinya.
Jovan sudah ingin menyuap batagornya tapi tertahan karna ia melihat Wafi yang diam saja melihat ke arah depan, diikutinya tatapan Wafi dan yah, gadis itu lagi. Jovan sampai bosan jika harus membahas dia lagi.
"Santai aja Fi liat Naranya, Kebagian nyoblos ko dia tenang aja tenang" ujar Jovan yang membuat pusat perhatian teman-temannya teralihkan untuk melihat ke arah Wafi.
Wafi hanya melirik malas.
Alvaro melihat ke arah depan juga, matanya menyipit memperjelas penglihatan nya pada gadis yang ada di belakang Nara. Senyumnya terbit. "Kasian banget bebeb gue kepanasan"
Wafi langsung menengok ke arah Alvaro, menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Anya Fi Anya buset serem amat tuh mata romanye" ujar Alvaro takut-takut.
"Mampus lo" saut Noah.
Jovan berhenti dari tawanya. "Gimana Al progresnya?" tanya nya kepo.
Alvaro ini sudah mengejar Anya habis-habis an tapi ditolak terus sama si doi. "Pantang mundur sebelum dapetin Anya". Begitulah mosi yang selalu Alvaro ucapkan untuk menguatkan dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NARA [ ON GOING ]
Novela JuvenilMengenai cinta? Bila kamu dicintai oleh jutaan orang, maka ketahuilah bahwa aku salah satunya. Bila kamu dicintai satu orang maka ketahuilah bahwa itu aku. dan Bila tidak ada yang mencintaimu maka ketahuilah bahwa aku telah mati. Wafi Julian -25...