CHAPTER 3

257 7 2
                                    

Setelah kejadian tubrukan kemarin,sudah dua minggu ini kehidupan Sasa kembali normal seperti biasanya.Tapi yang membuatnya menyesal berangkat sekolah hari Senin ini adalah karena akan ada penyerahan piala dari bapak kepala sekolah yang terhormat atas menangnya Sasa ikut lomba Matematika tingkat kabupaten yang mendapat juara satu. Sasa paling malas kalo harus berdiri didepan semua murid apalagi saat lagi upacara,semua murid nantinya akan memperhatikannya tanpa terkecuali karena memang lagi kumpul semua melakukan upacara.

Biasanya Sasa akan bolos sekolah kalau tahu akan ada penyerahan piala kayak gini.Sudah beberapa kali dia juga memenangkan perlombaan,dan dia bolos sekolah.Walaupun Sasa ingin hidupnya tidak terlibat orang lain,tidak ingin dikenal orang lain,tapi nyatanya otaknya tidak ingin diam begitu saja,juga karena para guru jurusannya memohon dan mempercayai Sasa untuk ikut perlombaan.
Awalnya Sasa tetap menolak tawaran dan permohonan itu,lalu lama kelamaan Sasa pusing sendiri kalau selalu  dipojokkan, bahkan waktu itu akan dilaporkan ke bapak kepala sekolah terhormat karena Sasa tidak mau mewakili sekolah yang pada saat itu masih kelas 11 semester satu menjadikan Sasa tidak bisa mengelak karena waktunya masih panjang di sekolah.

“Mohon perhatiannya sebentar semuanya,Saya akan memberikan piala penghargaan kepada salah satu murid disini yang sudah mengarumkan nama sekolah kita,berikan tepukan yang meriah semuanya untuk teman kalian ini.”

Para murid pun bertepuk tangan meriah,biar cepat selesai dan juga penasaran siapa yang memenangkan perlombaan kali ini.

“Saudari Devisha Amerialasa dimohon maju kedepan,untuk menerima penyerahan penghargaan ini”

Semua yang ada di lapangan  pun penasaran siapa cewek ini,karena saat ada penyerahan penghargaan kayak gini,atas nama Devisha Amerialasa pasti orangnya tidak ada,tidak berangkat ke sekolah.

Biasanya kalau dia tidak ada akan langsung ditutup,tapi ini sepertinya ada karena tidak langsung ditutup.

Sasa yang namanya dipanggil pun,hanya bisa menghela napas kesal.Sial banget sih,kenapa juga gue lupa kalau bakal ada acara penyerahan penghargaan saat upacara kayak gini huhh (gumam Sasa kesal).

Teman-teman sekelasnya pun,menyuruh Sasa agar cepat maju kedepan,yang tambah membuat sasa cemberut saja.

“Sa maju sana cepet” kata ketua kelas Sasa.

“Tumben lo berangkat Sa,biasanya kan paling males nerima penghargaan kayak gini,kalo gue sih mau ehehe”Kata temen Sasa lainnya.

“Gue lupa,gimana nih gue kagak mau Ti kedepan.”ujar Sasa memelas kepada teman sekelasnya.

“Udahlah,mungkin sudah waktunya lo kelihatan” Ujar Tia yang membuat semua teman sekelasnya tertawa dan menyuruh Sasa cepat maju ke depan.

Sasa hanya mendengus sebal lalu mulai melangkah ke depan.

“Nah ini dia putri emas sekolah kita,yang akhirnya muncul juga” Ujar kepala sekolah sambil tersenyum jahil menurut Sasa,beliau sudah tahu sifat Sasa yang akan membolos sekolah kalaau ada penyerahan penghargaan kayak gini.Kepala sekolah tidak marah ataupun membenci Sasa karena itu memang sudah kesepakatan awal kalo Sasa mau ikut lomba,tapi tidak mau menerima penghargaan didepan semua murid saat ada pelaksanaan upacara.Dan akhirnya saat lomba yang diikuti Sasa kemarin,Sasa tidak diberitahu kapan penyerahan penghargaannya oleh kepala sekolah.

“Berikan tepuk tangan teman-teman”Ujar kepala sekolah, yang langsung diikuti semua murid dan guru di sekolah ini.

“Devisha Amerialasa sang penakluk lomba,yang sudah mengarumkan nama sekolah kita beberapa kali, sekarang saudari sasa memenangkan penghargaan atas perlombaan matematika di tingkat kabupaten,berikan tepuk tangan teman-teman” Ujar kepala sekolah lagi dan semuanya pun memberikan tepuk tangan lagi dan berdecak kagum dengan sosok Sasa.

“Waduhh gila,udah pinter,cantik lagi” ujar siswa/i yang pas banget berbaris didepan jadi bisa memperhatikan Sasa dengan jelas.

“Iya anjirr,idaman banget nih gilaaa,gebetlah” saut para laki-laki yang turut memeperhatikan Sasa.

Saat yang lain sibuk kagum dengan Sasa.Berbeda dengan seorang Dikantara Sabiolanaka, dia malah diam saja terkejut kalau ternyata nama yang sering didengarnya saat ada penyerahan penghargaan ternyata nama dari cewek yang minggu lalu dia tabrak.Dalam hati dia berpikir mengapa baru tahu kalau cewek ini ternyata seangkatan dengannya dan sering memenangkan penghargaan beberapa kali perlombaan.Teman-temannya pun sama terkejutnya dengannya.

“Pak ket, cewek yang lu tabrak mulu minggu lalu ternyata orang yang namanya selalu disebut pas ada penyerahan penghargaan”Ujar Juan sambil menatap Sasa di depan sana.

“Iya nih, idaman banget,bolehlah gue gebet”Saut Sandi yang langsung diberi pelototan tajam Dika.

“Tapi kok baru kali ini ya gue lihatnya,padahal namanya sering loh disebut” balas Juan lagi.

“Gue juga kagak tahu” Ujar Dika akhirnya.

Sasa yang sudah malas pun setelah foto bersama kepala sekolah langsung kembali ketempatnya lagi dan upacara pun dibubarkan.Lalu murid-murid pun berhamburan kembali kekelas dan ada juga yang menuju kantin beli minum karena kehausan.Sasa pun memilih kembali ke kelas karena malas berdesakan dengan murid-murid lain.

Setelah sampai di kelas,Sasa pun duduk dibangkunya dan menaruh kepalanya dimeja dengan kedua tangan sebagai tumpuan.Sasa kembali mengingat laki-laki yang minggu lalu menabraknya, menatapnya dengan intens seperti baru melihat Sasa pertama kali,saat laki-laki itu melihatnya bertetapan juga dengan Sasa juga mengedarkan pandangannya ke peserta upacara,setelah lima detik bersitatap Sasa pun langsung mengalihkan perhatian lagi untuk berfoto bersama kepala sekolah. Kenapa laki-laki itu menatapnya seperti itu atau hanya perasaanya saja batin Sasa dalam hatinya.

***

Vote kalo suka

Komen  semangatin author

Share cerita ini kalau menurutmu asyik dibaca.

Terimakasih

Salam hangat dari saya, Muachh

Bobalintain, 04 April 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang