Part 1

533 45 6
                                    


Terdengar riuh bunyi mesin kereta listrik berlalu, suara pengumuman dari petugas, sampai obrolan beberapa pengguna kereta listrik tersebut. Dan, pemandangan berbagai pasang mata yang tidak sengaja saling bertemu, terasa akrab karena sering berpapasan di waktu dan tempat yang sama, lalu setelahnya menjadi asing lagi, karena memang hanya sepintas.

Rutinitas yang dilakukan oleh Amellia masih seperti biasa, memaksa menghabiskan waktu di luar rumah sampai matahari terbenam. Belajar, mengerjakan tugas, mengikuti kepanitiaan di kampus, sampai tugas kerelawanan cuma-cuma. Rumah tak menjadi tempat Ia pulang, hanya untuk singgah sebentar bagi cangkang yang lelah tapi tidak dengan isinya.

Amellia mengeluarkan earphone dari dalam tas, keduanya menjadi teman akrab di gerbong KRL dalam beberapa tahun terakhir. Meski sering diganti berkali-kali karena kecerobohannya meletakkan dengan tidak rapih di dalam tas, lalu berakhir mati sebelah atau putusnya kabel earphone. Kedua mata Amellia tidak sengaja menemukan hal menarik di peron seberang, seseorang memegang asal jas almamater yang sama persis dengan miliknya.

"Oh, anak kampus." gumamnya pelan.

Amellia memandanginya, seperti sedang merekam ciri-ciri manusia tersebut. 'Siapa tahu kami akan berpapasan di kampus, walau aku juga tidak mungkin akan menyapanya hanya karena kami bertemu di stasiun yang sama, sih.' batinnya.

Anak laki-laki berpostur tinggi dengan rambut berwarna hitam tetapi karena terkena silaunya lampu stasiun menjadi terlihat sedikit agak kemerahan, kacamata yang bertengger apik membingkai mata sipitnya, menyapu dingin sekeliling Ia berdiri.

Amellia tertegun cukup lama karena memandanginya, lalu terkejut sendiri karena mata keduanya tidak sengaja berpapasan, dengan terburu-buru Amellia memasang earphone di telinga sambil berjalan ke arah ujung peron untuk mengincar posisi gerbong wanita.

---

[SHORT SERIES]: IT JUST ISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang