Part 2

245 31 0
                                    

Dalam beberapa minggu terakhir, sudah terhitung tiga kali Amellia berpapasan secara tidak sengaja dengan laki-laki kemarin yang ia temui di stasiun. Rasa penasarannya membuncah, Ia ingin bertanya pada temannya tapi mungkin teman-temannya pun akan heboh. Karena Amellia terkenal cuek dan tidak peduli, apalagi soal laki-laki.

Tidak jarang pula matanya dengan laki-laki tersebut berpandangan. Ketika ia tertawa bersama teman-temannya waktu menumpang di kantin fakultas sebelah, yang ternyata fakultas tempat laki-laki tersebut belajar. Ia menyadarinya ketika melihat warna badge dari almamater yang tidak sengaja Amellia lihat di stasiun waktu itu.

Mata laki-laki tersebut memandanginya dingin setiap kali bertemu, sangat berbeda ketika mereka berpapasan di Stasiun. Di peron seberang, kerap kali Amellia memergoki lelaki yang seperhitungannya dalam dua hari sekali menggendong tas gitar tersebut memandanginya seperti khawatir, tatapan dinginnya hilang terganti dengan mata penuh akan tanda tanya. Amellia yang tidak mengerti, memilih untuk tidak menghiraukannya walau penasaran, toh tidak penting juga bagi hidupnya.

Malam hari setelah selesai dari berbagai kegiatan di kampus, Ia mendapat info melalui sebuah akun twitter perkumpulan pengguna KRL, bahwa KRL arah Jakarta Kota sempat mengalami gangguan yang mengakibatkan tertahannya beberapa KRL lain di stasiun dan terjadi penumpukan penumpang. 

Sebelum keluar dari lingkungan kampus, Amellia berinisiatif untuk mengecek di timeline twitter apakah penumpukan penumpang tersebut masih parah atau tidak. Kemudian matanya berbinar seperti menemukan harta karun, ketika ia menemukan akun twitter milik laki-laki yang selama ini memandanginya dengan aneh. Jevan, namanya. Begitu yang tertulis pada display name akun twitternya. Didukung oleh display picture dengan wajah yang selama ini familiar terlihat, juga terdapat satu foto Jevan mungkin dengan gitarnya yang selalu ia gendong dalam tasnya.

----

Keduanya semakin sering bertemu, tapi tidak ada satu pun yang berinisiatif untuk berinteraksi. Sampai akhirnya, Amellia melihat tas berisi gitar Jevan ditinggal begitu saja, tas gitarnya dalam posisi disenderkan pada dinding peron stasiun dan Jevan dalam kondisi sedang menelepon seseorang, setengah berlari layaknya orang panik, berlalu keluar dari Stasiun. Amellia pun ikut panik, karena merasa kenal dengan tas gitar yang ditinggal pemiliknya tersebut. Ia pun memilih menyebrang peron, menghampiri tas gitar yang masih tersandar pada tembok itu.

Tangannya terasa gatal, sedari tadi Ia bolak-balik membuka tutup aplikasi twitter di ponselnya, 'apakah aku harus mengirim pesan untuk Jevan, kalau gitarnya ketinggal atau tidak. Pasti aneh kalau aku yang tidak pernah komunikasi dengannya bisa mengetahui akun twitter-nya, sampai menyadari ini gitar milik dia. Bisa-bisa disangka stalker psycho. Apalagi Jevan dari dulu suka melihat aneh ke arahku, mungkin dia udah curiga. Jangan deh.' batinnya berkecamuk dan berakhir untuk memeriksa beberapa media milik Jevan di akun twitter-nya.

Amellia menemukan banyak sekali video yang diunggah oleh Jevan. Video tersebut berisi rekaman diirnya sedang bernyanyi diiringi gitar. Suaranya sangat bagus, permainan gitar Jevan juga bukan yang seperti hanya iseng belaka tetapi benar-benar menguasai dan mendalaminya.

Waktu menunjukan pukul 10 malam. Amellia harus segera menaiki kereta selanjutnya untuk pulang, tetapi pemilik tas gitar ini belum kembali atau mungkin belum sadar kalau miliknya tertinggal di stasiun. Karena tidak tahan menunggu, Amellia akhirnya menyerahkan tas gitar lelaki tersebut ke PKD atau security yang sedang bertugas, menjelaskan bahwa  ia menemukan gitar dengan tasnya di peron, milik laki-laki berkacamata bertubuh tinggi dan berambut agak kecolatan.

Di kereta dalam kepulangannya ke rumah, terbesit rasa menyesal dalam hati karena tidak memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Jevan perihal gitarnya, ia juga kesal karena Jevan tidak kunjung kembali padahal Amellia sangat berharap dapat bertemu dan mengobrol dengan Jevan.

----

[SHORT SERIES]: IT JUST ISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang