Part 4

148 32 0
                                    

Setelah tiga hari berlalu sejak kejadian memalukan Amellia menangis di depan Jevan. Ia selalu menunggu Jevan untuk muncul di stasiun, bahkan Ia mencarinya di kampus juga, Amellia mencoba memantau akun twitter-nya tetapi tidak muncul juga tanda-tanda apapun. Sampai akhirnya, Jevan muncul di peron seberang stasiun tanpa menggendong tas gitarnya. Amellia berteriak memanggil Jevan dari seberang, seraya melambaikan tangannya berharap Jevan melihatnya tetapi nihil. Jevan masih termenung dalam pikirannya sendiri, pandangannya kosong. Akhirnya, Amellia memutuskan untuk menghampiri Jevan, berlari di undakan tangga dan berdoa di dalam hati supaya larinya mendahului kereta yang sebentar lagi tiba untuk mengangkut Jevan.

"Gitar lo mana?" tanya Amellia dengan nafasnya yang terengah karena berlari.

"Di rumah. Gue duluan ya." Jevan pamit karena memang keretanya sudah tiba.

Keesokan hari, keduanya berpapasan di kampus, Jevan terlihat memakai perban di area tangan dan beberapa plester di wajahnya. Mereka berpapasan kembali di stasiun, ternyata Jevan sengaja menunggu Amellia sampai malam karena ia merasa bersalah sudah meninggalkan Amellia sendiri, padahal Amellia sampai berlari menghampirinya karena khawatir.

"Gue dihajar bokap. Hari ini gue sengaja nungguin lo, karena gue mau cerita. Gue harap lo mau dengerin. Gue ga boleh nge-band, main musik, bahkan pegang gitar. Bokap marah besar pas tau gue punya gitar yang selalu gue umpetin, padahal dia juga paham kalau gue suka banget sama musik. Dia banting gitar gue, habis itu gue dihajar sampai bonyok kayak gini. Sakit banget, tapi hati gue lebih sakit." Amellia meraih tangan Jevan yang tidak diperban, dia memandangi tangan Jevan yang luka, lalu menatap mata Jevan.

Jevan gak nangis kayak dia kemarin tapi kelihatan banget sorot matanya yang terluka, "Gue pingin banget meluk go. Tapi ini stasiun. Gue gak mau dicengin security nanti tiap kali gue naik kereta di sini." Jevan tertawa mendengar ucapan jujur Amellia.

"Gak apa-apa. Gini juga cukup." Jevan tersenyum lebar, memandang tangan keduanya yang bertautan. "Lo boleh pulang tapi setelah dua kereta lagi yang lewat." tahan Jevan.

"Iya, hari ini semua terserah mau lo."Pasrah Amellia, mengiyakan permintaan Jevan, yang lebih seperti pemaksaan.

----

[SHORT SERIES]: IT JUST ISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang