"Yosha!"
Akhirnya selesai juga menanam paku di pohon terakhir di area 1-29, area tanpa hukum yang berarti tempat bajak laut dan pemburu hadiah mengamuk. Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa aku menanam banyak paku di seluruh area tanpa hukum tersebut. Jawabannya ya karena untuk berjaga-jaga jika ada musuh apalagi yang mengesalkan seperti bisa terbang kayak si cewek dengan sapu terbangnya, aku bisa dengan mudahnya meledakkannya hahahaha!
Selain menanamkan paku di pohon, aku juga menanam banyak paku di tanah sekitaran area tersebut. Sebenarnya aku hampir beberapa kali mau tertangkap, tapi untungnya aku ini pintar berakting.
"Karena masih ada sisa waktu sebelum makan cemilan buatan Sha— maksudku, bāchan.. cih, aku masih belum terbiasa memanggilnya seperti itu."
Apa sebaiknya aku main ke pusat perbelanjaan sebentar?
"Tapi tempat itu dekat dengan suara ledakan sebelumnya terjadi. Hm~ kayaknya lebih seru coba menu barunya Ria sih."
Aku memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran milik keluarganya Ria yang berada di Grove 24. Sejujurnya, sampai sekarang ini aku masih belum bisa menerima kalau aku sendiri berada di dunia lain seperti pada cerita novel transmigrasi umumnya.
"Ah, tapi siapa sangka kalau aku sendiri bisa berada di dunia aneh ini setelah terpleset kulit pisang di pusat perbelanjaan. Pastinya mereka bertiga panik karena aku menghilang selama sebulan ini kan? Dan aku juga tidak bisa menepati janjiku untuk beli oleh-oleh buat Maki dan yang lainnya!"
.
—Tokyo, Jepang—
"Yo, Yuji, Megumi! Bagaimana dengan cemilan yang satu ini? Enak bukan?" tanya Gojo Satoru.
"Hm~ lumayan lah." jawab Itadori Yuji sambil mengunyah cemilan.
Fushiguro Megumi membalasnya dengan mengangguk sambil mengunyah cemilan tersebut.
"Are? Ada yang lihat di mana, Nobara-chan?" tanya Gojo Satoru mengingat salah satu murid perempuannya yang eksentrik tidak berkumpul di tempat yang dijanjikan sebelumnya.
"Bukankah sebelumnya dia bilang ingin pergi melihat pakaian di sana?" kata Itadori Yuji menunjuk ke sebuah pusat perbelanjaan.
"Benarkah? Ma~ kalau begitu kita lanjut lagi saja makan cemilan yang berikutnya!" balas Gojo Satoru bersemangat sambil memperlihatkan sekotak cemilan yang dibelinya.
"Osu!"
"Mm."
.
"Aku yakin mereka merindukan keberadaanku yang menghilang dari dunia itu kan? Hiks.. sayonara, kehidupan modern dan sayonara Tokyo~"
Aku mengelap air mataku yang tidak ada. Dan sebelum melangkahkan kakiku, tiba-tiba teringat kalau pada jam ini adalah jam kakek tua sialan itu menjualkan dirinya!
"Aku jamin kakek tua itu tak akan terjual lagi dan seterusnya. Seharusnya dia diusir dari sana kan? Hanya saja mereka tak cukup kuat untuk mengusir kakek tua itu, cih."
Apapun itu, aku lanjut berjalan menuju Grove 24, tempat restoran keluarga Ria berada.
.
—Area Tanpa Hukum, Grove 24—
Saat tiba di area tersebut, aku melihat pemandangan yang sudah biasa ku lihat semenjak tinggal di dunia aneh ini.
Melihat para manusia lemah itu berlutut memberi hormat pada manusia bodoh berpakaian astronot.
Sangat menyedihkan.
Aku bahkan tidak merasa kasihan sedikit pun pada mereka yang berlutut ketakutan melihat astronot berjalan di tanah menggunakan budaknya bersama beberapa penjaga yang mengikutinya dari belakang.
Apa orang-orang di dunia aneh ini serius menyebut astronot itu sebagai keturunan dewa? Aku masih tak percaya kalau mereka disebut sebagai keturunan dewa.
"Mereka lebih pantas disebut kutukan daripada dewa." gumamku.
Ketika hendak lanjut berjalan, secara tak sengaja aku melihat manusia bodoh berambut hijau yang tengah minum di siang hari tanpa mengetahui keadaan di sekitarnya, berjalan tanpa dosa ke arah astronot.
"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana aku pernah melihatnya?" tanyaku melihat manusia berambut hijau yang sebentar lagi akan membuat masalah.
Tanpa sadar aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengingat di mana pernah melihat pria rambut lumut itu.
Ah! Orang itu ada dikoleksi kertas buronan milik Sha— bāchan! Orang itu kalau tidak salah termasuk anggota dari bajak laut topi pramuka! Hm.. siapa nama kaptennya? M-Monyet? Bukan, bukan, tapi pasti ada hubungannya dengan nama itu! Mm.. ah! Monkey D. Luffy! Ya, itu nama kaptennya! Dan orang itu adalah pemburu bajak laut yang menjadi bajak laut, Roronoa Zoro, pikirku senang mengingat siapa pria rambut lumut itu.
Melirik ke arah Roronoa Zoro yang telah berhenti berjalan dan memandang astronot dengan tatapan aneh.
"Ini jika dibiarkan saja bakalan ada hal tak terduga yang akan terjadi di pulau ini! Kalau ada satu astronot saja jadi tumbal pasti yang jadi target adalah pulau ini! Kalau hancur, berarti aku tidak bisa tinggal bersama keluarga sementara ku, dan itu artinya.. aku tidak bisa menghamburkan uangnya Rayleigh lagi!"
Aku panik setengah mati. Berpikir cepat dan memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Ya, tidak melakukan apa-apa.
"Aku sadar bukan lawannya pemerintah dunia dan dia juga tidak mengenalku. Jadi, untuk apa aku menolongnya dan membuang nyawaku demi lumut itu? Yang cari masalahkan juga dia, lagian tujuanku ke sini juga untuk makan di restoran Ria dan mengambil kakek tua itu dari tempat perdagangan manusia, bukan untuk menolong mereka."
Memandang sebentar ke arah Rorono Zoro yang berhasil menghindari beberapa peluru yang ditembak oleh astronot, sebelum akhirnya aku lanjut pergi ke restoran keluarganya Ria untuk mencicipi menu barunya.
Aku tidak salah. Roronoa Zoro itu kuat kan? Dia juga sudah dewasa, jadi dia tahu resiko melawan astronot itu. Mana mungkin bajak laut tidak punya rasa takut? Pasti mereka punya rasa takut. Memangnya dia itu Yuji atau Gojo-sensei apa? Yang satu memakan jari Sukuna dengan tanpa takut dan satunya lagi terlalu overpower, pikirku yang berakhir dengan tawa kecil mengingat kedua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kugisaki Nobara [One Piece × Jujutsu Kaisen]
FanfictionKetika kang santet, alias Kugisaki Nobara terpleset hingga masuk ke dunia "One Piece" dan tak sengaja jatuh di antara pepohonan tinggi di Grove 13 Kepulauan Sabaody. Dan pada saat itu seorang kakek tua yang baru saja pulang dari kerjaan hobinya tak...