MAUREN menghembuskan napasnya kala kini dirinya menjadi objek perhatian. Kantin sedang ramai siang ini, dan manusia di hadapannya terus-menerus mengoceh tiada henti. Entah mengapa kakak kelas nya yang satu ini selalu saja mencari masalah dengannya.
"Lo 'kan yang laporin gue ke bu Laras?!" ucapnya dengan nada tinggi dan terkesan tak terima. Thalita Ayudia, cewek itu tersulut emosi saat melihat Mauren yang mulai melangkah memasuki area kantin. Thalita terus memojokkan Mauren perihal dirinya yang ketahuan mengecat rambut dan berakhir dipanggil masuk ke ruang konseling.
Pandangannya kini beralih, menatap mata sang kakak kelas dengan kedua temannya yang berada di belakang. Entah mengapa orang-orang akan memilih mengalah jika berhadapan dengan Thalita dan dua anteknya.
Teman-temannya bilang, jikalau kamu tidak mengetahui siapa itu geng Angels, berati kamu kudet-- alias kurang update. Namun di mata Mauren, geng yang ada di hadapannya ini hanya sekelompok manusia alay yang kekurangan kerjaan saja.
Mauren terkekeh kecil, kemudian melipat kedua lengannya di depan dada. "Gue, gak segabut itu buat ngurusin hidup lo." ucap Mauren terkesan dingin.
"Terus kalo bukan lo, siapa lagi!"
"Ya mana gue tau! Emang yang gak suka sama lo gue doang?!" sentak Mauren. Cukup muak mendengar ocehan Thalita, cewek itu akan kembali melangkah sebelum ponsel yang berada di genggaman lengannya diambil, kemudian dijatuhkan begitu saja dilantai yang mana mengundang suara pekikan tertahan dari seisi kantin.
"Lo kalo emang iri sama gue, bilang!" ucap Thalita memulai lagi, Mauren dibuat menghembuskan napas kembali. Entah mengapa Thalita selalu saja sensi padanya.
Dengan kesabaran nya yang hampir menipis, Mauren membuka matanya dan menatap Thalita dengan tatapan yang tak bersahabat setelah memejamkan matanya sekilas. Sedangkan penonton sedang menerka-nerka apa yang selanjutnya akan terjadi.
Membiarkan ponsel mahalnya yang terkapar dilantai, cewek pemilik mata yang mampu membuat orang segan untuk mentapnya itu, kini menatap tajam Thalita.
"Gue? Iri sama lo?" Tawa kecil yang terdengar remeh itu keluar dari bibir Mauren. "Perlu gue sebutin satu per satu kenapa gue gak pernah iri sedikitpun sama lo? Gue, Delicia Mauren, iri sama cewek yang pake sepatu converse tiruan? Jam tangan kw? Sweater duplikatan? Sorry, tapi lo-" balas mengambil ponsel dari tangan si pemilik, Mauren melemparkan benda itu tepat ke dalam tong sampah yang berada tak jauh di belakangnya.
"Bukan saingan gue." ucap Mauren dengan menekan kalimatnya namun juga terkesan santai.
Memilih segera mengambil ponsel miliknya, Mauren melangkah pergi meninggalkan Thalita yang sedang misuh-misuh tidak jelas melihat ponsel nya masuk ke dalam tong sampah.
Melihat wajah Thalita yang memerah entah karena ingin menangis atau menahan kesal membuat Azka yang baru saja memasuki area kantin bersama anak Ravegar, mulai melancarkan aksinya.
Suara tawa dari seorang Azka Septian Alvarez membuat Thalita yang sedang mengamati ponsel nya itu mengalihkan pandangan.
"Panik gak? Panik gak? Panik lah! Masa enggak! Hiyaaa." ucapnya yang mana disambut dengan tos random juga tawa meriah dari seorang Ryan.
Jika sudah menyangkut perihal keusilan dan tertawa di atas penderitaan orang lain, dua orang itu memanglah ahlinya. Namun, beda lagi bila yang terkena adalah salah satu dari mereka.
"Berisik lo!" semprot Thalita yang sedang membersihkan ponsel nya menggunakan tissue basah. Adik kelas nya ini benar-benar tidak mengenal siapa kakak kelas.
"Yahh kasian hp nya, padahal bentar lagi boba tiga tuh." ucap Ryan yang mendapat lirikan sinis dari Thalita. Mendengar Ryan yang terus saja mengusili temannya, membuat Belvita berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLA BRAGA
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Bodoh, adalah julukan yang pantas untuk seorang Delicia Mauren. Cewek dengan fisik yang diciptakan begitu apik oleh Tuhan, dibutakan oleh ambisinya nya untuk mendapatkan cowok yang paling berpengaruh di sekol...