Mendengar suara Mauren yang mengelegar keluar ponsel membuat perhatian mereka teralih.
Raga yang sedang menghitung uang kas lantas mendekat ke arah Ryan, yang mana cowok itu langsung menjauhkan sedikit ponselnya guna semua orang dapat melihat.
Terlihat Mauren yang terikat disebuah kursi sebelum layar plasma itu berganti menampilkan seseorang dengan sebuah kekehan.
"Gak sengaja nih, nemu anak Antariksa lagi jalan sendirian. Yaudah gue bawa aja ke sini biar ada temen nya, ya kan?" ucapnya diseberang sana.
"Woi anjing! Maksud lo apa bawa-bawa anak Antariksa! Ngajak ribut lo sama kita?!" sulut Satria yang berada di samping Ryan. Cowok itu benar-benar tidak bisa santai jika dengan Erlan, melihati wajahnya saja membuat Satria ingin menghabisinya.
Erlan, dengan nama lengkap Erlangga Arsenio, adalah ketua geng Levlas yang berpangkal di SMA Adijaya.
Sedari dulu, Levlas dan Ravegar memang tidak pernah akur. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum juga jikalau perlombaan olahraga antara SMA Adijaya dan SMA Antariksa pasti ada saja kejadian baku hantam. Terutama dalam perlombaan bola basket dan futsal. Jadi bisa dibayangkan, musuh sebubuyutan apa mereka.
"Sebenernya gue gak ngajak ribut kalian sih. Tapi, kalo menurut lo dengan gue bawa anak Antariksa ke sini, gue ngajak ribut, ya ayo aja." jeda nya dan terkekeh kecil. "Liat nih, primadona sekolah lo jadi tawanan gue, udah cantik, body nya juga oke. Pinter kan anak buah gue nyari tawanan?" lanjut Erlan, dan layar plasma tersebut berganti menampilkan sosok Mauren.
"Jangan berani sentuh gue, sialan!" tolak Mauren dengan membuang muka guna menghindari usapan lembut Erlan di pipinya.
"Agresif." ucap cowok itu pada kamera.
Raga mengepalkan lengannya di bawah sana, hingga tonjolan urat-urat itu terlihat jelas. Sebenarnya ia sudah sangat malas meladeni cowok semacam Erlan, yang sedari dulu memang tidak ada kapoknya. Jalanan sepi yang sering dijadikan tempat baku hantam pun menjadi saksi bisu bahwa Ravegar dan Levlas pernah saling meneteskan cairan berwarna merah yang segar.
"Sherlock sekarang juga!"
-oOo-
Disya pulang telat hari ini karena ada ekstra yang ia ikuti. Tungkai nya berjalan menuju gerbang sekolah, menundukkan kepala memainkan ponsel dan membuka aplikasi berwarna hijau. Dia sudah mempunyai janji akan pergi ke mall bersama Mauren hari ini, tadi siang pun Mauren setuju untuk menunggu Disya dengan ekstra nya. Namun, entah keberapa kali juga panggilan nya tak kunjung ada jawaban.
Mendengar suara derungan motor yang sudah tidak asing lagi di telinga anak Antariksa membuat perhatiannya teralihkan. Empat motor besar, dan satu mobil Mazda CX9 berwarna hitam yang berjalan di belakang nya di stop begitu saja oleh Disya yang mana rombongan motor pun ikut berhenti.
Azka yang berada di samping kemudi menurunkan kaca nya guna bertanya apa yang membuat cewek itu mengetuk-ngetuk pintu mobil.
"Lo? Apa?"
"Gue mau tanya, biasanya kan Mauren suka sama kak Raga," jeda nya dan menoleh pada Raga yang berada di depan. "Kalian tau gak sekarang Mauren dimana? Soalnya tadi kita janjian buat pergi bareng sehabis gue kelar ekstra. Gue udah bilang sama dia tunggu di sini aja tapi gak ada, gue telepon juga gak diangkat-angkat. Gue khawatir." jelasnya dengan raut wajah yang kentara sekali menunjukkan bahwa cewek itu benar-benar khawatir.
Azka menoleh pandang ke arah Regan yang berada di sampingnya, cowok itu mengangkat bahu dan menggeleng kecil, kemudian dirinya memanggil Raga yang mana cowok itu memberi sebuah isyarat yang langsung Azka pahami.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLA BRAGA
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Bodoh, adalah julukan yang pantas untuk seorang Delicia Mauren. Cewek dengan fisik yang diciptakan begitu apik oleh Tuhan, dibutakan oleh ambisinya nya untuk mendapatkan cowok yang paling berpengaruh di sekol...