Masih Kosong

109 17 33
                                    

PROLOG

***

Senandung kecil keluar dari bibir mungil perempuan berambut mullet rapih itu. Rambut hitam gelapnya dibelai lembut yang mungkin akan membuatnya mabuk sampai kecanduan untuk menginginkan usapan usapan ini selalu ada dihari harinya. Katakan egois, perempuan itu memang bersifat seperti itu.

Namun tak lain hal nya dengan orang yang sedang asik dengan kegiatannya. Laki-laki ini sudah dibilang 'ketergantungan' untuk selalu melindungi perempuan manis berkulit kuning langsat ini. Tangan nya terus merapihkan sehelai demi helai rambut Perempuan itu dengan telaten penuh kelembutan dan kasih sayang.

Sungguh, laki-laki ini tak akan pernah menyangka hal ini akan terjadi pada hari pertama nya bertemu perempuan dingin ini.

Yang laki laki masih berseragam sekolah, tepat dengan dasi yang masih menggantung dikerah baju nya namun tak serapih saat Ibunya memasangkannya untuknya tadi pagi. Begitupun yang perempuan, masih berseragam sekolah namun kali ini tak seperti hari-hari sebelum nya, ia sudah tak mau menyembunyikan kedua tangan nya dengan lengan hoodie lagi sehingga dari tempat duduknya, laki-laki itu bisa melihat beberapa bekas guratan merah yang terdapat dilengan sang gadis.

Suasana ruang tamu dari rumah milik laki-laki ini bisa terbilang sepi karena hanya ada mereka berdua disini. Padahal selain mereka berdua, disini terdapat banyak sekali orang yang bahkan seperti sengaja meninggalkan sepasang muda-mudi yang sama-sama dilanda asmara ini untuk menikmati masa-masa mereka.

"Rambut lo tuh bagus kalau dipanjangin, gak mau dipanjangin apa?" ujar Sang laki-laki.

Lawan bicaranya mendengus menyahuti ucapan laki-laki itu, lalu berkata dengan nada santai "Tipe cewek lo emang yang rambut panjang?"

"So tau, tipe cewek gue yang mirip emak lo."

"Lo mau jadi bokap tiri gue, hah?!" sengit si perempuan sambil memukul lutut dari seseorang yang ada dibelakang nya.

"Yang mirip emak lo siapa? Gue tanya?" 

Perempuan itu berfikir. Lalu setelah ia menemukan jawaban nya, rona merah perlahan menjalari pipi sampai telinga nya. Hangat sampai pada relung dada nya dan tak bisa menyembunyikan senyuman yang tiba-tiba mengembang bersamaan dengan tumbuhnya seribu kupu-kupu diperut nya.

"Bibi lo lah!" lanjut dari laki-laki yang memang sengaja ingin membuat yang perempuan merasa gondok.

"Bangsat" umpat nya lalu dibalas kekehan oleh lawannya.

"Lagian buat apa gue mikir soal 'tipe cewek gue yang kayak gimana' kalau nyatanya gue setiba-tiba itu suka sama cewek urakan jarang mandi kayak lo," sambung lak-laki tanpa beban.

Seakan sudah mulai baper pada perkataan laki-laki dibelakangnya, gadis itu menjadi kesal karena kalimat terakhir dari orang yang sudah ia sayangi beberapa hari belakangan ini.

"Gue sering mandi ya!"

"Coba gue tanya siapa yang waktu itu nerima martabak yang gue anter? pake piyama yang terakhir lo pake 2 hari sebelum nya?"

"Ya hemat tenaga buat nyuci lah! pake baju yang sama!" elak nya, padahal yang dikatana laki-laki ini benar. Saat itu dia sudah tak mandi 2 hari.

"Ngomong aja 'gak mandi', gak usah ngelak" goda dari laki-laki.

"Bacot biiiiin ih" cakap si gadis sambil menyembunyikan guratan merah pada pipi sampai telinganya karena malu. Tentu dirinya malu karena laki-laki yang bahkan bukan pacarnya ini sudah melihat bagaimana aib dari dirinya yang bahkan hanya gadis ini yang tahu.

Percakapan mereka terhenti saat ponsel berwarna hitam yang berada disamping laptop yang sedang memutar musik itu berdering. 

"Yo bang? ada apa?" jawab laki-laki pada ponselnya setelah menggeser lambang hijau pada layarnya.

Perempuan itu terdiam lalu menarik laptop milik si laki-laki untuk mencari film pada web netflix yang bukan miliknya. Karena lagu masih melantun meskipun diacuhkan, kini dalam playlist lagunya sudah memutarkan lagu lain yang jelas perempuan itu tahu. Lagu dari sebuah grup musik Before You Exit melantun lembut menyapu keheningan yang tak disadari mereka masing-masing. Suasana hati dari yang perempuan terenyuh dan kepalanya yang lagi-lagi tengah menampilkan skenario buruk yang selalu ia fikirkan sejak dulu.

Like the butterfly effect

It was only just a speck

'are this feels only just a speck?' lagi-lagi perempuan ini memikirkan segala kemungkinan dikepalanya yang ia sendiri pun tak akan temukan jawabannya. Hatinya menjawab pelan agar biarlah waktu yang menjawab, tetapi untuk kesekian kalinya, ketakutannya mengambil alih segalanya.

 Hatinya menjawab pelan agar biarlah waktu yang menjawab, tetapi untuk kesekian kalinya, ketakutannya mengambil alih segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

!!DISCLAIMER‼

SEMUA ALUR, LATAR DAN WATAK TOKOH MURNI HANYA IMAJINASI PENULIS. TIDAK BERMAKSUD MENJELEKKAN DAN MENJATUHKAN PIHAK MANAPUN. DIMOHON KEBIJAKAN DAN DUKUNGAN NYA DALAM MEMBACA DAN BERKOMENTAR DALAM SELURUH ISI CERITA INI.

CW // self harm, depression, harsh word

***

[ penulis : SKALINHO ]

[ genre : teenlit ]

[ project by @eightinoneskz ]

[ start : 10 April 2021 ]

follow the project account and writer account for the info.


This is AbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang