8 | I Can't Love Him

6.8K 811 80
                                    

Sesuai titah Jaemin sebelumnya, Jeno pun akhirnya kembali ke lantai atas. Semua bayangan dan pikiran indahnya akan Jaemin dia kubur dalam-dalam. Dia tidak ingin berharap lebih mengingat posisinya di sini hanyalah sebagai seorang pelayan. Selama di dalam lift pun Jeno hanya berdiam diri. Tapi dia memusatkan pikirannya agar tidak melulu memikirkan si brengsek Jaemin. Yang Jeno tanamkan dalam benaknya saat ini adalah, Ia hanya harus membantu Jaemin mengenakan dasi lalu kembali ke lobi.

Jeno akhirnya keluar dari dalam lift begitu sampai di tempat tujuannya. Ia berjalan pelan hingga akhirnya tiba di depan pintu apartemen Jaemin. Omega itu sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya menekan sandi pintu dan masuk ke dalam apartemen. Begitu ia masuk, Jeno sudah disambut dengan Jaemin yang tengah ribut mengurus dasinya.

"Sini, biar aku yang urus." Jaemin menoleh saat mendengar suara Jeno. Ia tersenyum kemudian berjalan mendekati omega itu.

"Bukannya kamu itu orang kaya? Bukankah orang-orang seperti kalian sering pergi ke acara resmi? Harusnya kamu sering memakai dasi dan pakaian semacam ini," ujar Jeno sembari membuat simpul dasi untuk Jaemin.

"Biasanya pelayanku sudah menyiapkannya untukku dan aku akan langsung memakainya." Jaemin menjawab sambil menatap wajah Jeno di depannya. Jeno tidak menyadari bahwa sedari tadi jarak mereka begitu dekat dan kedua tangan Jaemin sudah bertengger di pinggang ramping Jeno.

"Kalau begitu besok aku akan menyiapkan dasi untukmu jadi kamu bisa langsung memakainya." Jeno menyelesaikan dasi milik Jaemin.

"Tidak perlu."

"Kenapa?" Jaemin tersenyum kemudian mengeratkan dekapannya hingga membuat dada mereka bertubrukan. Mata mereka kembali bertemu dan Jeno hanya bisa terdiam dengan jantung berdetak kencang.

"Karena aku suka melihat wajahmu saat mengikat dasiku," ujar Jaemin dengan senyum semanis madu. Jeno terpaku untuk beberapa saat sampai akhirnya ia tersadar dan mendorong Jaemin menjauh.

"Kamu aneh." Pipi Jeno memanas mendengar ucapan Jaemin barusan.

"Kamu menggemaskan,"

"Baiklah aku pergi dulu. Kemungkinan aku akan pulang agak malam. Nanti jika sudah selesai bekerja langsung saja ke apartemen dan buatkan aku makan malam."

"Baik, akan aku lakukan."

"Bagus, aku pergi dulu." Jaemin mengusap rambut Jeno pelan, kemudian berjalan keluar meninggalkan Jeno yang terdiam dengan tindakan alpha itu.

"Jeno, tenangkan jantungmu. Itu tadi bukan berarti apa-apa."




Jaemin kini tengah berada di dalam mobil bersama dengan Mark. Keduanya berencana untuk pergi ke kantor hari ini. Tujuannya jelas untuk mengenal lingkungan kantor baru dan berkenalan dengan para staf di sana. Karena sebelumnya Mark bekerja di bagian kantor pusat di Hongaria dan akhirnya dipindahkan ke Korea untuk sekalian mengawasi adiknya Jaemin.

Bukan tanpa alasan kenapa orang tua mereka meminta Mark untuk mengawasi adik angkatnya itu. Karena hanya pada Mark Jaemin benar-benar menurut. Bisa dibilang Jaemin lebih mendengar kata-kata dari Mark daripada orang tuanya sendiri. Itu semua karena Mark dan Jaemin sudah dekat sejak lama bahkan sebelum alpha itu diadopsi oleh keluarga Na. Karena itu meski mereka bukan saudara sedarah namun hubungan persaudaraan mereka benar-benar erat.

"Ingat, jangan buat masalah dan ikuti saja apa yang aku arahkan," Mark berujar sembari membelokkan mobil menuju basement kantor.

"Iya-iya, Hyung sudah mengatakan hal itu sebanyak tiga kali."

Mark akhirnya memarkirkan mobilnya di parkiran basement kantor. Jaemin dan Mark melepas sabuk pengaman mereka kemudian keluar dari mobil. Keduanya berjalan menuju lift untuk naik ke lantai atas. Sepanjang lift bergerak Mark tampak berdiri tegap dengan satu tangan ia masukkan ke dalam saku celana, sementara Jaemin sedikit bersiul sembari menatap ke arah layar yang menujukkan angka lantai yang terus bertambah.

Royal ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang