7

4.9K 772 40
                                    

Ayu duduk di sofa ruangan Sean seraya menatap pria berstatus bosnya itu berjalan mondar-mandir seperti setrika. Ayu bosan melihatnya karena ini sudah berlangsung selama 30 menit lamanya.

"Sean, kau kenapa sih?" tanya Ayu kesal. Sean tak menjawab kemudian duduk di kursi kerjanya. Terlihat resah dan gelisah.

"Apa kau kepikiran Vely?" tanya Ayu menebak. Sean langsung menatap Ayu. Namun, dia tetap diam tak bicara.

"Makanya, sekali-kali kau harus tegas pada ibumu. Jika terus seperti ini, maka rumah tanggamu yang akan jadi korban." Ayu berusaha menasehati sepupunya tersebut. Berharap sekali matanya terbuka dan sadar kalau ibunya tak sebaik yang dia kira.

"Aku pusing, Yu."

"Itu karena kau tak bisa tegas. Kau harus belajar mandiri, memutuskan semuanya sendiri tanpa ikut campur tangan ibumu," ucap Ayu lagi. Dia gemas sendiri karena Sean tak bisa tegas terhadap hidupnya sendiri.

"Sudahlah. Bentar lagi rapat dimulai. Persiapkan diri, jangan sampai tak fokus nanti," ucap Ayu. Dia bangkit berdiri dan berjalan keluar dari ruangan Sean. Tak mengerti juga kenapa dia diminta datang ke ruangannya, jika akhirnya hanya melihat Sean mondar-mandir tak jelas.

Pada akhirnya, Ayu kasihan pada Vely. Hidup Vely tak akan tentram karena Lena akan terus merecoki hidupnya. Namun, sepertinya hubungan Sean dam Vely pun sudah ada perkembangan baik. Hanya Lena saja yang menjadi duri dan penghalang.

***

Pernikahan Sean dan Vely sebenarnya bisa tenang dan tentram kalau tak ada Lena. Namun, wanita yang sudah melahirkan Sean tersebut selalu merecoki rumah tangga anaknya. Tak menyetujui pernikahan Sean dengan Vely, dengan alasan asal-usul Vely yang tak jelas. Malu pada teman-teman sosialitanya, yang kebanyakan punya mantu anak orang kaya, atau seorang model yang terkenal. Beda jauh dengan Vely yang hanya seorang karyawan.

Di belakang maupun di depan Sean, Lena selalu mendatangi Vely. Mencerca menantunya tersebut, menghina dan mencaci maki. Bohong jika Vely tak lelah dengan hidupnya setelah menikah dengan Sean. Hidupnya jadi tak tenang karena gangguan Lena.

Vely pun gemas karena Sean tak ambil tindakan apapun. Hanya menyuruh ibunya pergi, dan berkata padanya untuk sabar. Tak tegas sedikit pun pada tindakan Lena yang sudah kelewatan.

Entah kenapa, Lena selalu menyerang Vely, padahal dia tahu kalau yang menginginkan pernikahan ini adalah suaminya sendiri. Tapi tetap saja Vely yang selalu Lena anggap ingin masuk ke dalam keluarganya.

Berkali-kali, Lena mengajak Renata ke kantor. Mendekatkan Renata dengan Sean, bahkan saat ada dirinya. Wanita bernama Renata itu pun senang hati dikenalkan pada Sean oleh Lena. Tanpa peduli kalau dia juga tahu Sean sudah mempunyai istri.

Vely memang kuat. Namun tetap saja dia juga tak sekuat itu. Ada kalanya dia lelah dengan semua yang dilakukan Lena. Saat dia sudah sampai pada batas dan ingin menyerah, selalu ada Ayu dan Wirawan yang membuatnya mengurungkan niat meninggalkan Sean.

Dan hari ini, Lena semakin nekat. Mengajak Renata datang ke apartemen yang ditempati oleh Sean dan Vely. Sengaja merendahkan Vely di hadapan Renata, membuat Renata besar kepala. Vely lagi-lagi pasrah. Membiarkan mereka masuk. Karena jika tidak, maka Lena akan berulah. Biar Sean saja yang mengurusi mereka. Vely sudah capek.

Vely meninggalkan Lena, Renata, dan Sean di ruang tamu. Masuk ke dalam kamar dan mengunci diri. Dia tahu Sean tak akan bisa mengusir Lena dan Renata. Jadi, pasti Sean akan meladeni mereka. Vely terus bertanya-tanya, kenapa dia harus ada di posisi ini? Menikah karena dipaksa, dan mendapatkan suami seperti Sean yang tak bisa tegas. Jangan tanya bagaimana perasaan Vely. Tentu saja dia tak baik-baik saja. Dia tersiksa.

***

Kabar duka datang saat Wirawan, pemilik perusahaan besar meninggal dunia karena serangan jantung. Tak ada yang menyangka akan kematiannya yang sangat mendadak.

Rumah besar yang ditempati Wirawan dan Lena dipenuhi oleh orang-orang yang mengucapkan bela sungkawa. Lena sebagai istri Wirawan jelas syok dengan kepergian suaminya untuk selamanya. Tak berhenti menangis dalam pelukan Sean, anak tunggalnya. Jangan mengira Sean tak sedih. Dia pun sangat terpukul dengan kematian ayahnya. Namun, dia berusaha tegar.

Vely, menantu Wirawan pun juga bersedih. Sesak dadanya mendengar berita Wirawan yang meninggal. Padahal, selama ini Wirawan adalah yang paling peduli padanya. Benar-benar menjadi figur seorang ayah untuk Vely, yang tak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Dan Wirawan adalah orang yang membuat Vely selalu bertahan dengan pernikahannya bersama Sean.

Wirawan di kebumikan, dan banyak orang yang mengantar kepergiannya menuju tempat peristirahatan terakhir. Vely tak henti memanjatkan doa dalam hati semoga ayah mertuanya tenang di alam sana. Merasa bersalah, tak bisa mengabulkan keinginan Wirawan yang berkata ingin seorang cucu.

Vely berdiri paling belakang, sendirian. Orang-orang mulai pergi hingga tinggal beberapa orang saja. Lena masih menangisi kepergian suaminya. Di sana, ada Lena dan Sean. Bukan hanya mereka, ada Renata juga. Wanita itu datang dengan kedua orang tuanya.

Vely hanya bisa menatap dalam diam. Bagaimana Lena dikuatkan oleh orang tua Renata, bagaimana Renata berusaha menguatkan Sean. Renata melirik ke arah Vely, menyadari kehadiran istri dari pria yang kini di sampingnya. Namun Renata tak menghiraukan.

Vely masih ingin berlama-lama di sana. Namun dia sadar, tak ada yang peduli padanya. Lena pun tak akan senang melihatnya masih di sana. Karena itu, Vely pun memilih pulang sendirian. Dia tak perlu khawatir pada Sean. Suaminya itu masih memiliki Lena dan Renata di sampingnya. Vely memang tak dibutuhkan oleh Sean.

***

Sejak kematian Wirawan, hubungan Sean dan Vely yang semula mulai menghangat kembali menjadi dingin. Sean sudah jarang pulang ke apartemen, tidur dan menginap di rumah Lena. Mereka hanya akan bertemu di kantor, itu pun tak berinteraksi.

Vely sadar, kematian Wirawan juga menjadi akhir bagi rumah tangganya. Vely tahu sekarang Sean berada dalam tekanan Lena untuk menceraikannya. Namun, ada Ayu yang selalu berusaha menyadarkan Sean. Sayang, Ayu tak sekuat Lena. Dia kalah.

Sebulan tak pulang ke apartemen, akhirnya Sean pun kembali ke sana. Vely tak pernah menunggu kepulangan pria itu, karena dia sadar rumah tangganya sudah diujung tanduk. Dan benar saja pikirannya. Sean datang membawa surat cerai yang harus Vely tanda tangani.

"Mama ingin kita-"

"Aku tahu. Ini yang diinginkan ibumu sejak lama." Vely memotong kalimat Sean. Membubuhkan tanda tangan dengan cepat di atas surat cerai.

"Ayah mertua sudah tak ada. Beliau lah yang ingin kita menikah dan hidup bersama. Sekarang, tak ada alasan untuk kita tetap bersama. Perceraian memang jalan yang terbaik. Kamu bisa menjalani hidupmu yang baru tanpa merasa terhalangi olehku," lanjut Vely. Sean yang mendengar itu terdiam. Entah kenapa, dia bingung mau mengatakan apa. Meremas kuat surat cerai yang berada dalam genggamannya.

Vely tak bicara, langsung masuk ke dalam kamar. Sean pikir Vely akan istirahat. Namun ternyata, wanita itu mengambil sebuah koper dan tas. Bersiap untuk pergi dari sana.

"Mau ke mana?" Sean bertanya.

"Tentu saja pergi. Kita bukan suami istri lagi, dan aku tak berhak untuk tinggal di sini lagi," jawab Vely. Vely melangkah pergi hendak meninggalkan apartemen. Sean berdiri, berusaha mencegah. Namun Vely lebih dulu bicara.

"Ibumu kemarin datang ke sini. Memberi tahu aku kalau kamu akan datang membawa surat cerai. Ibumu juga berkata kalau aku harus segera pergi dari sini. Bukan hanya itu, ibumu juga menyuruhku pergi dari perusahaan. Jadi, ini adalah pertemuan terakhir kita. Semoga kita tidak akan pernah berjumpa lagi." Vely melanjutkan langkah hingga sosoknya hilang dari pandangan Sean. Kini hanya tinggal Sean sendirian di sana. Dengan perasaan hampa.

_______________________________________

Hai hai...
Update pertama di hari ini. Semoga kalian suka ya. Jangan lupa vote dan komennya🥰

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang