10

8.4K 854 49
                                    

Selama menemani Rianti membayar tas, Sean terus kepikiran tentang sosok Vely yang dia lihat sedang hamil. Ingin dia memastikan apakah itu memang mantan istrinya atau bukan. Tapi dia tak bisa melakukannya sekarang. Rianti pasti akan merengek jika dia tinggalkan sekarang. Atau dia akan mengikutinya, dan jika tahu Sean takut Rianti mengadukan hal ini pada ibunya.

Akhirnya, setelah selesai membeli tas, Sean mengantarkan Rianti pulang. Wanita itu protes karena masih ingin jalan-jalan dan belanja. Namun Sean memberikan alasan kalau ada ada hal yang lebih penting dan mendadak. Tentu saja Rianti tak percaya begitu saja. Terus bertanya hingga Sean kesal sendiri.

Belum juga Rianti selesai bertanya atas rasa ingin tahunya, Sean langsung masuk ke dalam mobil dan melakukannya dengan kecepatan tinggi. Sean kembali ke mall tadi, dengan harapan semoga Vely masih ada di tempat yang sama.

Sean berlari dengan jantung yang berdetak cepat. Harap-harap cemas, takut Vely sudah pergi. Dia berlari mencari toko perlengkapan bayi yang disinggahi Vely tadi dengan terburu-buru.

Setelah sampai di toko yang dimaksud, Sean pun segera masuk. Mencari sosok yang dia cari dengan teliti. Cukup banyak yang berkunjung hingga Sean sedikit sulit mencari Vely.

Setelah memperhatikan, akhirnya Sean menemukan orang yang dia cari-cari. Sean melihat Vely berdiri beberapa meter di depannya. Dengan perut besar yang selalu dia usap lembut. Sedang mengobrol dengan salah satu karyawan toko.

Tanpa menunggu lagi, Sean berjalan cepat mendekati Vely. Dan ya, itu memang Vely, mantan istrinya. Dia tak salah lihat. Penglihatannya masih sangat sehat.

"Sudah berapa bulan, Vel? Lama tak ketemu tahu-tahu kamu sudah hamil saja."

"Sudah tujuh bulan. Yang mengatur pernikahan mertuaku. Jadi semuanya serba mendadak. Aku juga gak sempat mengundang teman semasa SMA dan kuliah."

Tujuh bulan? Itu berarti saat dia menceraikan Vely, wanita itu sudah hamil dua bulan. Tapi kenapa Vely tak memberi tahunya?

Sean berdiri tepat di belakang Vely. Vely tak menyadari kehadiran Sean, namun pelayan toko yang merupakan teman Vely semasa sekolah melihat Sean. Dia tersenyum, dan langsung berpikir kalau Sean adalah suami Vely.

"Vel, ini suamimu?" Pelayan toko berjenis kelamin perempuan itu bertanya. Tentu Vely tak bercerita tentang dia yang sudah bercerai.

Vely terheran-heran mendengarnya, dan langsung berbalik, menatap sosok yang kini sedang berdiri di belakang punggungnya. Mata Vely membelalak kaget melihatnya, dengan bibir bergetar menyebutkan nama Sean.

Vely langsung memalingkan wajah menatap temannya. Meminta temannya untuk pergi sebentar. Sebenarnya, Vely juga tak menyangka akan bertemu dengan Sean, ayah dari calon anaknya. Tapi sekarang sudah ketemu, tak mungkin Vely kabur.

"Kenapa kau ada di sini?" Vely bertanya tanpa menatap Sean sedikit pun. Melihat-lihat sepatu bayi yang berjajar di depan matanya. Mengalihkan fokus agar dia tak menatap mantan suaminya tersebut.

"Kenapa kamu tak memberitahuku tentang kehamilanmu?" tanya Sean dengan suara serak menahan emosi.

"Kamu tak bertanya," jawab Vely. Kemudian dia berjalan meninggalkan Sean. Mengambil beberapa barang yang akan dia beli. Sean terus mengikuti Vely membuat wanita itu risih.

"Sean, sebaiknya kau pergi. Jangan mengikutiku," desis Vely. Dia kesal karena Sean terus mengikutinya. Sean tak menjawab, tak juga pergi dari sana. Tetap mengikuti Vely yang sedang belanja baju-baju bayi.

Secepat kilat, Sean menarik keranjang belanja yang dipegang Vely. Mengambil alih, membuat Vely terbelalak kaget.

"Biar aku yang memegangnya. Kamu cari apa saja yang dibutuhkan," ucap Sean. Vely mendengus kesal namun menuruti ucapan Sean.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang