Bab 3 : Hurt
🍂🥀🍂
Cord mengangkat wajah, begitu ia melihat Mia yang tertunduk sambil menangis, pikirannya melayang melintasi waktu. kembali ke masa di mana ia pertama kali melihat Mia dulu. kira-kira sekitar dua puluh tahun yang lalu. Saat pria itu baru beranjak dewasa. Dalam dekapan Cord yang masih belia, bayi Mia menggeliat dalam tidurnya yang nyaman. Beberapa kali pipi gemuk yang kemerahan itu.
"Mia menyukaimu, Cord."
Reese menatap lelaki itu dengan penuh kebahagian, ah, ralat. Bukan Cord, melainkan Mia. Bayi dalam dekapannya tampak tenang, dan Cord mau tak mau ikut tersenyum. Selain karena keimutan bayi Mia, gurat senyuman bahagia yang terlihat dari wajah Reese sungguh tak tergantikan. Ada satu hal yang langsung Cord sadari, bahwa bayi dalam dekapannya memiliki mata yang sama persis seperti ibunya. Sekaligus perempuan yang selama ini Cord kagumi diam-diam.
"Wah, Mia tidak menangis." Travis yang baru keluar dari kamar mandi tersenyum lebar. "Mia-ku sepertinya menyukai Cord."
Reese mengangguk setuju. "Bagaimana kalau Cord jadi ayah baptisnya?"
Cord terdiam, dia menarik senyuman tipis. Namun, saat tersadar dari lamunan, cepat-cepat pria itu mengubah ekspresi wajah. Juga, saat melihat wajah Mia yang berlinang air mata, sesuatu yang ada jauh di dalam hati kecilnya tergerak. Entah apa. Sampai sekarang, setiap kali melihat Mia, ia merasa gadis itu seperti Reese kedua, tapi dengan pembawaan ceria khas Travis. Terakhir kali sejauh yang Cord ingat, Mia tersenyum dengan sangat bahagia saat mendapatkan kamera polaroid untuk hadiah ulang tahunya lima tahun yang lalu.
"Mia ...."
"Kenapa?" Mia menatap Cord dengan tatapan kosong yang menyedihkan. "Kenapa Tuan? Kenapa ini harus terjadi padaku?"
Cord menelan lagi kata-katanya. Ia menatap Mia yang sudah berwajah sembap. Tarikan napas gadis itu mulai pendek-pendek karena sesenggukan. Jejak air mata jelas terlihat di pipinya.
"Aku tidak pernah mencuri apapun dari orang lain, tapi mengapa Tuhan mengambil ayah dan ibuku tanpa permisi?" Mia bertanya dengan nada suara lirih. "Aku belum bilang pada Ibu kalau aku sangat mencintainya. Juga belum punya kesempatan untuk berbakti pada mereka selama ini."
Cord menarik napas, kemudian mencoba meraih Mia ke dalam pelukannya lagi. Mia tidak menghindar atau pun menyambut. Dia hanya diam saja sambil menatap bola mata Cord yang tampak kebingungan.
"This too, shall pass ... Mia." Cord berbisik dengan suara yang tenang dan lembut. "Aku yakin kalau mereka akan berbahagia di surga."
"Tapi aku tidak bahagia, Tuan." Mia berbisik, suaranya hampir hilang ditelan isak tangis. "Aku kehilangan, dan rasanya berat sekali. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, dadaku sesak, dan rasanya tangisku tak mau berhenti."
Cord menepuk pelan punggung Mia, juga mengeratkan pelukannya.
"Apakah ayah dan ibu sudah tidak mau melihatku lagi?" Mia mendesah lelah. "Apa aku terlalu keras kepala sampai membuat mereka lelah?"
"Ini bukan salahmu, Mia." Cord mengusap puncak kepala Mia. "Maaf, karena kedatanganku membawa duka bagimu."
"Aku sendirian ... " lirih Mia lagi, mengabaikan ucapan Cord sebelumnya. "Apa yang bisa kulakukan di dunia yang kejam ini tanpa ayah dan ibu?"
Cord tidak menjawab, akan tetapi ia masih memeluk Mia. Berharap dengan pelukan itu Mia bisa merasakan sedikit kehangatan, dan kasih sayang. Sesuai fungsi Cord sejak awal, yaitu sebagai ayah baptis bagi Mia Farley. Sekarang, ia sedang mencoba melakukan tugasnya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectionalove
RomanceTerbit setiap Senin & Kamis Bagi Mia, bertemu lelaki yang tepat dan menikah dengan bahagia adalah cinta yang sempurna.Namun, sejak kedua orang tuanya meninggal, Mia yakin ada yang salah dengan dirinya. Pertama, Cord membuat Mia penasaran. Kedua, keb...