Bab 19 : Where Are You?
Mia menghentak-hentakan kakinya disepanjang perjalanan dari kantor peternakan Cord sampai ke rumah. Gadis itu mendengkus beberapa kali sambil mengingat betapa mengesalkannya Cord. Bagaimana bisa laki-laki itu menciumnya semalam, menolak dan mematahkan hati, sekaligus membuat Mia cemburu hanya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam?!
"Ah, ini gila! Gila! Gila!" Mia menggerutu di sepanjang jalan. "Ya Tuhan, Cord kau benar-benar membuatku gila!"
Mia menarik napas, dia berhenti di depan kandang domba yang tengah bergerombol digembala oleh Boba, anjing gembala Bukovina kesayangan Cord. Melihat betapa bersemangatnya Boba menggiring para domba ke sana dan kemari membuat langkah Mia berhenti sejenak. Matahari semakin terik, beruntung sebuah pohon ek besar yang tumbuh di pinggir jalan setapak peternakan begitu teduh dan rindang.
"Ah, andai kehidupan selanjutnya benar-benar ada ... mungkin lebih baik kalau aku jadi Boba saja." Mia menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke pagar pembatas peternakan sambil menikmati semilir angin yang tidak terlalu kencang berembus.
Mata bulatnya yang lentik mengerjap beberapa kali, saat anjing gembala Bukovina itu berhasil mengembalikan domba-domba yang nakal kembali ke gerombolan.
"Apa sekarang aku seperti domba-domba itu?" Mia bergumam pada dirinya sendiri. "Apa aku seperti domba nakal yang tersesat itu?"
Helaan napasnya semakin berat saja. Mia menendang batu kerikil kecil di depannya dengan kesal. Dari arah berlawanan muncul seekor anjing gembala Bukovina betina berbulu putih yang menggemaskan. Si betina yang belum pernah Mia lihat itu menghampiri Boba. Sial. Mia jadi teringat pada Saddie.
"Oh, jadi kau adalah Boba, yang menggiring domba nakal kembali ke jalurnya. Sementara wanita itu adalah si betina yang merupakan pasanganmu?" Mia marah-marah saat melihat sepasang anjing itu saling menempel dengan sangat menggemaskan. "Ah, dasar Cord brengsek!"
"Mia, kau baik-baik saja?"
Gadis itu cepat-cepat menoleh, dan mendapati Maria sudah berdiri di belakangnya. Menatap dengan mimik khawatir.
"Aku mencarimu ke mana-mana, pai apelnya sudah matang." Maria ikut bersandar menatap para domba yang digembala Boba. "Apa kau bertengkar dengan Cord?"
Mia mengerjap sambil tersenyum canggung. "Maaf sudah membuatmu khawatir, Maria. Aku cuma sedang kesal sekali pada Cord."
"Ah, laki-laki memang menyebalkan." Maria tertawa. "Bagaimana kalau kuseduhkan teh bunga krisan untuk teman makan pai?"
"Mungkin itu ide bagus." Mia menghela napas. "Sekarang, hanya dengan melihat Boba, aku juga kesal."
Maria tertawa keras saat melihat wajah lugu Mia yang terbakar emosi. Entah apa yang terjadi di antara mereka berdua. Wanita paruh baya itu tidak bisa bertanya lebih jauh lagi karena takut Mia jadi tidak nyaman. Toh, itu juga bukan urusannya. Sementara Mia mulai mengikuti langkah Maria dibelakang. Di tengah-tengah kekesalan itu bayangan wajah Saddie terus saja berputar di kepalanya. Banyak pertanyaan yang muncul mendadak di kepala Mia.
Siapa wanita itu? Apa hubungannya dengan Cord? Mengapa Cord memanggilnya ke sini? Apa mereka punya hubungan khusus? Kalau iya, seperti apa? Atau ... itu hanya perasaanku saja?
Mia menggeleng kuat. Tidak, pasti ada sesuatu!
Dalam beberapa langkah berikutnya gadis itu menendang batu lagi. Kalaupun ada sesuatu, itu bukan urusanku kan? Kenapa aku harus merasa seperti ini? Bukankah hubungan Cord dan wanita bernama Saddie itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku? Berhenti memikirkan mereka, Mia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectionalove
RomanceTerbit setiap Senin & Kamis Bagi Mia, bertemu lelaki yang tepat dan menikah dengan bahagia adalah cinta yang sempurna.Namun, sejak kedua orang tuanya meninggal, Mia yakin ada yang salah dengan dirinya. Pertama, Cord membuat Mia penasaran. Kedua, keb...