77. Jeff Are You Okay

2K 316 5
                                    

Setelah membeli ice cream mereka berdua memutuskan pulang ke rumah karena jam sudah menunjukan jam setengah 10 malam.

"Lu gapapa kan ntar pulang sendiri?" Tanya Jeffrey saat mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Jeffrey.

"Gapapa, lu pikir gua bukan laki?" Jawab Tian asal-asalan.

Kekehan muncul dari bibir tebal Jeffrey "Yaudah kalau gitu thanks buat hari ini. Hati hati di jalan kalau udah sampe kabarin gua." Amanat Jeffrey.

"Yoi, makasi juga traktirannya."

"Iya dah sono lu pulang." Tian mengangguk lalu menghidupkan motor vespa merah kesayangannya dan melegang pergi meninggalkan Jeffrey yang masih setia menatap kepergiannya dari luar gerbang. Menghela napasnya dalam-dalam Jeffrey kemudian masuk ke dalam rumahnya.


"ANJIM! HPNYA JEFFREY!" Tian menghentikan motornya seketika saat menyadari ada ponsel Jeffrey yang masih ada di kantong jaketnya. Buru-buru iya memutar balik arah untuk segera pergi ke rumah Jeffrey dan mengembalikan ponsel itu.

"Jeff..." panggil Tian dari luar gerbang yang tidak terkunci.

"Apa gua masuk aja ya? Lagian mau ngabarin lewat mana coba orang hpnya ada di gua."

Dengan keberanian dan modal nekat Tian membuka gerbang itu perlahan laly masuk ke teras rumah. Ia berjalan ke pintu utama yang ternyata tidak tertutup rapat.

"Anjir gak di tutup kalau ada maling gimana dah."

"Masuk aj—" Tian terpaku di tempat, sedetik sebelum ia memilih masuk ke dalam rumah itu ia bisa mendengar dengan jelas. Seseorang tengah bertengkar di dalam rumah itu.

"Sampai kapan sih papa berhenti bawa jalang ke rumah pa?"

"Kenapa ma? Salah papa bawa perempuan lain ke rumah?"

"Pa malu di liat Jeffrey. Papa gak liat anak kita sudah besar tapi sifat papa masih kayak gini."

"Mama tau sendiri kita menikah tanpa adanya landasan cinta mah! Liat dia. Anak yang kamu sayang sayangin itu! Karna dia lah kita menikah! Karena kamu mengandung anak itu."

"Papa capek mah pura-pura mencintai mama di depan anak itu!"

"Papa stop!"

"Kenapa? Dia udah besar udah sepatutnya dia tau."

"Tapi gak gini caranya pa."

"Sudah lah papa capek."

Tian terpaku di posisinya, perlahan matanya mengintip di sela pintu yang terbuka. Jeffrey sedang diam terpaku melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat. Ayahnya marah besar dan ibunya terlihat histeris.

Satu titik di hati Tian terasa tersayat melihat itu, walaupun Jeffrey sangat menjengkelkan tapi demi Tuhan, berada di posisi keluarga yang brokenhome adalah sesuatu yang sulit.

Jeffrey butuh seseorang.

Perlahan Tian mundur saat menyadari Jeffrey berjalan ke arah pintu. Tatapnnya terlihat bengis dan kecewa. Dapat di lihat raut wajahnya tanpak sangat kecewa dan sakit hati.

"Anjir!" Umpat Jeffrey saat menyadari Tian yang ada di depan pintu rumahnya.

"Lu ngapain disini anjir?" Tanya Jeffrey ia berusaha menyesuaikan raut wajahnya tapi tetap saja ia terlihat tidak baik baik saja di mata Tian.

"Gua mau ngembaliin hp lu, ketinggalan tadi di jaket gua." Ucap Tian lalu mengembalikan ponsel milik Jeffrey. Jeffrey mengangguk, ia bahkan tak ingat dengan ponselnya

"Thanks, udah sana lu pulang. Udah malem ini." Usir Jeffrey.

"Jeff.."

"Hm?"

"Are you okey?"

Jeffrey diam, tidak menjawab lagi. Ia berpikir bahwa Tian tidak mendengar perdebatan orang tuanya itu nyatanya—sial.

"Gua denger semuanya jeff." Lirih Tian.

"Terus?" Jawab Jeffrey datar. Ia tak dalam kondisi mood yang bagus untuk membahas orang tuanya.

"Nginep di rumah gua ya? Setidaknya sampai suasana hati lu membaik..."




Perhotelan x Teknik OtomotifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang