69. Tuli

1.4K 297 15
                                    


"Permisi." Ucap Tian di depan gerbang rumah yang terbilang mewah itu. Bagian depannya memang terlihat kecil tapi jika di intip bagian dalamnya rumah itu cukup luas dengan banyak mobil dan motor yang berjejer.

"PERMISI!!!!" teriak Tian. Ia sudah lelah menunggu di depan gerbang selama 5 menit lebih. Ia sudah mencoba menghubungi Jeffrey namun nihil anak itu sama sekali tidak menjawab pesannya.

"Sebentar." Tak lama kemudian ada seornag wanita parubaya yang datang menghampiri Tian. Sepertinya seorang art di rumah itu.

"Eh adennya nyari siapa?" Tanya art itu sopan.

Tian membalas dengan senyuman. "Saya nyari Jeffreyan ada gak?" Tanya Tian.

"Ada den sebentar saya panggilkan." Ucap Art itu lalu pergi meninggalkan Tian.

Setelah menunggu 3 menit akhirnya Jeffreyan keluar, dengan setelan baju praktek teknik otomotif, rambutnya sedikit basah mungkin sehabis mandi belum sempat di keringkan.

"Dateng juga lu." Ucapnya dengan nada remeh sembari berjalan ke pojok garase depan untuk mengambil helm miliknya

Tian mendengus tak suka "Gua masih tau diri ya soal ancaman lu!" Dumel dia.

"Cupu dih!" Sindir Jeffrey, ia memakai jaket denimnya lalu berjalan ke arah Tian.

"Gua kan main aman." Ucap Tian masih mencoba membela dirinya. Ia akui ia memang cupu.

Ya siapa juga yang berani melawan kawanan anak teknik?

"Main aman atau takut?" Goda Jeffrey yang sudah ada di depan Tian dengan jarak yanh cukup dekat.

"Lu niat sekolah gak sih? Ntar telat bego!" Sentak Tian mengalihkan pembicaraan.

"Sebentar."

Alih-alih menggubris ucapan Tian, Jeffrey malah maju mendekatkan dirinya ke Tian lalu sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajah mereka. Tian memang lebih pendek beberapa centi dari Jeffrey.

"Eh! Eh! Jeff mau ngapain lu anjir." ucap Tian gelagapan saat Wajahnya dan Jeffrey sangat berdekatan. Nafasnya tertahan dan ia menutup mata.

Klik!

"Helm lu tuh belum kepasang." Ucap Jeffrey santai lalu meninggalkan Tian yang masih mematung tak percaya.

Demi Tuhan tubuhnya serasa di gerogoti rasa malu.

"Ngapain diem doang? Jadi berangkat gak?" gumam Jeffrey yang sudah duduk manis di Motor Tian-Venus

"Naik!" Ucap Jeffrey, lalu membuat Tian yang masih menghilangkan segala rasa malu mau tak mau mengikuti perintah dari bosnya itu-iya dia kan seorang babu.

Untuk 3 bulan kedepan.

Mereka akhirnya berangkat ke sekolah, dengan motor vespa matic milik Tian, Jeffrey mengendarai motor itu dengan kecepatan sedang dan santai, menikmati pagi hari yang menurut dia sangat berarti ini-kapan lagi pagi harinya akan seperti ini.

"Lu udah buatin gua sarapan?" Jeffrey memecah keheningan?

"Apa jeff?" Ucap Tian di belakang, tubuhnya sedikit maju demi mendengarkan suara Jeffrey.

"Lu udah buatin gua sarapan?!" Jeffrey mengulang katanya dengan nada yang lebih keras.

"Hehehe tau aja lu jep." Jawab Tian dengan percaya diri.

"Hah?" Jeffrey kebingungan.

"Iya gua bangun pagi tadi." Jawab Tian lagi.

"TULI ANJER!" Sentak Jeffrey membuat Tian yang ada di belakangnya sedikit terkejut lalu meremat jaket denim miliknya.

"hah lu ngatain gua tuli?!" Sentak Tian tak terima

"Giliran dikatain aja denger. Stress ni anak."

"Apa Jeff?" Tanya Tian lagi. Demi Tuhan ia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Jeffrey katakan.

"Tian kayak anjing."

"ANJIR LU NGATAIN GUA ANJING?"

"kaga."

"Hah apa jeff? Yang bener ngomongnya."

"Dah lah giliran dikatain baru denger."



Perhotelan x Teknik OtomotifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang