Chapter 2 : His life

22 3 1
                                    


"Oh ya, laporan minggu lalu udah bisa gue cek ?" Tanya seorang pria dengan kemeja yang di bagian lengannya sudah tergulung asal. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, tapi pria itu masih sibuk dengan laporan bertumpuk yang baru saja datang. Begitupula dengan rekan-rekan kerjanya yang lain.

"Lembooor lembooor" pria lainnya masuk ke dalam ruangan dengan membawa setumpuk kertas, tidak lupa dengan ocehannya.

"Bro, ini gak bisa diselesaiin besok pagi aja?" Tanya Dawon, pria yang baru masuk dengan ocehannya itu.

"Kalo lo mau pulang, duluan aja gapapa. Lo juga hwi" papan nama di atas meja bertuliskan Yoo Taeyang, Corporate Secretary itu digeser oleh sang empunya. Supaya berkas-berkas yang baru datang mendapatkan tempat yang lebih lapang.

"Anjir udah dua hari lo gak pulang, istirahatlah sekali kali" omel pria bernama Hwiyoung disetujui dengan anggukan Dawon. Taeyang memang lelah, apalagi Dawon dan Hwiyoung sebagai bawahannya. Walaupun mereka bisa pulang, bagaimanapun juga, Taeyang adalah atasannya. Tidak enak meninggalkannya.

"Ck kalo lo berdua mau ngeluh gue gak terima, soalnya gue udah nyuruh pulang. Tinggal dikit lagi ini, nanti gue pulang kalo udah selesai. Besok libur juga jadi santai gue bisa tidur sepuasnya. Udah sana pulang" Dengan emosi taeyang mendorong kedua rekan kerjanya itu, berharap mereka berdua benar-benar pulang. Karena ocehan mereka justru membuat kepalanya lebih pening dari sebelumnya.

Setelah pintu tertutup dan hanya ada Taeyang di ruangannya. Ia bergegas menyesap kopi di cangkirnya dan kembali mengerjakan seluruh pekerjaan terakhirnya di minggu ini. Minggu sibuknya karena banyak investor masuk ke perusahaannya, sehingga dia harus memimpin tim untuk menyambut para investor baru dan memberikan banyak penyuluhan dan perkenalan tentang perusahaan tempat mereka bekerja, Lebih tepatnya perusahaan milik ayah Taeyang.

Sebagai seorang anak yang juga workaholic, Taeyang ditunjuk untuk menjabat di perusahaan ayahnya sendiri sebagai seorang Corporate Secretary. Jabatan yang cukup krusial sebenarnya tetapi semua dewan menyetujui keputusan ayahnya. Toh Taeyang memang punya kualifikasi yang bagus untuk menduduki jabatan itu.

Taeyang adalah pria dengan usia terbilang muda, tapi dengan jabatannya itu dia tidak memiliki waktu untuk menjadi pria seusianya. Pacar? Belum pernah terpikirkan. Teman? Beberapa, lebih banyak rekan kerjanya dan relasi bisnisnya. Kalau ditanya rumah atau mobil? Sudah pasti ada. Memang dalam hidup kita harus merelakan hal satu untuk hal lainnya yang menurut kita lebih penting. Kau ingin mengurus karirmu dulu? Maka dari itu kau harus merelakan kisah cinta untuk ditunda, begitupun sebaliknya.

Sampai pukul 12 malam, Taeyang baru bisa bernafas lega karena semua pekerjaannya sudah beres. Semua dokumen sudah ia rapihkan dengan apik. Kini saatnya ia pulang dan tidur. Tapi sayangnya, dia justru ketiduran di sofa kantornya.

"Lapor, masih ada pak Taeyang disini."

"Oke, tidak perlu di matikan kalau begitu"

Maksudnya listrik. Saat salah satu satpam berpatroli, dia menemukan Taeyang tertidur di ruangannya. Jadi malam ini listrik di lantai kantor Taeyang tidak akan dipadamkan.

Sampai alarm Taeyang berbunyi tepat pukul 5 pagi. Eksekutif muda itu terbangun dan langsung loncat dari tidurnya, ia kaget karena ia justru bermalam di kantor.

"Astaga ketiduran lagi"

Tepat hari ini, tiga malam Taeyang tidak pulang.

Saat itu juga ada bunyi yang semakin membuat Taeyang terbangun. Ponselnya. Bahkan ia tidak ingat terakhir kali meletakan ponselnya di mana.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya ia menemukan ponselnya di atas lemari buku. Entah siapa yang meletakannya disitu. Taeyang sendiri lupa.

"Halo ma?"

Kamu gak pulang lagi ya?

"Semalem banyak kerjaan ma, aku ketiduran di kantor. Tapi ini mau pulang, mama gak usah khawatir ya."

Hmmmm... gimana gak khawatir. Yaudah hati-hati pulangnya, kalo masih ngantuk pakai taksi aja. Nanti siang kalo gak ada makanan di apartemen pulang ke rumah ya? Mama masakin.

"Oke siap maa, aku siap-siap pulang dulu ya"

Oke, ati-ati ya anak mama. I love you

"Love you too ma"

Setelah itu telfon ditutup dan Taeyang kembali ke apartemennya untuk melanjutkan tidur panjangnya.

Sampai sore.

Ia bahkan tidak mengabari ibunya. Untung ibu dan ayahnya pengertian jadi tidak mengganggunya.

Ting tong...

Bel apartemen berbunyi. Rasanya Taeyang tidak ingin membukakan pintu tapi ia tidak enak jika begitu.

"Selamat sore pak bosss"

Ternyata kedua orang tuanya.

"Loh kenapa pada kesini? Aku baru bangun"

"Ya mama sama papa kan pengen kumpul sama anaknya, masa gak boleh?" Jawab papanya sambil mengerucutkan bibirnya.

Sedangkan wanita yang ia panggil mama, tanpa basa basi langsung masuk untuk menyiapkan makan malam mereka.

"Kamutuh jangan dipaksain kerjanya, butuh istirahat juga" lanjut papanya sambil menepuk pundak anak semata wayangnya. Ayah taeyang itu sangat tahu ritme kerja anaknya yang sebenarnya lebih parah dari dirinya saat dulu masih muda. 

"Kalo udah asik susah pah ngelepasnya, tau sendiri kan gimana hahaha" akhirnya mereka berdua berbincang mengenai banyak hal, sambil menunggu ibu Yoo menyiapkan makan malam bersama.

Sambil makan sesekali Taeyang mengeluarkan lelucon begitupula dengan papanya, ibunya hanya tertawa dengan tingkah keduanya. Keluarga kecil yang tidak pernah ada habisnya untuk saling menunjukan kasih sayang.

"Tae, temen mama anaknya baru pulang dari Jerman, mau gak mama kenalin?" Tanya mama Yoo. Beliau tahu betul anaknya masih lajang.

"Cantikan dia atau mama? Kalo cantiknya gak kaya mama aku gak mau" jawab Taeyang membuat mamanya tersipu.

"Hadeeeh, mama kalo masih muda digituin sama kamu yang ada mama mau selingkuh aja dari papa"

"Heeeeiiiiii" protes papa Yoo. Disambut gelak tawa dari Taeyang.

"Tapi diumur kamu sekarang ini, papa udah mulai ngajak mama kamu nikah loh. Kamu gak ada pikiran untuk deket sama cewek?" Kali ini papanya yang bertanya.

"Aku belum ketemu pah yang bisa kaya mama, belum ada yang cocok di hati. Tar dulu lah, lagian baru 27 tahun. Masih ada 3 tahun lagi sampe kepala 3 kan."

Orang tua Taeyang saling berpandangan dan mengangguk mengerti, walaupun ada sekelibat rasa kecewa di wajahnya. Mungkin kita tidak tahu, tapi terkadang orang tua tahu apa yang paling kita butuhkan. Mungkin Taeyang belum berfikir membutuhkan seseorang dihidupnya, tapi orang tuanya tahu, Taeyang membutuhkan itu sebenarnya. Lihatlah apartemennya.

"Oh iya, anak teman papa pemilik JCF lagi di sini, mungkin bisa bertemu kalian. Lumayan relasi kan"

"Cowok kan pa?"

"Iya, papa kan gak bisa jadi mak comblang kaya mama kamu"

"Haha okelah, kalo senggang buat janji aja pah"

"Kebetulan mereka mau adain pesta relasi, kamu ikut papa ya?"

"Ya kalo bisa mah kenapa enggak sekalian cari jodoh sih?!" Protes mana Yoo.

Semalaman orang tua Taeyang berada di apartemennya. Menemani anak tunggal tampannya menghabiskan malam minggunya.


🏢

Nah inilah dia part si jali-jalinya muncul hehe. Semoga suka! Jangan lupa vomentnya ya, soalnya butuh tau reaksi pembaca 😔👉👈

Thankyou buat kalian yang udah baca cerita ini. Mohon ditunggu kelanjutannya. Inshaallah tiap hari update kalo ga ada halangan ya bund 🙏

Salam
Mothet of East

Now or Never | TaeyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang