Happy reading fellas!
—
Kelopak mata milik gadis dengan netra kelabu itu mengerjap berkali-kali, mencoba menyesuaikan cahaya yang memasuki manik mengkilap bak batu obsidian tersebut. Dirinya bangkit mendudukkan diri seraya mengedarkan pandangannya. Pepohonan menjulang tinggi dan tumbuh-tumbuhan lain berada disekitar. Hutan, adalah tempat yang ia pijaki saat ini. Menoleh ke kanan dan kiri, maniknya mendapati ketiga temannya yang masih belum membuka mata. Kemudian gadis itu menghampiri lelaki si pemilik surai kelabu.
"Jay! Jayden! Bangun!" lelaki itu melenguh, mengerjapkan matanya berkali-kali lalu membawa tubuhnya untuk duduk.
Kini lelaki itu pun memasang wajah bingungnya. Melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Florence tadi. "kita dimana?" tanyanya masih dengan raut bingung.
Florence mengedikkan bahu, "aku tidak tahu. tapi sepertinya ini hutan."
Lalu pandangan Jayden beralih pada pinggang kiri Florence. "Flo, sejak kapan kau punya pedang?" ucap Jayden bertanya.
Florence menaikkan alisnya tak paham, lalu mengikuti arah pandang Jayden. Gadis itu membelalakkan mata. "i-ini pedang siapa? Aku tidak membawa pedang." ucapnya bingung.
"aku juga dapat, Flo." Jayden menunjukkan pedang yang tersemat di pinggang sebelah kirinya.
Florence menghela nafas gusar, ia masih tidak mengerti apa yang terjadi padanya dan teman-temannya saat ini.
Tak lama lenguhan kecil milik gadis bersurai coklat terdengar, mendudukkan dirinya diatas rerumputan liar sambil mengumpulkan kesadaran.
"kita dimana?!" ucapnya kalut kala tersadar. Di balas dengan gelengan oleh dua anak Adam dan Hawa tersebut.
Gisella kemudian mengguncang badan saudara kembarnya. "Harris bangun! Hei kebo bangun!" ucapnya kesal.
Harris menggeliat, "apa sudah waktunya sekolah? 5 menit lagi aku masih ngantuk." ucapnya dengan suara khas orang tertidur. Jayden dan Florence hanya menggeleng kepala melihat tingkah temannya itu.
Gisella mendengus kesal, lalu memukul badan Harris dengan brutal. "bangun bodoh bangun! kita tersesat!"
"AW SAKIT!" Harris langsung mendudukkan dirinya saat mendapat serangan menyakitkan dari saudari kembarnya. Tangannya mengelus-elus tubuh yang sakit karena terkena pukulan. Tak lama kemudian lelaki dengan surai coklat itu tersadar.
"kita dimana?!" ucapnya kalut sama seperti yang dilakukan Gisella sebelumnya.
Jayden kemudian bangkit, "simpan pertanyaanmu nanti, sebaiknya kita cari tempat yang aman dulu karena matahari sebentar lagi akan terbenam." ketiganya kemudian ikut bangkit.
"Harris, Gisella..." panggil Jayden. "Ambilah itu, Sepertinya untuk kalian." lanjutnya menunjuk pada dua busur panah dan dua kantung berisi anak panah.
Harris mengernyit menatap Jayden bingung, "bagaimana kau yakin?"
Jayden mendengus, "kami juga mendapatkan ini." ia menunjukkan pedang di saku kirinya.
"sudah ambil saja, pasti ada alasan kita berada disini dan mendapatkan masing-masing senjata ini. Dan instingku berkata bahwa kita akan membutuhkannya." sahut Florence.
Jayden mengangguk, "dan sekarang waktunya kita mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"baiklah." Harris kemudian mengambil busur dan anak panah itu diikuti Gisella.
Setelahnya mereka berjalan menyusuri hutan untuk mencari jalan keluar sekaligus penjelasan tentang semua yang dialaminya saat ini.
——
KAMU SEDANG MEMBACA
GRILIVOS
FantasyMereka yang ditakdirkan sebagai penyelamat. Bertaruh nyawa demi merebut kembali Negeri yang bahkan bukan tempat mereka berada. Mereka dikirim oleh para Dewa untuk menjadi seorang pejuang. Bahkan dengan dibekali kekuatan yang dimiliki oleh Para Yang...