Happy reading!-
Setelah mendapatkan pesan balasan dari Ronan pagi tadi. Kini Jansen dan keempat remaja yang diberkati itu akan menuju istana dengan kuda-kuda yang sudah dibawakan oleh para pengawal dari istana.
"apa sudah siap semua?" Jansen bertanya setelah sebelumnya ia sempat berbicara dengan para pengawal istana.
Ketiganya pun mengangguk kecuali Gisella yang menatap kuda-kuda dengan pandangan ragu.
"aku tidak bisa menunggang kuda." ucapnya pelan, "kau juga tidak bisa kan, Flo?" lanjutnya lalu menoleh menatap Florence yang berada di sebelah kanannya.
"huh?" Florence menatap balik Gisella, "ah iya benar, eung... tapi kali ini aku ingin mencobanya." ujarnya lalu menoleh pada Jayden, "kau akan menuntunku kan, Jay?"
Lelaki bersurai kelabu itu menatap sang gadis sebentar, kemudian menghela nafas. Gadis ini memang terlalu penasaran dan tidak bisa dilarang. "baiklah. Jansen aku akan berada di belakang Flo untuk menuntun sambil menjaganya." Jayden berujar pada sang Pangeran. Jansen bergeming sesaat lalu mengangguk, "a-ah baiklah."
"lalu bagaimana denganku?" Gisella bertanya dengan kalut. Sang kakak pun menyahuti, "kau pergi saja dengan kakimu itu." Gisella mendelik sebal padanya.
"yasudah kau bersamaku saja, aku bisa memboncengmu." ujar Harris pada akhirnya. Gisella memicingkan matanya menatap sang kakak dengan padangan ragu. "apa aku bisa mempercayaimu? Kau bahkan tidak lancar mengendarai sepeda Harris!!" lelaki bersurai coklat tersebut melotot kesal. "hey kenapa kau malah membicarakan itu?! tidak usah dibeberkan disini juga kenapa sih?!"
Harris merasa malu karena Gisella malah membeberkan hal yang memalukan baginya. Yang lain hanya menjadi penonton perdebatan mereka. Florence dan Jayden bahkan sedari tadi mengulum senyum menahan tawa mereka agar tidak pecah. Ternyata lelaki dengan perangai menyebalkan itu tidak lancar mengendarai sepeda. Bahkan sepupu Florence saja sudah lancar mengendarai sepeda roda dua sejak umur 3 tahun.
"hey hey saudara kembar, sudah cukup untuk perdebatan hari ini." Tuan Calos datang dari dalam rumah dengan tas kecil yang ia bawa di tangannya. Kemudian ia berjalan mendekat pada keempat remaja tersebut. Pria paruh baya itu lalu menatapnya satu persatu.
"aku punya hadiah kecil untuk kalian." lalu ia mengeluarkan benda dari dalam tas kecil yang ia bawa. Berjalan mendekati dua saudara kembar terlebih dahulu, lalu menyematkan masing-masing sebuah gelang tali rajut berwarna merah pada lengan kedua anak bersurai coklat tersebut. Kemudian bergeser pada Florence dan terakhir Jayden, melakukan hal yang sama seperti pada Harris dan Gisella. Keempat remaja itu kini menatap gelang yang tersemat di tangan masing-masing.
"aku membuatnya sendiri saat sedang bosan." Pria dengan janggut putihnya itu berujar dengan kekehan.
"ini sangat cantik, Tuan." Florence tersenyum pada Tuan Calos.
Gisella mendekat pada pria paruh baya itu lalu memeluknya diikuti dengan ketiga yang lain.
Setelah melepas pelukan, Gisella tersenyum menatap Tuan Calos. "kami memang baru mengenalmu, tapi kau adalah orang yang sangat baik dan ramah, Tuan. Terima kasih telah mengajarkanku dan Harris memanah. Kuharap suatu saat nanti aku bisa berburu bersamamu dihutan." Tuan Calos tersenyum membalas, "dengan senang hati, Nona Archer."
"Tuan, maafkan aku atas sikap kekanak-kanakanku waktu itu." Harris berujar sambil menundukkan kepalanya. Tuan Calos tersenyum sambil mengelus surai coklat anak lelaki itu. "tidak apa, aku tahu saat itu kau hanya sedang berjaga." lelaki dengan netra biru gelapnya itu kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRILIVOS
FantasyMereka yang ditakdirkan sebagai penyelamat. Bertaruh nyawa demi merebut kembali Negeri yang bahkan bukan tempat mereka berada. Mereka dikirim oleh para Dewa untuk menjadi seorang pejuang. Bahkan dengan dibekali kekuatan yang dimiliki oleh Para Yang...