hola, happy reading!
Suara jangkrik diluar menyambut indra pendengar para manusia yang kini berkumpul di meja makan. Setelah beberapa saat sebelumnya hanya ada sunyi yang datang menyapa malam membingungkan keempat remaja itu. Pria tua yang diketahui bernama Calos menghampiri dengan membawa beberapa potong roti gandum untuk kelimanya.
"aku hanya punya itu, persediaan makanan sudah habis." ucapnya kemudian berlalu menuju dapur untuk menyiapkan minuman.
Florence bangkit dari duduknya, "biar aku bantu, Tuan Calos." tapi tungkainya terhenti kala pria tua itu malah mencegahnya.
"tidak perlu, Nona Morceus. kau cukup duduk saja disana. Terima kasih atas inisiatifmu sebelumnya." katanya tersenyum kemudian kembali berjalan menuju dapur.
Florence menghela nafas pelan, kemudian kembali duduk di kursinya.
"jadi anda benar-benar seorang Pangeran?" Jayden bertanya kembali untuk membenarkan, karena sebelumnya lelaki dengan surai pirang dan manik coklat itu mengaku bahwa ia adalah seorang Pangeran.
"ya, apa kalian masih tidak percaya?" ucapnya membenarkan sekali lagi.
"terlalu membingungkan untuk mempercayai semua ini." Harris menyahut. lelaki itu mengangguk, "ya aku tahu."
"Tuan Jansen– ah maksudku Pangeran Jansen, bisa kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa kami disini?" Florence membuka suara.
Jansen terkekeh pelan, "panggil aku Jansen saja tidak usah pakai Pangeran. Lagi pula sepertinya kita seumuran." ucapnya lalu melanjutkan, "tempat yang kalian pijaki saat ini bernama Grilivos, sebuah Negeri yang bisa kalian sebut sebagai Negeri di dunia lain. Ayahku seorang Raja, Ia adalah pemimpin Negeri ini. Tapi setelah Dia datang, Grilivos hancur karena ketamakannya. Dia membawa Ayahku pergi dan yang lebih parah... Dia membunuh ibuku." Jansen bercerita, lalu keempatnya memasang raut wajah iba. Tetapi setelahnya Jansen malah tersenyum kecil.
Lelaki itu kemudian melanjutkan, "aku kabur karena menghindarinya, dan ya sekarang aku berakhir disini bersama Tuan Calos dan bertemu kalian," ucapnya lalu melanjutkan lagi, "sepertinya Dewa sangat memberkatiku karena aku dapat bertemu langsung dengan kalian disini."
"dan Dewa juga memberkati kami karena menemukan rumah ini lalu bertemu dengan Tuan Calos dan kau Jansen." sahut Gisella menimpali diangguki Florence. Jansen tersenyum lagi, "seperti sudah ditakdirkan."
Kemudian Tuan Calos datang membawa lima gelas alumunium berukuran sedang yang berisi air putih.
"kupikir sudah waktunya kalian untuk minum dahulu sebelum lanjut." ucapnya lalu meletakkan gelas-gelas itu diatas meja makan kayu.
Harris menaikkan alisnya, "padahal kau hanya mengambil air putih, kenapa lama sekali." lelaki bermanik biru gelap itu heran.
"aku hanya menunggu waktu yang pas, Tuan Archer." pria tua itu menjawab.
Gisella mendengus sebal, "kau sedari tadi selalu menggerutu padanya, Harris. Bersikaplah sopan santun pada orang tua!" gadis itu lalu mencubit lengan saudara kembarnya. Harris mengaduh sebal.
"saudaramu sepertinya tidak menyukaiku, Nona Archer." Tuan Calos menyahuti
"tentu saja, karena aku menyukai wanita bukan pria." Harris berujar enteng. Yang lain memasang wajah mengintimidasi."apa?!" lanjutnya takut-takut.
"dasar anak menyebalkan." kemudian Tuan Calos tertawa. Lalu duduk disebelah Jansen.
"kau belum melanjutkan ceritamu, Jansen. mengapa kita berada disini?" Jayden mengingatkan.
"seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa kalian berada disini?" Jansen malah membalikan pertanyaan yang membuat keempat remaja itu saling tatap.
"baiklah jadi begini, saudara kembarku ini membuka sebuah buku kumpulan mantra sihir milik ayahku," Gisella mengambil alih untuk bercerita. lalu ia melanjutkan, "saat berada di halaman dengan tulisan bahasa Yunani, tiba-tiba muncul angin kencang yang membuat lembaran buku itu berganti dengan cepat. setelahnya kami bangun di hutan." final sang gadis.
Tuan Calos terlihat menganggukkan kepalanya sedangkan Jansen hanya diam.
"kalian sudah dipanggil lewat buku itu." Tuan Calos menyahut.
"dipanggil untuk apa?" Florence bertanya.
"untuk menyelamatkan Negeri ini, apa lagi?"
Harris mengacak rambutnya asal. "aku tidak paham, bisa tolong diperjelas saja? kalian membuang-buang waktu."
Gisella menatap Harris sinis 'apakah anak ini sedang datang bulan?' batinnya.
Jansen menegakkan badan. Menatap keempat remaja tersebut bergantian.
"dulu ada ramalan yang mengatakan bahwa akan ada anak-anak utusan Dewa dan Dewi yang datang untuk merebut kembali Grilivos. Kalian datang kesini bukan tanpa alasan, Dewa dan Dewi sudah mengirim kalian untuk membantu kami merebut kembali Negeri ini. Masing-masing dari kalian mewakili kekuatan Dewa dan Dewi yang mengutus. Seperti kau Jayden, kau dipilih oleh Yang Agung Ares untuk memimpin perang dan Florence yang akan membantumu juga karena dia mewakili Dewi Athena. Sedangkan kalian berdua, tentu saja kalian juga akan ikut membantu kami untuk berperang karena Yang Agung Dewa Apollo dan Dewi Artemis memilih kalian berdua."
Keempatnya melongo seketika. Tidak habis pikir, apa katanya tadi? Utusan Dewa Dewi? Sungguh hal yang sangat konyol untuk dipercaya.
"jadi semua ini... pedang dan busur panah yang kami bawa ini dari mereka?" Florence bertanya. Tuan Calos dan Jansen mengangguk.
"aku tidak percaya." Harris berkata sambil menunduk dan memegangi kepalanya, "kepalaku seperti ingin pecah!"
"percaya atau tidak percaya, kalian harus mempercayainya karena memang itu takdir kalian." Tuan Calos berujar.
"sebaiknya malam ini kalian istirahat saja. untuk sementara kita tinggal disini dulu, tidak apa kan Tuan Calos?" tanya Jansen pada sang pemilik rumah. "tentu saja Pangeran." jawabnya pada Jansen.
"aku akan mengirim surat pada Ronan untuk membawakan persediaan makanan dan juga pakaian untuk kalian." ujar Jansen pada keempat remaja tersebut. Lalu lelaki itu melanjutkan,
"dan besok, kalian akan mulai berlatih untuk persiapan perang."
a.n
halo semua hehehe aku sampe lupa kalau punya work ini. see u in next chapter fellas!
bonus : Jeno ganteng bgt aku oleng T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
GRILIVOS
FantasyMereka yang ditakdirkan sebagai penyelamat. Bertaruh nyawa demi merebut kembali Negeri yang bahkan bukan tempat mereka berada. Mereka dikirim oleh para Dewa untuk menjadi seorang pejuang. Bahkan dengan dibekali kekuatan yang dimiliki oleh Para Yang...