tetap update walaupun sepi hehe. Oiya chapter ini 1500+ kata jadi awas bosen hehehe. Dan aku tau kalian pembaca yg baik ngerti gimana cara menghargai penulis :)
Terik matahari pagi bersinar terang di Grilivos, kelima remaja itu kini sedang berada di atas bukit yang cukup luas untuk melakukan pelatihan. Tak lupa juga Tuan Calos yang ikut memberi pelatihan untuk dua saudara kembar yang mendapat tugas memanah. Memang, Tuan Calos cukup lihai dalam memanah karena dulu ia sering sekali berburu hewan dihutan untuk dijadikan makanan.
"gaun ini terlalu bagus dipakai untuk latihan memanah." Gisella meraba dress dari istana yang diberikan oleh Jansen tadi pagi. Harris melirik, "bahkan gaunmu dirumah tidak ada yang sebagus itu." ucapnya meledek. Gisella mendelik sinis, menatap sang kakak dengan tatapan sebal. "diam kau!"
"baiklah saudara kembar, hentikan perkelahian kalian dahulu. Mari kita mulai latihan." Tuan Calos datang menghampiri kedua saudara kembar itu. Keduanya pun menganguk.
Ditempat yang sama dengan jarak yang berbeda, tiga orang remaja masih sibuk berdiskusi.
"aku tidak bisa menggunakan pedang." gadis bersurai coklat emas tersebut menekuk wajahnya murung.
"kau bukan tidak bisa, tapi belum bisa Flo." Jayden menanggapi diangguki si lelaki bersurai pirang.
"jadi siapa yang ingin melakukannya dahulu?" Jansen menatap keduanya bertanya.
"kau bisa mengajari Flo dulu, aku sudah cukup lihai menggunakan pedang." Jayden berujar. Jansen mendelik terkejut, "benarkah?"
"ayahnya mantan tentara perang, jadi dia sering dilatih menggunakan senjata." Florence yang menjawab, lalu diangguki Jansen paham. "begitu ya, sepertinya Dewa Ares tidak salah memilihmu." Jansen tersenyum, Jayden pun ikut tersenyum membalas.
"kalau begitu ayo Flo. ah tidak maksudku, ayo Florence." ajak Jansen lalu sedikit salah tingkah dengan ucapannya.
Florence yang melihatnya tertawa pelan, "tidak apa Jansen kau bisa memanggilku Flo juga, karena kita semua sekarang berteman." gadis itu lalu tersenyum.
Jansen terdiam sebentar kemudian tersenyum canggung menatap Florence, "terima kasih." Florence mengangguk sebagai balasan.
"kalau begitu ayo mulai!"
Ketiganya kemudian melakukan latihan pedang dengan Jansen yang mengajari Florence sedangkan Jayden berlatih dengan mengayunkan pedangnya seorang diri.
——
Burung gagak berwarna hitam itu terbang diatas langit Grilivos, membelah langit dengan angkuh dan terbang dengan cepat. Tak lama ia berhenti diatas balkon sebuah kastil dengan seorang wanita bergaun hitam menjuntainya membelakangi. Sekon kemudian, burung itu berubah menjadi seorang pria dewasa dengan tatapan tajamnya yang mengintimidasi.
Ia lalu membungkuk, "Yang Mulia, aku mendapatkan sebuah informasi penting."
Wanita yang sedang memandangi indahnya Negeri Grilivos itu pun berbalik, menatap sang pria yang masih membungkuk. "katakan, apa itu?" wanita itu berujar tanpa ekspresi.
Pria tersebut menegakkan badan. "aku melihat Pangeran Jansen dan empat remaja lain sedang berlatih diatas bukit, dan ada seorang pria tua juga disana, Yang Mulia."
Wanita itu masih diam tanpa berkata, lalu berbalik menatap pemandangan indah Negeri itu dari atas kastil. Ia tersenyum miring.
"sudah datang rupanya ya?" netra hijau pekatnya tak henti menatap Grilivos dengan tatapan tajamnya.
"apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia." pria dibelakangnya bertanya.
"biarkan saja mereka bersenang-senang dahulu. nanti malam aku akan menyuruhnya membuat surat untuk anaknya agar kembali ke istana. Dan setelah itu aku akan membuat penawaran menarik." wanita itu tertawa sarkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRILIVOS
FantasyMereka yang ditakdirkan sebagai penyelamat. Bertaruh nyawa demi merebut kembali Negeri yang bahkan bukan tempat mereka berada. Mereka dikirim oleh para Dewa untuk menjadi seorang pejuang. Bahkan dengan dibekali kekuatan yang dimiliki oleh Para Yang...