Dos

136 6 0
                                    

Hampir 1 jam aku dan Marva duduk di kursi penumpang,tapi kami belum saja sampai. Beginilah hidup di kota besar,tak jauh dari kata ‘macet’ . Aku rasa penyebab macet itu karena kesalahan pengendara pribadi yang tidak menggunakan akalnya. Biarku perjelas,jadi para pengendara pribadi itu terlalu banyak yang egois. Misalnya,ketika ada mobil yang ingin berbelok eh malah gak dikasih kesepatan. Pokoknya gitu deh ya.

Ah aku bosan,padahal tinggal beberapa meter lagi sampai ditempat tujuan.

“Kenapa An?” Tanya Marva

“Bosen gw,mending jalan aja yu. Lagian sebentar lagi juga sampe kok”

“Males ah,panas gini. Lo mau bikin kulit gw item?”

Males banget meladeni Marva,orangnya terlalu lebay ckkck.. Aku akui kulitnya putih mulus,tidak seperti aku yang kulitnya gelap. Tapi setidaknya dia jangan terlalu lebay juga kali,terkena sinar matahari sebentar tidak akan membuat kulit hitam. Marva terlalu hiperbola ckckck..

Akhirnya kami sampai ditempat tujuan.

“Huft akhirnya nyampe” 

“yaudah ayok kita ke Ice Garden” ajak Marva sambil menarik tanganku tak sabaran

Swingg

Swingg

“An.. tungguin gw dong. Ah lo mah gak setia kawan,mentang mentang udah jago maen ice skate jadi lo ninggalin gw gitu aja” Panggil Marva

Aku memang sengaja meninggalkannya,bukan karena aku sudah hebat. Hanya saja dia harus terbiasa bermain ice skate tanpa pengawasan. Supaya cepat bisa. Itulah yang kulakukan agar cepat bisa,biasanya yang sering jatuh itu cepat biasanya. Itulah yang dikatakan seseorang kepadaku,aku lupa siapa orangnya.

Brukk

“Aduh” aku meringis kesakitan karena aku di tabrak orang atau mungkin aku yang menabraknya. Ntahlah. Sepertinya aku kualat

Dia mengulurkan tangannya kearahku,berniat untuk membantuku bangun.

“Gak usah,gw bisa bangun sendiri” aku menepis tangannya,bukannya aku gak memerlukan bantuan. Hanya saja,aku tidak ingin menyusahkannya.

“Eh sorry ya,gak sengaja” ucapnya

“hem”

Ketika aku sudah bangkit dan akan melanjutkan permainan ice skating  tiba-tiba tanganku dicekal oleh orang yang tadi menabrakku.

“Apa lagi?” tanyaku nyolot. yah bisa disebut seperti itu. tapi aku tidak merasa begitu

“Wih,, tenang tenang. Aku cuman mau ngomong baik baik kok” katanya

“Tenang tenang gimana,tangan om masih megangin tangan aku”kataku sebal sambil berusaha melepaskan  tanganku yang di pegang oleh om-om ini.

“Eh iya,aku minta maaf lagi deh” 

 “Hem,om mau apa sih? Aku ada urusan lain om” kataku

“Cuman mau nanya ‘nama kamu siapa’”

“Buat apa? Aku masih anak kecil om,jadi aku gak mau om ngapa-ngapain aku!”

“Idih aku masih muda kali,jangan dipanggil om”

“yaudah” kataku singkat

“Jadi nama kamu siapa?”

“Om siapa ya?” tanyaku balik. Aku seperti ini karena kata bunda,kita harus berhati-hati dengan orang yang tidak kita kenal

My PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang