3 juni 2010,
Pantai Krakal, Jogjakarta. 16.58
•
•
•
•"ARA JANGAN LARI,"
Teriakan itu menggema diseluruh pantai, dia Doyoung. Lelaki berumur 10 tahun yang sedang berlari mengejar gadis kecil yang sibuk dengan kayu dan pasirnya.
Gadis itu tersenyum lalu bertepuk tangan, melihat karya tulisnya jadi.
"Doyoung, siniii lihat Ara bikin apa,"
Doyoung mempercepat langkahnya, lalu ikut tersenyum melihat Tulisan yang gadisnya bentuk.
'Ara Doyoung'
"Bagus nggak? Ara yang buat,"
"Sini kayunya,"
"Doyoung juga mau bikin?" tanya si gadis
Doyoung mulai menggerakan kayunya, Ia tak banyak menuliskan kata, hanya membubuhkan simbol di antara nama mereka.
Simbol berbentuk hati.
"Ara love Doyoung" gumam Ara.
Gadis itu kembali bertepuk tangan, begitu juga Doyoung, Ia tersenyum, matanya yang hampir hilang terkadang membuat Ara ingin bersembunyi didalamnya.
"Ara mau jalan-jalan Doy,"
Yang dimintaipun mengangguk, Ia berjongkok didepan Ara, "Naik, biar Ara nggak capek,"
Dengan senang hati Ara menurutinya, ia mulai memposisikan dirinya, tangannya ia lingkarkan ke leher doy, seperti juga kakinya sudah bertengger manis di pinggang lelaki itu.
Mereka mulai menyusuri sisir pantai, tawa tak henti keluar dari mulut Ara, mereka mengoceh tentang berbagai hal.
Doyoung tak keberatan, baginya Ara sama sekali tak berat, bahkan jika disuruh untuk menggendong Ara sehari penuh, ia sanggup. Tak apa, asal Ara tetap selalu didekatnya.
"Doy, Doy itu kaya ombak ya,"
Langkah Doy berhenti, Ia menghadapkan dirinya kearah air yang sedang bergelung disana.
"Gagah, berani," lanjut Ara.
Doyoung tersenyum, hatinya menghangat mendengar itu. Sehangat suasana sore di Jogjakarta, dimana matahari sudah ingin pamit dan berganti peran dengan bulan.
"Ra," panggilnya pelan
Ara meletakkan kepalanya di bahu Doyoung, tempat ternyaman untuk saat ini, "Apa Doyoung?"
"Ayah bilang, Doy salah, tapi menurut Doy, Ara itu bukan kesalahan, jadi jangan berfikir kalau ini salah ya Ra?"
Mungkin bagi kalian mustahil untuk seorang anak laki laki berumur 10 tahun mengucapkan kata-kata itu. Tapi Doy berbeda, ia terlalu dewasa untuk menanggapi situasi ini.
Ara juga tak mengerti apa yang dikatakan manusia yang sedang menumpu berat badannya ini, tapi entah mengapa Ara mengangguk saja.
Lagi lagi Doy tersenyum, kali ini bukan senyum karena Ara memujinya seperti satu menit yang lalu, senyum yang menyatakan rasa aman, setidaknya untuk sekarang.
Langkah Doy kembali bergerak, berjalan sambil menikmati suara angin yang bersautan dengan ombak, bahunya terasa berat, Doyoung tau gadis dibelakangnya mulai mengantuk.
"Doy, Jogja indah ya, Ara mau disini terus nggak mau pulang ke Jakarta,"
"Ara mau tinggal berdua sama Doyoung, terus setiap hari ke pantai, main pasir, main air, pasti seru ya Doy?"
Doyoung hanya mengangguk.
"Jangan berhenti Doy, tunggu Ara tidur."
Dia tak akan berhenti Ara, Doyoung tak akan berhenti, Ia akan berhenti ketika perhentiannya meminta ia untuk tidak berjalan lagi.
----------
10 Januari 2018
Rumah sakit, Jakarta.
•
•
•Jika kalian bertanya apa hal yang tak disukai dari Doyoung, maka jawabannya adalah situasi saat ini.
Doyoung benci ketika ia harus berlari kalut di lorong ini, ia benci ketika pikirannya terus memikirkan hal negatif yang harus terjadi nanti.
Persetan dengan orang-orang yang protes karena ditabrak dengan tubuh gagah Doyoung, masa bodoh dengan motor baru yang Ia tinggal sembarangan di halaman masuk rumah sakit.
Pikirannya hanya satu, Ara.
Langkah kakinya dipercepat ketika sudah melihat seorang wanita dan laki laki sedang berbicara dengan dokter.
"Koma,"
Kata pertama yang menyambut indra pendengaran Doyoung. Kata yang membuat kaki Doyoung tidak dapat menumpu berat badannya sendiri. Doy jatuh, begitu pula degan air mata yang dari tadi ditahannya.
Ia gagal, ia gagal menjaga Ara.
"Bangsat lo doy, bangsat bangsat bangsat," gumamnya menyalahkan dirinya sendiri.
Wanita yang dari tadi melihat anaknya itu tak kuasa menahan air matanya, ia menghampirinya memeluknya, mengucapkan kata maaf karena tak bisa menjaga gadis kesayangan putranya itu.
Begitu pula dengan lelaki dengan berpakaian putih berlumuran darah itu menghampiri Doyoung, ia merendahkan tubuhnya didepan manusia yang sedang hancur itu, "D-doy gue, gue minta maaf doy, gue gatau doy, ti-tiba tiba Ara lari terus terus mobil nab-"
bugh!
Pukulan terlepas dari tangan Doyoung, Ia memukul telak pipi Jaehyun, membuat korbannya tersungkur di lantai dingin rumah sakit.
"Sesusah itu jagain Ara bang?" suaranya berubah dingin.
"Gue cuma minta tolong, jangan biarin Ara pergi, kenapa lo kasih ha?"
Jaehyun benar benar menyesal seharusnya tadi Ia tak mengizinkan Ara yang ngotot ingin membeli es krim, seharusnya Ia tak membalas pesan Doyoung yang bertanya bagaimana keadaan Ara, sehingga Ia tak melihat ada mobil yang melaju kencang mengarah ke Ara.
Jaehyun salah, Jaehyun gagal. Ia gagal menjadi Kakak. Ia pantas menerima ini.
Doyoung pun merasakan yang sama, ia menyesal, bukan karena telah memukul Jaehyun, ia menyesal karena meninggalkan Ara hanya karena tiket musisi kesukaan gadis itu.
Sekarang terlambat, Aranya terbaring lemah dibalik pintu kaca itu. Hidung yang biasa ia cium karena gemaspun sekarang tertutup oleh alat bantuan pernafasan. Mata yang baru saja menangis karena mengetahui bahwa tiket idolanya tersapu habis itu sekarang tertutup rapat.
Kaki Doy yang masih lemas ia paksakan berjalan menghampiri brankar Ara.
"Ra, gue bawa tiketnya nih, lo bisa lihat Pamungkas konser Ra, gue beli dua, nanti kita lihat bareng Ra," suara Doy bergetar, tak kuasa melihat pemandangan didepannya ini.
Lelaki itu mengeluarkan dua lembar kertas, bertulisan Pamungkas on Jogja dan menaruhnya di tangan Ara.
"Kita ke Jogja Ra, bangun Ra, nanti telat,"
"Pesawatnya juga uda gue pesen, nih lihat Ra," Doyoung mengeluarkan handphone nya yang menunjukan aplikasi penjual tiket pesawat itu.
"Ra, ayo keburu malem, Ra ayo, Angkara bangun ayo kita pergi Ra, RA BANGUN RA, ra bangun...please."
Percuma, mau berteriak sekeras apapun Doyoung, Aranya tetap tak bangun.
--------------
tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/265383508-288-k908344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA | Doyoung
FanfictionBiarlah ini menjadi Lengkara, Rahasia, Jogjakarta. • • • • "Doyoung, kita tuh cuma dua manusia yang saling jatuh cinta, dimana letak salahnya?" -Two hearts denying the truth That we both are falling hard in love Quicker and deeper And you're so much...