12 april 2018
•
•
•Sudah tiga bulan sejak kejadian itu, Doyoung tak pernah lagi melihat senyum Ara.
Jika saja Ara ada, maka Ia pasti akan memeluk Doyoung karena lelaki itu berhasil meraih nilai ujian terbaik tahun ini.
Jika saja Ara ada, pasti dia akan berfoto dengan piala Doyoung di tangannya, Ara itu tak pintar, makanya setiap Doyoung menang perlombaan, Ara akan meminjamnya untuk foto dan pamer di media sosial.
Doyoung tersenyum miris, piala kali ini tak berarti sama sekali, nilai ujian yang hampir sempurna tak ada apa apanya di banding senyum Ara.
Setelah mendapat penghargaan, Doyoung turun dari panggung, menghampiri dua manusia yang menunggunya.
"Selamat ya mas," Doyoung mengangguk lalu memeluk sekilas wanita yang melahirkannya itu.
Tepukan di bahu didapatnya dari sang Ayah "Masuk UI kan?" tanyanya memastikan.
"Bukannya itu yang Anda mau?" Doy menatapnya dingin, begitu pula lawan bicaranya.
Tari, bunda Doyoung yang mengerti suasana ini pun berniat mengalihkan pembicaraan, namun gagal karena Doyoung lebih dulu pamit untuk pergi menemui teman-temannya.
Lelaki itu berjalan melewati lautan manusia yang sedang merayakan kelulusan, tujuannya satu, ruangan di pojok yang Ia sewa untuk menyalurkan hobinya.
Setelah pintu terbuka, Doy sudah dapat melihat tiga orang sedang memandang kosong kertas ujian.
"Perasaan gue ngerjain serius, kenapa nilai gue bercanda gini ye bro," Ini Johnny, keyboardis band yang dibentuk Doyoung setahun yang lalu.
Jeno, hanya melamun, memikirkan bagaimana nasibnya kedepan, dengan nilai segini Ia bisa apa? kampus negeri mana yang mau menerimanya? tidak mungkin Jeno masuk kampus swasta, mau pakai apa membayarnya? bahkan bakatpun Ia tak punya kecuali dapat memainkan gitar yang dibelikan Doyoung itu.
Satu lagi, Haechan namanya, berbeda dengan kedua temannya, Haechan memang tak ingin kuliah, Ia ingin bekerja sebagai drummer yang mempunyai banyak penggemar.
"Gue pengen ngomong serius," sang vokalis membuka percakapan.
Mereka langsung memosisikan diri dengan duduk di satu set sofa yang berada di pojok ruangan.
"Kenapa Doy?" tanya Jeno
"Habis ini kalian kemana?" Doy menatap mereka satu persatu.
"Gue kerja kayaknya, nggak mungkin juga nilai gue tembus PTN, apalagi UI." Jeno menyuaraka isi hatinya.
"Gue mau fokus ngedrum aja sih,"
"Gatau Doy, burem," sepertinya Johnny benar benar ingin menyerah pada kehidupan.
Doyoung menyenderkan badannya pada sofa, "Gue mau fokus sama Angkara,"
Angkara, nama band yang dipilihkan Ara untuk Doyoung, alasan gadis itu sederhana, jika nanti band milik Doyoung terkenal maka namanya pun ikut terkenal.
"Loh bukannya SNM lo di terima UI, kedokteran kan?" Haechan heran.
Vokalis itu menghela nafasnya, "Kalau lo pada mau ikut gue, lusa kita berangkat,"
"Gila lo, berangkat kemana?"
"Ketempat nama Angkara bisa besar, gue cabut,"
Setelah mengatakan itu Doyoung pergi, sesekali tangannya mengetik balasan dari pesan yang dikirim oleh Jaehyun, pesan yang membuat hatinya menghangat. Ia berlari menuju parkiran, mengambil motor dan mengendarainya dengan kecepatan cepat.
Ia tak mau membuat kesayangannya menunggu.
Tak sampai sepuluh menit, Doyoung sampai ke toko bunga yang sudah tiga bulan ini sering Ia kunjungi.
Suara lonceng menyambut kedatangan remaja berusia delapan belas tahun itu, dilanjut dengan sapaan wanita, Flowra.
"Hai Doy, kaya biasa?" Tanyanya ramah yang hanya dijawab anggukan oleh Doyoung.
Setelah mengambil pesanan, Wanita berambut cokelat itu menghampiri Doyoung, "Nih, white roses untuk kesayangan lo,"
"Thanks mbak, duitnya gue taruh meja,"
"Eh Doy,"
Tangan Doyoung yang ingin membuka pintu terhenti, ia menoleh mengangkat alisnya satu, berharap Flow paham.
"Hati-hati,"
Doyoung tak menanggapinya, ia dengan cepat melaju menuju rumah sakit, tempat Aranya berada.
Ruangan Ara berada di lantai atas rumah sakit, lantai yang hanya tersedia tiga ruangan, tentu saja itu berbeda dengan kamar-kamar lainnya.
Doyoung menbuka pintu dengan hati-hati, senyumnya merekah ketika melihat punggung seorang gadis yang sedang memandang jendela besar di depannya.
Tanpa pikir panjang Doy menghampirinya, mengelus rambutnya dan mencium pucuk kepalanya.
"Hai Ra,"
Ya, Aranya sudah sadar, tepat dua minggu lalu Ara membuka matanya.
"Kata Bang Jaehyun lo mau minum obat? ih pinter," Doyoung tersenyum, tubuhnya ia sejajarkan dengan tubuh Ara, menaruh bunga yang ia beli di pangkuan gadis itu.
"Ra, gue ketrima SNM UI, Kedokteran,"
Raut muka Doyoung berubah menjadi sendu, "Lo tau kan Ra, dokter itu bukan mimpi gue,"
"Tadi siang gue bilang, gue mau fokus sama Angkara, inget Angkara nggak lo? band gue, yang isinya Jeno, Johnny, sama Haechan."
Doyoung menghembuskan nafasnya.
"Ra, Ke Jogja yuk, kita wujudin mimpi lo,"
"Lo mau kita tinggal berdua kan? Nanti kita beli rumah deket pantai Ra, biar tiap hari bisa main pasir bisa jalan jal—"
"GUE NGGAK BISA JALAN DOYOUNG! gue gabisa jalan,"
Tubuh lemah gadis itu langsung didekap oleh Doyoung, tak peduli raungan dan pukulan yang dilakukan oleh Ara, Doyoung tetap memeluknya.
Gadis itu sedang hancur sekarang, Doyoung paham, paham betul apa yang dirasakan olehnya.
Doyoung juga begitu saat pertama kali Dokter memberi tahu jika kedua kaki Ara tidak berfungsi lagi. Tapi hancur itu tak sebanding saat melihat Ara yang terus-menerus meminta pergi dari dunia.
Minggu lalu, Ara melakukan pencobaan bunuh diri. Entah dari mana Ia bisa mendapatkan sebuah pisau tajam yang hampir saja menggores di pergelangan tangan gadis itu jika Doyoung tidak datang.
Doyoung menangkup pipi Ara yang basah dengan air mata, mengusapnya pelan, mencari tatapannya lalu menguncinya dalam dalam.
"Kata siapa lo nggak bisa jalan Ra? I can be your leg, dan gue yakin lo pasti bisa jalan lagi kok Ra, pelan pelan, sama sama, ngerti?"
Ara menggeleng, "Tapi gue cacat Doy, cacat gue ca—"
Kata yang akan keluar dari mulut Ara itu harus tertahan karena bibir Doy yang menghalanginya, menutup rapat rapat bibir gadis itu.
"Lo sempurna di mata gue Ra, kita jalanin hidup kita yang baru, ya? sama gue, cuma lo sama gue."
----------
tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/265383508-288-k908344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA | Doyoung
Fiksi PenggemarBiarlah ini menjadi Lengkara, Rahasia, Jogjakarta. • • • • "Doyoung, kita tuh cuma dua manusia yang saling jatuh cinta, dimana letak salahnya?" -Two hearts denying the truth That we both are falling hard in love Quicker and deeper And you're so much...