"Kita mau ketemu Jo."
Alis Nina bertaut, ia memajukan tubuhnya di kursi, mendekat ke celah antara dua kursi depan. "Mas Angga udah bisa ngehubungin Jo? Dia di mana? Gimana kabarnya? Dia beneran sibuk?"
Kedua kakaknya terdiam dan berpandangan sejenak. Lalu Nisha kembali meremas tangan Nina di tangannya. "Kemarin Angga dapet kabar dari temennya Jo," Nisha memulai.
"Dia di mana?"
"Dia di rumah sakit, Nin. Dia terlibat dalam kecelakaan beruntun, keadaannya cukup parah dan sampai sekarang dia belum sadar."
Waktu Nina terasa berhenti. Semua yang terjadi di sekitarnya seolah dijeda, termasuk pikirannya yang kosong. "Kejadiannya kapan?" tanyanya lirih.
"Minggu lalu... hari Rabu"
Seluruh tubuh Nina terasa lemas. Tangannya terlepas dari genggaman sang kakak. Ia tak sanggup lagi duduk tegak. Ia menyandarkan tubuhnya ke belakang, mencari penopang untuk tulang-tulangnya yang seolah menjadi bubur, lalu menatap kosong jauh ke depan. Minggu lalu... mungkinkah tepat setelah ia mengantar Nina malam itu? Tepat setelah ia berjanji bahwa ia tidak akan membuat Nina sedih?
"Itu hari kami ketemuan. Apa mungkin..."
"Sshh..." Angga mendesis, menatap Nina melalui kaca spion tengah, seolah mengetahui apa yang ada di pikiran Nina dan tidak ingin Nina mengatakannya. "Bukan. Ada yang drunk driving di jalan terus karena satu truk banting setir dan lalu jadi lintas kacau saling ngehindar, sana sini tabrakan. It all happened so fast."
Nina meneguk ludah. "Tapi kalau dia nggak nganter Nina dulu dia bisa pulang dengan selamat."
"Jangan nyalahin diri kamu. It's happened, blaming yourself won't change anything," tegas Angga. "Sekarang kita jengukin Jo dan doain dia cepet sadar. Itu aja. Paham?"
Nina menarik napas tajam dan menghembuskannya dengan gemetar dan susah payah sambil menengok ke luar jendela samping. Dahinya berkerut dalam dan matanya memerah. Kedua tangannya mengepal erat di atas pangkuannya. Nisha hanya menyaksikan semua itu dengan nyeri di dadanya. Ia tak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk Nina sekarang.
Nina merasa begitu bersalah dan tak berdaya. Angga memang benar, tak ada gunanya menyalahkan diri sendiri, tapi nyatanya tidak mudah untuk menghilangkan perasaan itu dari benaknya. Rasanya rasa bersalah terus menggerogotinya tanpa belas kasihan. Tak ada anastesi yang mampu mematikan rasa sakit yang ia rasakan sekarang. Ia menemukan dirinya berdoa untuk cepat tiba di rumah sakit dan menemui Joshua. Membayangkan lelaki yang selalu tersenyum itu terkulai lemah di atas kasur rumah sakit membuat jantung Nina mengalami sakit yang sangat hebat. Sebulir air mata jatuh di pipinya dan ia segera menghapusnya. Ia tak boleh menangis. Ia tak boleh menangis karena Jo mungkin tidak suka kalau ia menangis. Tapi seluruh tubuhnya sakit.
Nina tak sanggup membayangkan apa yang dialami Joshua saat kecelakaan itu terjadi. Bagaimana takutnya, sakitnya, pasti luar biasa. Sejujurnya Nina tak mau membayangkan semua itu karena membayangkan Jo kesakitan ikut menyakitinya, namun rasanya Nina harus merasakan sakit untuk menebus rasa bersalahnya.
Nina memeluk tubuhnya yang tiba-tiba merasa dingin, ia mengangkat satu tangan dan menggigiti kukunya. Joshua bodoh. Seharusnya ia putar balik dan mengambil jasnya saja dulu! Seharusnya ia tak berhenti hanya untuk bernyanyi untuknya dulu. Seharusnya Jo tidak terlibat dalam kecelakaan itu. Seharusnya Nina tidak memintanya bertemu hari itu.
Nina memejamkan mata kuat-kuat saat rasa bersalah kembali menumbuknya dengan kuat. Ini semua salahnya.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Angga menghubungi teman Joshua dan mendapat informasi di kamar mana Joshua dirawat lalu mereka bertiga bergegas ke sana. Nisha menggandeng adiknya karena khawatir Nina akan bersikap ceroboh, sementara Nina hanya menggenggam balik tangan Nisha kuat-kuat. Nisha rasa Nina juga membutuhkan pegangan. Meski tangannya agak sakit, Nisha membiarkannya. Ia tahu Nina harus menyalurkan perasaannya dengan suatu cara.
KAMU SEDANG MEMBACA
second time | jjk
FanfictionJo dan Nina tidak saling mengenal sebelumnya, namun hanya membutuhkan dua pertemuan, and everything falls into place. Akhir hidup bahagia selamanya rasanya sudah di depan mata. Semudah itu. . Semudah itukah? . . . « a jeon jungkook alternate univers...