-1-

225 18 0
                                    

              Malam hari, sebuah suasana dimana banyak orang hanya memikirkan kata untuk mereka kembali pada istanah terbaik, langit yang awalnya berwarna biru cerah dengan awan-awan putih  berubah menjadi langit hitam denga  bintang kecil berwarna putih mengelilinginya, bersamaan satu bundaran bulan purnama yang berada paling atas antara beribu bintang, keduanya seakan kompak menciptakan cahaya ,saling bergandengan tangan membentuk harmoni malam yang indah.  Suasana hiruk piruk kota malam menjadi hal utama pada hari ini, orang-orang sudah lelah melakukan aktivitasnya memenuhi jalan dengan kendaraan mereka, hanya ada satu kalimat dalam benak mereka yaitu segera pulang dan melepaskan semua beban pada kedua bahu yang tertutup dengan seragam kantor.

        Seorang perempuan yang jika dilihat dari postur tubuhnya berumur 19 tahun sedang berjalan di tengah suasana malam kota, dengan menggunakan jaket penutup kepala abu-abu, sepatu kets berwarna hitam, dan sebuah kacamata baca bertengger pada kedua matanya. Namun gadis itu tidak berjalan dengan tangan kosong, terdapat sebuah kotak berukuran sedang yang sejak tadi terus menempel pada telapak tangan putihnya, sebuah box  coklat berbentuk kubus  apabila ada mata lain melihatnya mungkin mereka akan mengira gadis itu sedang membawa buah dengan jumlah banyak, atau mungkin barang COD dari situs belanja online, entahlah sulit untuk di tebak dari luar.

        Gadis itu berjalan menuju ke sebuah apartemen berjumlah sepuluh lantai, dia melangkahkan kedua kakinya dengan tempo yang sedikit terburu-buru, entah apa yang akan dilakukanya. Setelah berjalan beberapa meter, gadis itu akhirnya sampai pada sebuah apartemen yang dia tuju, dengan langkah perlahan perempuan itu masuk kedalam melewati pintu masuk, dia menolehkan kepalanya pada seluruh penjuru arah , celingak-celinguk seakan memastikan tidak ada yang melihatnya.

"Permisi Nona." Namun suara seorang laki-laki membuat tubuhnya tersentak, dia berbalik badan menatap satpam yang masih menggunakan seragamnya.

"Eh iya, ada apa ya Pak?" Tanya gadis itu sambil berusaha mengatur suaranya menjadi seperti biasanya seakan tidak terjadi apa-apa.

"Sepertinya anda kebingungan,a da yang bisa saya bantu?"

" Eumm, begini Pak, saya ingin mengunjungi rumah teman saya , kebetulan dia menunjukkan kalau rumahnya ada disini, kamar nomor 28."

"Ohh kamar no 28, itu adalah kamar di lantai dua, anda bisa menggunakan lift di sebelah kanan sana dan tangga di sebelah kiri sana."Kata satpam sambil menunjuk ke arah kanan tempat dimana lift berada dan ke arah kiri tempat dimana kamar berada.

"Baiklah, terimakasih atas bantuanya.." Segera gadis itu menunduk sopan mengucapkan kata terimakasih, terlihat wajah satpam itu tersenyum menatapnya karena jarang dia menemukan anak muda yang mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Sama-sama, tapi kotak itu sepertinya ada keberatan membawanya, boleh saya bantu bawakan?"Tawar satpam sekali lagi.

"Eh tidak usah Pak, ini bahan untuk proyek tugas kuliah saya dengan teman saya,memang sangat banyak tapi tidak apa-apa, ini benda ringan hanya saja saya hanya punya box ini untuk membawanya dari rumah."

"Baiklah, kalau begitu saya pamit.  Selamat malam semoga hari anda menyenangkan." Satpam menundukkan tubuhnya dengan sopan, segera gadis itu membalasnya sambil tersenyum sangat ramah. Merasa dia berhasil mengelabuhi satpam membuat ada rasa lega dalam hatinya.

           Perempuan itu melangkahkan kakinya menuju tangga di sebelah kiri untuk menuju sebuah kamar no 28 dengan langkah perlahan namun sedikit terburu-buru. Sebenarnya tanpa bertanya kepada satpam, dia sudah hafal mana kamar yang memang dia inginkan untuk melepaskan box ini dengan aman. Terlihat pintu kaamr abu-abu dengan no 28 sudah berada pada depan matanya, kosong tidak ada suara apapun dari dalam. Sambil meletakkan box itu perlahan pada lantai, kedua matanya memandang lama sekali. Ada rasa tidak tega dalam hatinya, ada rasa berat meninggalkan box berisi seorang anak laki-laki berumur belum genap 2 tahun. Namun dia melakukan ini bukan tanpa alasan, dia ingin anak ini bahagia dan mendapatkan kehidupan layak.

Kim DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang