"Giselle. Bangun. Ayo pulang."
Giselle meringis dalam tidurnya mendengar seseorang memanggil-manggil namanya dan menoel-noel pipinya. Tidurnya yang nyenyak ditemani bunga tidur yang indah berhasil terusik yang mau tak mau memaksanya membuka mata menyambut sosok seseorang yang duduk di tepi ranjangnya.
"Haechan? Lo kok di sini?" tanya Giselle yang belum sadar sepenuhnya, ia menguap sesekali dan mengucek-ngucek matanya berusaha mencerna keadaan dan di mana lokasi ia terbangun yang terlihat asing.
"Dari tadi gue emang di sini," jawab Haechan yang membuat Giselle teringat kalau ia masih berada di sekolah atau lebih tepatnya UKS.
"Jaemin-nya mana?" tanya Giselle lagi yang berusaha bangkit untuk duduk dan berhadapan dengan Haechan yang setia menungguinya. Seingatnya sebelum tertidur ia masih makan ditemani oleh Jaemin, yang membuatnya bertanya-tanya sudah berapa lama ia terlelap.
"Jaemin? Udah pergi dari tadi kayaknya, gue juga gak ketemu dia." Haechan menjengitkan bahunya. Setahunya ia hanya dikabari oleh Jaemin tentang kondisi Giselle dan setibanya di sekolah ia disambut oleh Heejin dan Nakyung yang sedang menunggui Giselle di UKS.
"Nih minum dulu." Melihat Giselle yang masih malas-malasan dan terlihat linglung, Haechan segera memberikan botol minuman Giselle yang berada di atas meja.
"Lo sejak kapan di sini?" Giselle bertanya sebelum menerima botol minumannya dan meneguk isinya.
"Udah sejam lebih, hampir dua jam kayaknya."
"Hah?" Sumpah Giselle kaget setengah mati, untung ia tidak sampai mati konyol karena tersedak air yang sedang diteguknya. Ia berhenti minum dan buru-buru meraih tangan Haechan untuk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya.
"Udah jam 4! Praktikumnya gimana?" teriak Giselle panik yang tanpa sengaja menghempas kasar tangan Haechan dan bersiap-siap turun dari tempat tidur.
"Jel, tenang dulu, dengerin gue." Cepat-cepat Haechan menahan kedua bahu Giselle agar menetap di posisinya dan mendengarkan penjelasannya dahulu.
"Praktikumnya dibatalin, Renjun bilang peralatannya masih ada yang belum siap," ujar Haechan dengan pelan dan sabar agar Giselle berhenti grasak-grusuk dan mendengarkannya.
"Dibatalin? Seriusan? Huft, syukur deh." Giselle mengembuskan napas lega, tapi gemuruh di dadanya belum mereda akibat tadi terlalu kaget dan panik. Apalagi kondisinya ia baru saja bangun tidur, dikagetkan seperti itu sama sekali bukan cara yang baik untuk kesehatan jantungnya.
"Lo gimana? Masih lemes? Lo sakit apa sih?" tanya Haechan yang akhirnya bisa melepaskan pegangannya pada bahu Giselle setelah gadis itu kembali tenang dan lanjut meneguk air minumnya.
"Gak tau, perasaan gue gak enak. Kayak ada yang ngeganjel terus bawaannya lemes pengen rebahan aja." Giselle menjawab setelah menghabiskan seluruh isi botolnya yang tadinya tinggal setengah. Melihat kotak bekalnya juga yang masih berada di atas meja, ia lalu bergerak ingin turun dari ranjang untuk mengambil tasnya yang disimpan di kursi lain yang agak jauh dari jangkauan.
"Eh, mau kemana?" Haechan kembali bergegas menahan Giselle bahkan sebelum kakinya sempat memijak lantai.
"Mau ngambil tas doang." Belum sempat Giselle berkedip setelah berucap, Haechan sudah lebih dulu melompat turun dari ranjang untuk mengambilkan tas itu untuknya. Ia tak menyangka kalau ternyata Haechan bisa overprotektif padanya yang sedang sakit. Ayolah, hubungan mereka tidak seserius itu untuk memberikan perhatian yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle ❝Haechan Giselle❞ ☑
FanfictionOur story may start with a joke, but our love are not for a joke. ©bananaorenji, 2021.