"Kak!"
Tepat ketika mendongakan kepalanya, Mark disambut oleh kamera ponsel Giselle terarah tepat di depan wajahnya yang disusul oleh suara jepretan. Mark berkedip bingung beberapa kali, tak menduga pada serangan mendadak tersebut. Sejak tadi ia sibuk mengetik dan fokus dengan tugas di laptopnya sehingga ia tak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Giselle yang duduk tepat berhadapan dengannya.
"Ngapain sih motoin gue? Hapus gak?!" protes Mark begitu mulai menyadari ekspresi melongonya yang tertangkap kamera ponsel Giselle pasti kelihatan bodoh sekali.
"Tenang aja, foto muka jelek lo gak gue apa-apain kok, cuma gue kirimin ke Haechan," jawab Giselle enteng, ia mengangkat tatapannya dari layar ponsel sejenak untuk memberikan cengiran lebar tanpa rasa bersalah pada Mark.
"Lah? Buat apaan dikirim ke Haechan?" Mark terheran, ada masalah apa dengan dirinya yang dilibatkan dalam hubungan dua sejoli ini. Apa tidak cukup hampir setiap hari ia menjadi saksi mata Haechan yang sedang dalam fase bucin-bucinnya pada Giselle, ia merasa tak butuh terlibat lebih jauh lagi.
"Gue keluar ini gak ngasih tau apa-apa ke Haechan, tapi dia ngeliat update story gue tadi," ujar Giselle sembari meletakan ponselnya ke atas meja setelah kelar mengirimkan pesan beserta bonus foto Mark pada Haechan.
"Terus? Dia marah lo pergi main gak bilang-bilang?" Mark sudah siap dengan petuahnya untuk menyidang Haechan nanti bila saja tuduhannya benar. Ia memang tak suka ikut campur hubungan orang, tapi ia tak segan angkat bicara kalau ada cowok yang sok-sokan mengatur dan mengancam hanya karena ceweknya tidak mengabarkan kegiatannya. Baru juga jadi pacar, tidak ada kewajiban untuk mengabari 24 jam dalam sehari.
"Gak kok, dia cuman komen, tumben nongkrong di luar. Gue jawab aja diajakin ngedate sama Kak Mark." Giselle berhenti sejenak dari kegiatan menyeruput minumannya yang tinggal seperempat untuk menjawab Mark, lalu melanjutkannya kembali sampai isinya tandas seluruhnya. Sudah empat jam mereka duduk di sana dan ini sudah gelas ketiga yang ia habiskan.
"Udah sinting lo ngomong gitu ke pacar lo?" Mark menggeleng tak habis pikir pada candaan Giselle yang bisa saja menimbulkan kesalahpahaman.
Padahal ngedate dari mananya? Ketimbang mengajak, lebih tepatnya Mark menyeret paksa Giselle yang terlalu betah mengeram di kamarnya agar mau sesekali keluar rumah selain dari pergi ke sekolah dan les. Awalnya Mark ingin mengajak Giselle ke kafe yang lebih kondusif dan nyaman untuk nongkrong, namun Mark tidak tahan mendengarkan Giselle yang terus mengeluh dan mengoceh semenjak mereka melangkahkan kaki keluar pintu rumah. Akhirnya Mark impulsif menghentikan laju kendaraannya di kafe yang tak jauh dari kompleks rumah mereka.
Kafe di dekat kompleks rumah mereka tidak buruk juga dan Mark sudah sering nongkrong di sana bersama teman-temannya. Tempatnya nyaman, hanya saja agak kurang kondusif untuk Mark yang juga bertujuan sekalian mengerjakan tugasnya karena pengunjungnya yang selalu ramai pada waktu sore hari sampai tengah malam. Setidaknya kafe ini lebih baik ketimbang tembok rumah Giselle yang sudah penat Mark tatapi setiap hari. Mark juga membutuhkan susasana baru untuk menyegarkan otaknya agar lebih lancar dipakai mengerjakan tugas. Semenjak mengurus Giselle, ia seperti ketularan Giselle menjadi anak rumahan.
"Kan Haechan udah kenal Kak Mark, gak mungkin juga dia nganggep serius omongan gue." Giselle tertawa jahat dalam hati, Mark hanya tidak tahu saja kalau ia sudah sering menggunakan nama Mark untuk membercandai Haechan.
"Terus kenapa pake muka gue yang di pap?! Dia kan pacar lo, bukan pacar gue," tukas Mark masih keberatan muka jeleknya tersebar, sekalipun cuma ke tangan Haechan. Siapa yang tahu nanti Haechan bermasalah dengan Giselle, lalu sebagai salah satu orang terdekat Giselle, fotonya turut disalahgunakan oleh Haechan yang dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle ❝Haechan Giselle❞ ☑
FanficOur story may start with a joke, but our love are not for a joke. ©bananaorenji, 2021.