Pencapaian Cordelia membuat teman-teman sekolahnya mulai menyadari keberadaan gadis itu. Beberapa murid mulai mau menjadi lebih dekat dengan Cordelia. Bagaimana dengan Cordelia sendiri? Cordelia adalah gadis yang sangat benci kesepian. Maka baginya tak masalah orang lain memperlakukannya seperti apa selama orang-orang itu tetap mengizinkan Cordelia untuk hadir diantara mereka.
Teman-temannya adalah aktor yang hebat dalam bermain peran. Mereka membuat Cordelia merasa bahwa ia benar-benar diterima untuk berada diantara mereka. Di belakang Cordelia mereka membicarakan gadis itu, menebar kebencian pada orang-orang untuk membenci gadis itu. Dan ketika Cordelia mengalami perundungan maka merekalah yang akan pasang badan dan membuat Cordelia merasa bahwa teman sejati itu ada.
"Sumpah, kalian kok bisa tahan sih temenan sama si Kaku itu?" tanya seorang anak bernama Michella Destriana.
"Buat amanin nilai lah, bego! Terus ya dia tuh mau aja disuruh-suruh, dimintain beliin ini itu buat hadiah 'pertemanan' bodoh ga, sih? Belum lagi kalo ada masalah sama anak laki-laki yang suka jahil atau malak, dia pasti lawan mereka buat kita," jawab Diandra sembari terkekeh senang.
"Ditambah lagi sepupunya itu―Ghattan kan ganteng ya, siapa tahu aku bisa deket sama Ghattan kalo aku deketin Cordelia," tambah gadis bernama Ghina Amalia yang duduk di sebelah Diandra.
"Bukannya kalian kelewatan ya kalau gitu?" tanya Michella.
"Hidup dia tuh kelewat enak, dikasih sakit dikit mah gapapa kali," ucap Ghina.
"Iya, ga adil kalo ada orang yang hidupnya terlalu enak kayak dia," ucap Diandra menyetujui ucapan Ghina.
"Terserah, sih. Pokoknya kalo kalian ada masalah sama dia terus kalian bonyok aku ga mau ikutan. Aku emang ga suka sama anak itu, tapi aku ga muka dua kayak kalian." Michella berdiri dari tempat duduknya dan kemudian pergi meninggalkan dua temannya itu.
Ketika Michella hendak berbelok ke lorong di sebelah kelasnya ia berpapasan dengan Cordelia yang masih dengan tas di punggungnya. Michella memutar bola matanya malas. Kenapa harus ketemu dia sih?
Cordelia membalas hal itu dengan tersenyum. "Thanks."
Michella mengerenyitkan dahinya dan kemudian lanjut berjalan meninggalkan Cordelia. Ngapain bilang makasih, sih? Aneh!
Cordelia masuk ke dalam kelasnya. "Assalamu'alaikum."
Diandra dan Ghina menjawab, "Wa'alaikumussalam."
Cordelia mencari kursi tempat biasa ia duduk. Banjar yang jauh dari banjar kursi guru baris ke tiga. Ia kemudian menaruh tasnya dan menghampiri dua temannya itu.
"Ghattan mana?" tanya Ghina yang heran melihat Cordelia hanya datang sendirian ke kelas mereka.
"Ada, tadi di jalan ketemu Dzaky, paling mereka jalannya sambil ngobrol, jadinya lama," jawab Cordelia. "Oh ya, omong-omong ... Makasih pahalanya," lanjutnya.
"Hah? Apaan?" tanya Diandra.
"Hmm ngga," jawab Cordelia.
Ghina terlihat berpikir, sesaat kemudian wajahnya terlihat terkejut. Ia lantas menyikut Diandra, membuat Diandra menoleh. "Apa?"
"Anter ke toilet, yuk!" ajak Ghina sambil berdiri dan menarik paksa lengan Diandra.
Diandra semakin tak mengerti. "Apa sih? Sabar dulu, dong!"
Ghina terus menarik Diandra, keduanya akhirnya pergi meninggalkan Cordelia sendirian di kelas. Cordelia tersenyum miris. Kalian kurang hati-hati. Kalau bukan karena aku butuh teman, kalian pasti aku kasih pelajaran yang ga bakal kalian lupain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shackles(s) Soul
Roman pour AdolescentsSeorang gadis merasa "terbelenggu" karena kebiasaan labelling yang dilakukan orang-orang padanya. Ia merasa sangat terkekang dan terbebani karenanya. Gadis polos tak berdaya itu memerlukan bantuan, tapi bantuan itu tak kunjung datang. Gadis itu kemu...