Bab 2

1.7K 169 15
                                    

Hai Jangan lupa vote dan komennya ya... Maacih....
Oh iya, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya....

Rama menaikan alisnya sebelah saat melihat Dhani mengabaikannya. Lalu Danu datang menghampiri Rama. Danu menyapa Ririn dan Burhan, lalu nenek Salma, dan kakek Ujang.

"Rama, ikut gak kesebelah sana?" ujar Danu.

"Ayok, Wahyu sama Fitri udah datang?" ujar Rama.

"Udah, tadi aku habis dari sana..." ujar Danu, lalu mereka berdua pergi meninggalkan mereka.

Ririn kemudian berbicara kepada Rama. "Nak, ajak abangnya main bareng kamu sama temen-temen kamu gih."

"Huh? Males, sombong begitu. Udah ya bu, Rama mau kesana dulu." ujar Rama.

"Rama, kamu kok gitu?" ujar Nek Salma.

"Tanya aja sama anak orang kaya itu," ujar Rama sambil berlalu.

Mendengar ucapan Rama, nek Salma sedikit heran. "Maaf ya nak Burhan, Rama itu sebenarnya anaknya baik. Baru kali ini dia kayak gitu,"

"Gak apa-apa bu, Burhan berharap Dhani bisa berteman baik dengan adiknya." ujar Burhan.

Setelah sekian abad Dhani tidak bersuara, akhirnya dia berbicara. "Dia bukan adikku, lagi pula siapa yang mau punya adik kampungan dan udik kayak gitu. Malu..."

"Dhani..." ujar Burhan.

"Apa lagi? Belum cukup ayah menikahi ibu Ririn? Sekarang ayah juga mau ninggalin aku disini kan? Oke... Kalau ayah maunya itu, biar puas sekalian." ujar Dhani.

"Dhani, nak... Istighfar gak boleh begitu. Maafin ibu ya nak, semua demi kebaikan kamu." ujar Ririn.

Dhani hanya diam, lalu ia hanya duduk sambil memainkan ponselnya. Hari sudah sore, lalu Rama pulang dan ia melihat masih ada ibunya. Rama anak yang tidak banyak bicara kalau ia tidak suka dengan orang itu.

"Assalamualaikum, Rama pulang..." ujar Rama.

"Anak ayah sudah pulang... Pergi mandi dulu ya nak..." ujar Burhan.

"Iya pak... Ya udah Rama mandi dulu," ujar Rama.

Rama menyambar handuknya yang tersangkut di penjemuran handuk yang tidak jauh dari kamar mandi. Ia selesai mandi, saat ia ingin berganti pakaian, ia melihat Dhani di dalam kamar sedang ganti baju juga. Rama cuek, tapi Dhani menelan susah payah salivannya saat melihat kemulusan kulit Rama.

"Apa liat-liat?" ujar Rama.

"Yeee, Ge Er... Siapa yang liatin Lu coba..." ujar Dhani.

"Eh, ini di kampung bukan di kota. Pakai bahasa yang bener, gak usah lakai Lu gue lu gue... Gak pantes." ujar Rama.

"Suka-suka gue lah, lidah-lidah gue. Denger ya, lu bukan adik gue." ujar Dhani.

"Yang mau jadi adikmu siapa? Helooo ngaca... Ni kaca lebar, amit-amit punya abang kek kau ni bah." ujar Rana lalu pergi keluar kamar.

Rama keluar rumah juga sambil berpakaian rapih. Lalu Burhan berbicara. "Anak bapak rapih banget mau kemana?"

"Mau kemesjid pak, besok udah puasa kan, jadi mau taraweh sama temen-temen." Sahut Rama.

"Abangnya gak diajak?" ujar Burhan.

"Mmmnnnp, tadi udah di ajak tapi gak mau." ujar Rama.

Burhan menghela napas, lalu berbicara lagi. "Nak, mulai hari ini dan seterusnya, Dhani akan tinggal disini bersama kamu, kakek, dan nenek. Kalian yang akur ya, abangmu punya riwayat asma, jadi bapak pikir udara di kampung cocok untuknya. Tidak banyak debu, dan asap kenalpot. Bapak minta tolong sama kamu ya nak, jagain abangmu. Meski dia begitu, sebenarnya abangmu orangnya baik."

BXB - RAMADHAN (RAMA DAN DHAN?.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang