Bab 9

995 109 21
                                    

Sesampainya di rumah Rama dan Dhanu melihat memang benar Dhani ada di rumah. Lantas siapa yang Rama lihat di Cafe tadi?

"Rama, jika Dhani ini benaran di rumah, lalu yang di Cafe itu siapa?" ujar Dhanu.

"Aku juga bingung, bagaimana kalau kita selidiki?" ujar Rama.

"Tapi ini udah malem, besok kita pergi cari tau oke?" ujar Dhanu.

"Ya sudah, kau hati-hati di jalan ya." ujar Rama.

Dhanu mengangguk dan pergi kembali kerumahnya. Rama masuk kedalam Rumah, lalu Dhani berbicara. "Udah balik Lu?"

"Udah... Dhani, lalu yang di Cafe itu siapa? Kalau kau ada disini?" tanya Rama penasaran.

Dhani diam saja, ia tidak menjawab lagi. Lalu berbicara setelah diam beberapa saat. "Salah liat kali lu?"

"Mungkin... Ya udah ah aku mau ganti baju dulu...." ujar Rama.

Dhani tidak mengikuti Rama, lalu Dhani membuka ponselnya dan menelpon seseorang. "Halo, lu dimana?"

"Gue lagi bukber sama temen-temen gue, kenapa?" sahut orang di sebrang sana.

"Lu begok atau gimana? Gue udah bilang jangan berkeliaran di sekitar desa, Rama baru aja melihat lu." sahut Dhani.

"Eh, terus? Apa kata dia?" ujar Orang di sebrang sana.

"Dia cuman bilang ngelihat gue, sudahlah pergi dari sana sekarang." ujar Dhani.

Rama tidak sengaja mendengar percakapan itu, Rama semakin curiga tapi ia pura-pura tidak mendengar saja. Saat Dhani masuk kekamar, Rama pura-pura tidur. Dhani memeriksa Rama apakah dia benaran tidur atau tidak. Kemudian Dhani memeluk Rama dari belakang, mata Rama terbuka dan pura-pura menoleh melihat Dhani. Lalu menyingkirkan tangan Dhani.

"Lu kenapa?" ujar Dhani heran.

"Kau tu aneh tau gak, tadi marah marah kau sama aku. Sekarang main peluk-peluk aja," ujar Rama.

"Oh jadi lu marah sama gue? Lu tau bagaimana perasaan gue saat ada abang-abangan lu jemput ngajakin buka puasa bareng? Hancur, sakit hati gue." ujar Dhani.

"Heh, wajarlah dia ngajakin gue buka puasa bareng, lagian gak cuman berdua, ramai tau." sahut Rama.

"Iyalah, dia abang lu, dan gue bukan abang lu. Gue ngerti sekarang. Dari gue datang kemari juga lu gak pernah suka ma gue." ujar Dhani.

"Itu tau, terus ngapain masih disini? Pergi sana balik ke kota sama ibuk dan bapak." ujar Rama.

Plaaaaaak

Dhani menampar Rama, tanpa basa basi Rama langsung keluar rumah dan tidak kembali. Rama pergi kerumah Dhanu, saat Dhanu melihat memar dan darah di sudut bibir Rama, ia langsung panik. "Rama kau kenapa? Ayo masuk aku obatin."

"Aku gak apa-apa, memar dikit doang." ujar Rama.

"Kau berantam dengan Dhani? Atau apa?" ujar Dhanu.

"Dia nampar aku, aku nginep di rumah kau ya. Aku malas pulang kerumah." ujar Rama.

"Boleh, rumahku selalu terbuka untukmu. Lagian Ayah sama ibuku juga lagi dinas ke kota selama sebulan ini. Kau boleh tinggal disini kapanpun kau mau." ujar Dhanu.

Rama memgangguk, lalu saat mereka pergi ke kamar. Terlihat air mata berlinang di sudut mata Rama, Dhanu dengan sigap menghapus air mata itu dan menarik Rama kedalam pelukannya. Rama semakin senggugukan, lalu Dhanu berbicara. "Tolong jangan nangis Ma, kau tau? Hatiku hancur saat melihat kau seperti ini."

"Maaf... Aku cengeng ya...? Seumur-umur aku gak pernah di gampar sama emak ku atau kakek dan nenek, ini dia bukan siapa-siapa berani gampar aku... Sakit Nu..." ujar Rama.

"Udah udah, sini aku obatin makanya... Bandel sih." ujar Dhanu.

Rama hanya mengangguk, lalu Dhanu keluar kamar untuk mengambil obat. Dhanu kembali ke kamar, ia membawa obat kompres agar memarnya hilang. Rama sedikit manja dengan Dhanu, tidak tau kenapa ia selalu merasa nyaman dengan Dhanu.

"Pelan-pelan dikit kenapa, sakit tau." ujar Rama.

"Diem ah, bawel... Dah selesai, sekarang bobok gih." ujar Dhanu.

"Peluk..." ujar Rama.

"Ciiih,woi dah gede... Malu tau," ujar Dhanu.

Rama hanya memanyunkan bibirnya, merasa tidak tahan dengan sikap Rama, Dhanu pun menurutinya. "Kok aku agak aneh ya,nurut aja sama kau gitu."

"Kau kan sayang sama aku, jadinya nurut deh.." sahut Rama.

Rama tersenyum, wajah mereka berdekatan. Dhanu membalas senyuman manis Rama,  Meleleh rasanya melihat senyuman manis itu. Dhanu mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi, semakin dekat dan sangaaat dekat. Rama mendekatkan wajahnya ke Dhanu, lalu merasa tidak tahan Dhanu pun mencium bibir Rama. Dhanu terkesiap, lalu berbicara.

"Rama maafin aku... Aku," ujar Dhanu.

"Gak apa-apa kok... Ya udah ayok tidur..." ujar Rama.

Dhanu merasa heran, sebenarnya Rama memiliki perasaan yang sama atau tidak dengannya. Ia ingin mengungkapkan ,tapi Dhanu takut Rama tidak seperti dirinya. Atau Rama tidak menyukainya? Tapi melihat dari responnya tadi, seolah Rama menyukai hal itu. Dhanu memeluk Rama dari belakang, tapi kini Rama berbalik berhadapan dengan Dhanu. Dhanu membuka matanya, mata mereka bertemu. Rama menyentuh wajah Dhanu, indah bagaikan di pahat. Dhanu tersenyum manis, lalu memegang tangan Rama lalu menciumnya.

"I love u..." seru Dhanu.

Deeeg...

Rama terkejut saat mendengar ucapan itu, Rama tersenyum bingung, ia tidak tau harus menjawab apa, lalu Dhanu berbicara lagi. "Gak harus kau jawab sekarang, aku akan menunggu sampai hatimu bener-bener bisa menerimaku."

"Tapi Nu... Aku..." ujar Rama.

"Ssssttt... Dah malam, tidurlah lagi ya. Nanti gak kebangun sahur lagi." ujar Dhanu.

Rama mengangguk kemudian Dhanu menarik selimut dan mulai tidur. Sementara di rumah Nek Salma dan kakek Ujang, Dhani merasa bersalah dengan tindakannya. Tidak seharusnya dia menampar Rama. Ia mencoba menelphone Rama, namun sayang Ponselnya Rama tinggal. Rama terbiasa hidup tanpa ponsel, bahkan saat sudah memiliki ponsel semahal apapun juga ia gunakan hanya untuk hal penting saja. Dhani juga tidak tau kemana ia harus mencari, ia ingin keluar dari rumah mengejar Rama namun hari sudah malam dan hujan, ia tidak akan keluar rumah.

Keesokan paginya Rama kembali dan ia melihat Dhani sedang tidur di kamar. Lalu Dhani terbangun, dan berbicara. "Lu udah pulang?"

"Udah..." sahut Rama jutek.

"Maafin gue, gue...." ujar Dhani.

"Mnp... Gak apa-apa..." ujar Rama, lalu ia memperhatikan ada yang aneh dengan kulit wajah Dhani. Lalu Rama berbicara lagi. "Itu kulit muka kau kenapa? Kok ngelupas gitu?"

Dhani sedikit panik, lalu ia melihat wajahnya di cermin. Kemudian Dhani berusaha tenang dan berbicara. "Oh ini, gak apa-apa kok. Biasa gue alergi udang, tadi sahur nenek masak udang."

"Ooo... Udah minum obat?" ujar Rama.

"Udah tadi, gue mandi duluan ya." ujar Dhani.

"Oke..." sahut Rama.

Rama membuka ponselnya yang ketinggalan di rumah, lalu saat membuka ponselnya kamera ponsel tidak sengaja merekam Video. Didalamnya terekam Video dan terlihat semua aktivitas Dhani. Hal mengejutkan terlihat disana. "Astaghfirullah, jadi dia....?"









Bersambung.....



Hai jangan lupa Vote dan komennya ya...

BXB - RAMADHAN (RAMA DAN DHAN?.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang