(Alisha Hanania Zaliah POV)
Sepulang dari rumah sakit tempat Abi dirawat, aku langsung masuk ke kamarku untuk membersihkan diri
"Ngapunten Ning, ditenggo Umi wonten ruang daharan" suara mbak Izzah -khodimah ndalem - mengagetkanku yang baru saja keluar dari kamar
"Eh, iya. Makasih" jawabku. Aku langsung menuju keruang makan. Disana sudah ada Umi, mas Zufar, dan mbak Zyva -Istri mas Zufar- Aku langsung duduk disebelah kanan Umi
"Makan dulu dek" ucap mbak Zyfa memecahkan keheningan. Aku mengangguk sembari tersenyum pada mbak Zyfa.
"Umi, suapin ya... Alisha rindu disuapin sama Umi" rengekku yang mendapat kekehan geli dari mas Zufar.
"Iya ambil sendiri nasi sama sayurannya, Umi suapin" Umi tersenyum karena tingkah kekanak-kanakanku
"Ih amit-amit. Udah gede juga masih minta disuapin" ledek mas Zufar "gimana coba kalau sama Abi umi dinikahin" lanjutnya dengan menampilkan senyum tengil kebanggaannya.
"Husst, apaan si Mas. Adikmu masih harus belajar" umi membelaku, aku tersenyum puas
"Tau tuh mas Zufar. Iri ya? Masih pengin disuapin sama umi?* Nadaku ketus sembari menjulurkan lidahku
"Nanti kalau udah nikah bisa minta disuapin sama suaminya" mbak Zyva bersuara setelah dari tadi hanya mendengarkan
"Iya dong" balasku sombong
"Setelah makan kamu langsung tidur ya nduk. Besok ba'da shubuh langsung kerumah sakit" ucap umi setelah menyuapkan nasi kemulutku. Aku mengangguk. Setelah makan aku langsung kembali kekamarku, menatapi langit-langit kamar, melepas rindu setelah dua tahun kutinggal diKairo. Pikiranku mendadak kembali pada kondisi Abi. "Bagaimana abi sekarang?" Batinku resah
Tanpa pikir panjang aku langsung memutuskan keluar kamar menuju kekamar khodimah ndalem yang letaknya dibelakang ndalem kasepuhan atau ndalem Abah kyai. Segera kuketuk pintunya dan memunculkan sosok mbak Rifka
"Wonten dawuh nopo Ning?" Tanyanya kebingungan sembari menyalamiku
"Ada yang punya nomer hp kang Fahim tidak?" Tanyaku to the point
"Sekedap Ning, Kulo padosaken teng grup pondok" aku mengangguk, mbak Rifka masuk mengambil ponselnya.
"Niki Ning nomernya" ia menunjukkan hpnya kearahku. Segera kucatat nomer HP kang Fahim, setelah selesai aku langsung berterima kasih dan berpamitan kembali kamarku.
{Alisha_HanaZz}
*Kang, bagaimana kabar Abi?*Tanpa Ba Bi Bu aku langsung mengirim pesan pada kang Fahim
{Fahim_askandar}
*Masih seperti biasa. Maaf ini siapa?*
{Alisha_HanaZz}
*Belum ada perkembangan apapun? Saya Alisha*
{Fahim_Askandar}
*Masya Allah Ning Alisha, ngapunten ning🙏. Dereng wonten perkembangan nopo-nopo*"Ya Allah. Abi, Arsya rindu"
{Fahim_askandar}
*Tadi Abah sempat mengigau nyebut asmanipun almarhumah Mbah nyai Siti*
{Alisha_HanaZz}
*Ya Allah kang,, tolong jagain Abi benar-benar ya😫*
{Fahim_askandar}
*Nggih Ning, Insya Allah, semampu saya*Hanya kuread. Andai saja mas Zufar mengizinkan aku tetap dirumah sakit tadi
{Alisha_HanaZz}
*Mas, Ndak mau ke Abi?*Aku mencoba mengajak mas Nawaf kerumah sakit
{Zufarr_CI}
*Mau ngapain? Kamu itu disuruh istirahat juga*
{Alisha_HanaZz}
*Aku kangen Abi mas*
{Zufarr_CI}
*Besok pagi juga kesana. Udahlah tidur sudah malam*Aku langsung mematikan gawaiku, kesal terhadap mas Zufar yang tak pernah mengerti perasaanku. Aku mencoba memejamkan mataku, menunggu pagi tiba. "Kenapa malamnya jadi lama banget sih" gerutuku
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi Tak Bersisi
RomansSetelah kehilangan seorang ayah. Dialah yang pertama kali menghibur seorang gadis yang kelak dijadikan sebagai istrinya. Iya, Kautsar dan Alisha saling mencintai sejak pandangan pertama. Mereka berduapun memutuskan untuk menjalin ikatan pernikahan...