"TIDAKKKK!!!" jeritan melengking Karla membuat kakaknya langsung berlari dan menghapirinya
"Hey Karla, kamu kenapa? Habis mimpi apa sampai teriak-teriak begitu?" tanya Kevin, kakak dari Karla yang cemas melihat adiknya
"Aku mimpi serem lagi kak, aku takut..." Karla menatap wajah kakak semata wayangnya itu sambil memeluknya dengan erat.
Kevin mencoba menenagkan Karla yang masih memeluknya dengan erat. Dia sudah tahu bagaimana menenangkan adik satu-satunya itu. Hampir setiap hari, Karla selalu berpelakuan seperti ini. Karla beruntung, dia memiliki kakak yang selalu setia menghibur dan menemaninya.
"Aku mimpi, kakak pergi ninggalin aku. Aku gak mau sendiri kak. Aku udah kehilangan ayah sama ibu, cuma kakak satu-satunya yang bisa nemenin aku," ucap Karla dengan wajah sedih dan lugu. Begitulah, sejak orang tua mereka tiada, Karla menjadi semakin penakut. Hampir setiap hari dia dihantui mimpi yang sama.
"Gak akan, gak akan pernah. Kakak akan selalu di sini, ada di samping kamu. Cuma kamu satu-satunya yang bisa kakak bahagiain sekarang," balas Kevin sambil menenangkan adiknya itu.
"Janji ya kak..." jawab Karla yang masih memeluk kakaknya.
"Iya, janji..." jawab Kevin sambil mengelus-ngelus kepala adiknya.
"Aku saying kakak," Karla memeluk kakanya makin erat.
"Iya, kakak juga sayang kamu kok la..." balas Kevin
Sepasang kakak beradik itupun terus berpelukan. Tanpa sadar, mata mereka berkaca-kaca dan mereka pun menangis. Karla kemudian melanjutkan tidurnya di pangkuan sang kakak tercinta.
***
Begitulah, Karla dan Kevin merupakan sepasang kakak beradik yatim piatu. Ibu mereka merupakan korban kekerasan ayah mereka, ya ayahnya merupakan ayah yang kejam dahulu. Keseharian ayahnya hanya mabuk-mabukan dan merupakan seorang pengangguran. Kevin, Karla dan ibu mereka sering sekali menjadi korban kekerasan sang ayah. Bahkan, Kevin memiliki bekas luka permanen di punggung dan leher belakangnya akibat dipukul dengan rotan oleh ayahnya. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, terpaksa ibunya harus bekerja sebagai buruh cuci. Terkadang, Kevin harus mengamen untuk mendapat penghasilan. Karla sering merasa iba melihat kakaknya mencari uang sendiri dan terkadang dia membantu ibu atau kakaknya. Ibu mereka selalu berpesan bahwa pekerjaan apapun pekerjaannya harus disyukuri, jangan pernah menyerah terhadap keadaan dan jangan pernah mengemis meminta belas kasihan orang lain. Meski begitu, para tetangga sering membantu keluarga mereka karena merasa iba.
Pada suatu malam, ayah Karla dan Kevin pulang ke rumah dengan keadaan mabuk. Tidak ada makanan di atas meja karena ibu Karla dan Kevin sedang sakit dan tidak bisa bekerja, sehingga tidak ada uang untuk hari itu. Uang hasil mengamen Kevin juga tidak cukup untuk membeli makanan. Karena kesal dan sedang mabuk, ayah mereka mengambil tongkat besi yang ada di samping meja, mengangkatnya, dan memaki-maki istri serta anak-anaknya. Sang ayah kemudian memukul punggung Kevin hingga meninggalkan bekas luka permanen. Karla yang masih sangat kecil hanya bisa melihat perlakuan kejam ayahnya itu sambil menangis dan berdoa. Nahas, kemarahan sang ayah tak terbendung lagi dan kali ini sang ibu lah yang menjadi sasaran. Sang ibu yang mencoba membela anaknya malah mendapat pukulan yang sangat keras oleh sang ayah di bagian kepala sampai beberapa kali. Sang ibu pun menghembuskan nafas terakhirnya tak lama kemudian dengan darah yang terus mengucur dari kepalanya.
Sejak kejadian itu, sang ayah pergi meninggalkan kedua anaknya itu dan terus menjadi buronan polisi hingga sekarang. Kabarnya, sang ayah sudah meninggal karena kanker pada organ hati, efek samping karena sering meminum minuman keras. Meninggalnya ibu Karla dan Kevin tentu meninggalkan trauma yang sangat dalam, terutama terhadap Karla yang menyaksikan kebrutalan ayahnya di depan matanya sendiri. Terlebih lagi di umur yang masih amat belia. Tidak hanya itu, sang kakak pun terpaksa harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan Karla.
***
Hari berganti hari, tepat setahun sejak kejadian tragis itu dan Karla belum bisa melupakan tragedi yang menimpa ibunya tercinta. Dia juga masih terus dihantui mimpi yang sama hamper setiap harinya. Terkadang, Karla suka termenung sendiri dan tanpa sadar mengeluarkan air mata. Dia benar-benar takut kehilangan kakak yang amat dicintainya itu. Karena kejadian itu juga, Karla menjadi sangat penakut dan selalu menghindar jika bertemu orang asing yang tidak dia kenal sebelumnya. Karla yang tadinya seorang periang bisa tiba-tiba menjadi seorang yang introvert. Dia tidak memiliki teman dan hanya berbicara pada kakaknya saja. Meski begitu, dia tetap giat membantu kakaknya mencari uang walau dengan rasa takut yang amat besar.
***
Jakarta, 2005
Pagi itu pagi yang cerah. Sang mentari telah tersenyum menyinari dunia. Kevin terbangun di dalam gubuk kumuhnya, ya kedua kakak beradik itu tinggal di sebuah gubuk kecil di kolong jembatan kota Jakarta karena rumah lama mereka telah disita oleh bank. Mereka tinggal dengan ratusan gelandangan lainnya sehingga kehidupan mereka jauh dari kata aman dan memuaskan. Dinding gubuk itu hanya berbahan kardus bekas dan sisa tripleks dengan atap yang ala kadarnya. Karena mereka tinggal di kolong jembatan, maka mereka aman dari sengatan matahari dan juga cucuran air hujan. Meski begitu, gubuk kecil mereka kerap roboh oleh hembusan angin kencang, atau karena ada preman yang mengacak-ngacak tempat mereka. Jika sedang nahas, mereka harus pindah dari satu pemukiman ke pemukiman lain karena terendam banjir atau karena diusir petugas keamanan.
Kevin yang baru terjaga dari dunia mimpi hendak melakukan aktivitas sehari-harinya, mengamen untuk mendapat uang. Jika beruntung, Kevin biasa mendapat pekerjaan lain untuk penghasilan tambahan. Ketika hendak berangkat, Kevin baru sadar bahwa adiknya Karla telah menghilang.
"Kemana si Karla ya?" gumam Kevin panik bercampur heran.
Tanpa berpikir Panjang, Kevin langsung bergegas mencari adik kecilnya itu. Dia mencari kesana kemari tanpa arah yang jelas. Hingga pada akhirnya, Kevin menemukan adiknya sedang termenung di bawah pohon depan gerbang sebuah sekolah yang letaknya lumayan jauh dari kediaman mereka. Dia sedang melamun sambil menulis sesuatu di bawah pohon itu dengan pensil yang ditemukannya kemarin. Kevin yang lelah dan menanhan dahaga karena mencari adiknya itu lantas menegur adiknya yang pergi tanpa ijin.
"Karla, kamu keluyuran kok gak bilang-bilang? Kakak capek tau nyarrin kamu ke sana sini!" ujar Kevin yang kelelahan
Karla sama sekali tidak menanggapi kakaknya itu.
Karena hal itu, Kevin membentak adiknya itu dan berkata, "Hey, kalau kakak tanya jawab! Kamu ini kenapa sih?"
Karla masih tidak menjawab pertanyaan dari Kevin. Kevin yang tahu kebiasaan Karla akhirnya menepuk pundaknya dengan perlahan sambil memanggil namanya. Karla baru menjawab setelah kakanya menepuk pudaknya itu. Ternyata, Karla sedang melamun lagi, kali ini sambil mencoret-coret di atas kertas yang dia bawa. Melihat hal itu, emosi Kevin lantas surut yang kemudian bertanya kepada adiknya.
"Kamu kenapa lagi? Mikirin apa sekarang?" tanya Kevin dengan nada yang rendah.
"Ini kak, mereka enak ya bisa sekolah. Udah begitu orang tuanya ngater mereka pakai mobil lagi," ucap Karla sedih.
"Aku juga tadi lihat satu anak dicium sama ayahnya sebelum masuk gerbang sekolah, aku kan jadi iri kak! Ayah kita dulu mana pernah kayak gitu. Aku juga gak pernah bisa sekolah kayak anak-anak lainnya..." ucap Karla lagi
Tanpa sadar, air mata jatuh membanjiri pipi gadis mungil itu. Karla menangis sejadi-jadinya. Memang sejak dulu, Karla tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah karena umurnya yang masih terlalu kecil. Karla bisa menulis dan membaca berkat ajaran mendiang ibunya. Lain halnya dengan Kevin, dia sempat merasakan duduk di bangku sekolah dasar sampai kelas 5 SD meskipun harus putus sekolah karena terkendala masalah biaya.
Kevin yang iba melihat tangisan adik kecilnya kemudian berkata "Udah jangan nangis, belum terlambat untuk kamu belajar. Ingat kata ibu, jangan pernah menyerah terhadap keadaan!"
"Tuhan itu adil kok, suatu saat kamu pasti bisa mencapai cita-citamu, asal kamu terus berusaha yaa!" tambah Kevin sambil menyemangati adiknya.
Karla yang awalnya sedih menjadi ceria kembali. Senyum lebar terpapar dari wajah lucunya.
"Iya kak pasti! Aku gak akan patah semangat lagi dan terus berusaha, suapaya nanti kita bisa hidup bahagia bedua," balas Karla sambil mengusap air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu Untuk Kakak
Short StorySepasang kakak beradik yang berusaha menghadapi ketidakadilan hidup, hingga suatu saat mereka terpisah karena suatu tragedi nahas. Akankah mereka bersatu kembali dan dapat mendapatkan keadilan dari sang "kehidupan"?