Keesokan harinya, sepasang kakak beradik itu melakukan aktivitas seperti biasanya. Kevin seperti biasa bangun lebih awal dan bersiap untuk memikul beban sebagai satu-satunya harapan bagi adiknya. Tanpa keahlian bermusik, instrumen, dan suara seadanya, dia tetap mengamen dengan penuh semangat. Kevin tidak peduli terik matahari yang hampir membakar kulit. Di benaknya hanya ada satu nama: KARLA, KARLA, dan KARLA...
Kevin bersiap untuk berangkat, kali ini Karla ingin ikut dengannya.
"Kak, aku ikut kakak ya," kata Karla dengan muka polosnya
"Ngapain la, di sini aja main-main sambil nulis-nulis," jawab Kevin
"Yah kak, aku takut sendirian, biar kakak ada temennya juga. Kayak gak pernah aja sih kak," ucap Karla memaksa
Karena Karla yang cerewet dan terus merengek, Kevin akhirnya memperbolehkan adiknya itu untuk ikut dengannya. Kedua saudara itu pun pergi mencari uang dengan mengamen seperti biasanya.
Tidak seperti biasanya Kevin hari itu tampak tidak sehat. Wajahnya pucat memerah dan tubuhnya tampak lemas tak berdaya. Bisa dimaklumi, kakak satu orang adik itu belum makan sedikitpun dari kemarin. Hasil mengamen kemarin berkurang cukup drastis dari hari-hari biasanya dan hanya cukup membeli makanan untuk Karla seorang saja. Jangankan makan, bahkan dari kemarin Kevin belum minum segelas air pun karena tidak memiliki cukup uang. Kevin terpaksa berbohong kepada adiknya, mengatakan bahwa ada yang memberinya makanan serta minuman semasa mengamen di jalan.
"Bintang kecil... di langit yang biluuuu," nanyi Karla sambil bertepuk tangan
"Bukan bilu Karla, tapi biru," ucap Kevin sambil tertawa dan menahan rasa sakitnya
"Ih kakak mah suka gitu, aku kan cadel kak!" jawab Karla sambil mencubit pelan kakaknya
"Aduh, sakit tahu! Iya deh, kakak minta maaf ya... Janji kok gak ngeledek kamu lagi," balas Kevin sambil tertawa melihat adik kesayangannya. Wajah lucu Karla seakan menghilangakan segala derita dan rasa sakit yang dialami Kevin.
"Nah, nanti kamu bantu kakak nyanyi lagu itu aja ya," ucap Kevin kepada adik kecilnya
"Okedeh kak, aku nurut kata kakak aja," balas Karla lagi
Kakak beradik itupun melanjutkan perjalanannya hingga sampailah mereka di suatu perempatan jalan, tempat di mana Kevin biasa mengamen. Seperti pengamen pada umumnya, mereka harus menunggu lampu merah untuk meminta belas kasihan kepada kendaraan yang lalu-lalang di situ.
"Kak, lampu merahnya kok lama banget sih?" ucap Karla yang Lelah menunggu
"Sabar la, sebentar lagi pasti lampu ijo yang nyala," balas Kevin
"Rame banget di sini kak, aku takut..." ucap Karla sambil menggenggam erat tangan kakaknya
"Udah gapapa, kan ada kakak di sini," balas Kevin sambil mengelus kepala adiknya
Saat sedang asik mengobrol akhirnya lampu hijau pun berubah menjadi merah. Tanpa pikir Panjang, Kevin dan Karla bergegas melakukan tugas mereka. Belasan pengamen lainnya juga ikut serta, mencari uang untuk sesuap nasi di kota Jakarta yang keras ini. Kevin dan Karla bertepuk tangan sambil bernyanyi dengan riangnya.
"Bintang kecil... di langit yang biluuuu," nyanyi Karla yang cadel diiringi tepukan tangan kakaknya
"Amat banyak, menghias angkasa..." nyanyi Kevin melanjutkan
"Aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi ke tempat kau berada..." nyanyi Kevin dan Karla menyelesaikan lirik lagu itu
Kevin dan Karla tidak mendapat uang sedikit pun pada saat itu. Saat sedang asik bernyayi sambil bertepuk tangan, lampu merah kembali berubah menjadi hijau. Para pengamen terpaksa harus kembali menepi ke ujung jalan, berharap mereka akan mendapat lebih banyak uang di kesempatan selanjutnya.
Pagi berganti siang, siang berganti petang, dan petang berganti malam. Kakak beradik itu belum mendapatkan hasil dari usaha mereka seharian penuh. Badan Kevin semakin lemas karena belum makan dan minum sedikit pun. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresinya dan Karla akhirnya mengetahui bahwa kakaknya sedang tidak baik-baik saja.
"Kak, kakak kenapa?" tanya Karla cemas
"Gak kenapa-kenapa kok, cuma lemas sedikit aja," balas Kevin
"Kakak jangan bohong! Karla tahu kakak belum makan kan dari kemarin?" jawab Karla
"Yaudah kak, kakak tidur aja sebentar. Aku lanjut cari uang lagi buat kakak," jawab Karla lagi
"Jangan la, sini kakak temenin kamu aja," balas Kevin melarang adiknya
"Gak apa-apa kak, kakak tiduran aja sebentar. Habis ini kita pulang ya, aku takut kak!" jawab Karla sambil memohon
"Yaudah deh, hati-hati ya! Kakak awasin kamu dari sini," balas Kevin
Demi kakak tercinta, Karla pun melawan rasa takutnya. Dia kembali mengamen walaupun kendaraan sudah tidak banyak yang berlalu-lalang. Karla tetap ingat pesan ibunya bahwa dia tidak boleh mengemis tanpa adanya usaha apapun. Kevin yang mengawasi adiknya juga tanpa sadar tertidur lelap karena kelelahan.
Malam semakin larut, Karla terus mengamen tanpa henti demi kakaknya meski dengan rasa takut yang luar biasa. Tanpa dia sadari, jam sudah menunjukan pukul 12 malam. Kali ini, benar-benar tidak ada satu kendaraan pun yang lewat di perempatan jalan itu. Beruntung, Karla sudah mendapatkan sedikit uang dan akhirnya dia memutuskan untuk kembali menemui kakaknya, Kevin yang sedang tertidur lelap.
"Kakak, bangun dong... Pulang yuk, aku takut nih!" ucap Karla sambil membangunkan kakaknya
Kevin yang terlelap seketika pun bangun, walau masih dalam keadaan yang sangat sakit. Karla membantunya untuk berdiri. Mereka tidak langsung pulang, melainkan mencari toko makanan yang masih buka karena Kevin sudah benar-benar butuh makanan, meskipun waktu sudah tidak memungkinkan.
Sampailah mereka berdua di suatu jalan sempit
"Kak, ini di mana ya? Kok gelap dan sepi begini sih?" tanya Karla dengan heran bercampur takut
"Kakak gak tau, udah yuk kita kayaknya pulang aja. Bahaya juga ke tempat-tempat kayak gini. Kakak kuat kok nahan laper sampai pagi," balas Kevin yang masih menyembunyikan rasa sakitnya
Tiba-tiba, tiga orang pria menghampiri mereka. Tubuh mereka besar, berjanggut tebal, dan berpakaian layaknya sekumpulan penyamun. Spontan, Kevin langsung memegang erat tangan adiknya. Karla juga bersembunya di balik badan Kevin sambil menutup matanya karena takut.
"Ha ha halooo," ucap Kevin gugup
"Kalian mau apa?" ucap Kevin lagi
Tiga orang itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, melainkan menatap kakak beradik itu dengan tatapan yang amat tajam.
"Kak, perasaanku gak enak nih, kita kabur aja yuk," kata Karla berbisik
"Yaudah deh, kita mundur pelan-pelan dulu," balas Kevin dengan kondisi lemas
Belum sempat kedua saudara itu bertindak, salah satu orang asing itu mengeluarkan parang dari belakang baju mereka, lalu menggenggam erat langan Kevin dan Karla.
"Ampun om, lepasin, kakak saya lagi sakit!" ucap Karla sambil menangis dan berteriak histeris
"Kalau mau uang aku ambil aja om, ini ambil!" ucap Kevin yang sudah benar-benar kehabisan tenaga.
Kakak beradik itu terus mencoba melepaskan diri mereka, walaupun hasilnya nihil. Secara tidak sengaja, salah satu dari tiga orang itu memukul kepala bagian belakang Karla dengan keras. Karena panik, ketiga orang itu melepaskan tangan Karla yang langsung terkapar tak berdaya, memmbawa Kevin bersama mereka.
"KARLA, BANGUN KARLA!!!" teriak Kevin yang masih terus mencoba melepaskan dirinya
"Kak, kepalaku sakit kak. Kak, jangan pergi..." ucap Karla yang telah terbaring, perlahan menutup matanya, dan akhirnya tak sadarkan diri lagi
Kevin yang kehabisan tenaga karena belum makan sedikitpun hanya bisa pasrah dan tidak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya, ketiga orang itu membawa Kevin jauh entah kemana dan meninggalkan Karla yang terbaring pingsan tanpa ada seorang pun di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu Untuk Kakak
Short StorySepasang kakak beradik yang berusaha menghadapi ketidakadilan hidup, hingga suatu saat mereka terpisah karena suatu tragedi nahas. Akankah mereka bersatu kembali dan dapat mendapatkan keadilan dari sang "kehidupan"?