Karla dan Jennifer menaiki angkutan umum dan pergi ke suatu daerah di pusat kota. Mereka turun di sebuah permukiman kumuh di kolong jembatan. Karla merasa familiar dengan tempat tersebut. Dia pun menelurusi permukiman itu lebih dalam lagi. Benar saja, permukiman itu merupakan tempat dulu dia dan kakaknya tinggal. Karla menyadarinya setelah menemukan puing-puing gubuk lamanya dan juga sebuah papan bertuliskan "Kevin & Karla" yang kondisinya telah usang. Karla ingat, bahwa dahulu dia dan kakaknya pernah menulis nama mereka di sebuah papah yang menjadi dinding rumah mereka. Tujuannya agar Karla kecil tidak bingung menemukan kediamannya jika tidak sedang ditemani oleh kakaknya.
"JEN, JEN, LIHAT INI!!!" teriak Karla yang berlari ke arah Jennifer
"Ada apa? Kamu lari kayak orang dikejar setan begitu," jawab Jennifer
Karla kemudian memeberitahu apa yang telah ditemukannya. Mereka akhirnya mendapatkan secercah harapan berupa petunjuk untuk menemukan Kevin. Kedua sahabat itu kemudian berpencar, mencoba mencari lebih banyak petunjuk, sambil bertanya kepada orang-orang sekitar dan berharap membuahkan hasil.
Sampailah Karla di depan sebuah sekolah. Karla merasa familiar dengan tempat itu, tetapi dia lupa kejadian apa yang pernah terjadi di situ. Saat sedang mencoba mengingat, Karla melihat seorang pemuda di ujung jalan, sedang duduk di bawah pohon sambil memakan sisa-sisa makanan yang jatuh di jalan. Kondisi pemuda itu amat lusuh, rambutnya panjang berantakan, dan mengenakan pakaian compang-camping. Karla merasa kasihan terhadap pemuda itu dan perlahan mencoba mendekatinya.
Karla kemudian duduk di samping pemuda itu dan bertanya, "Permisi, bolehkah saya menanyakan suatu hal?"
Pemuda itu tidak menjawab, melainkan melakuakan gestur-gestur yang aneh lalu pergi dari tempat itu.
"Orang yang aneh, apa mungkin dia mengidap gangguan jiwa? Kasihan juga ya... Kayaknya harus aku ikutin deh," ucap Karla dalam hati
Karla akhirnya mengikuti pemuda itu, menuju suatu perempatan jalan. Pemuda itu tampak mengemis di trotoar dan tanpa berbicara sepatah kata pun. Karla yang iba kemudian menghampiri pemuda itu lagi. Dia memberikan pemuda itu makanan dan juga minuman. Karla masih mencoba berkomunikasi kepada pemuda itu, tetapi entah mengapa sangat sulit karena pemuda itu tidak mau bicara.
"Pak, saya mau mengobrol sebentar saja, boleh kan?" ucap Karla dengan lembut
Pemuda itu tidak berbicara sepatah katapun, melainkan hanya menunjukan semacam bahasa isyarat, Karla baru menyadari bahwa pemuda itu tidak bisa berbicara. Karla yang merasa tidak enak kemudian meminta maaf kepada pemuda itu. Ternyata, pemuda itu merupakan pemuda yang ramah.
"Pemuda ini ternyata ramah, tapi sepertinya masalah hidupnya terlalu berat makanya dia berperilaku seperti ini," ucap Karla dalam hati
Karla juga melihat tubuh pemuda itu sangat kotor, sehingga dia berniat untuk membersihkannya sedikit. Karla kemudian mengeluarkan lap serta air dari tasnya dan mulai memeberihkan tubuh pemuda itu. Saat hendak membersihkan bagian leher, alangkah kagetnya Karla setelah menemukan bekas luka sayatan di leher pemuda itu. Tak hanya di leher Karla juga melihat luka sayatan di punggung pemuda itu. Karla langsung ingat bahwa kakaknya memiliki bekas luka sayatan yang sama dengan pemuda ini. Karena dirinya semakin penasaran, Karla mengeluaran secarik kertas serta sebuah pena dari tasnya dan kemudian bertanya suatu hal.
"Pak, kalo boleh tau, siapa nama bapak?" tanya Karla sambil menyerahkan kertas beserta pulpen kepada pemuda itu
Beruntung, pemuda itu mengerti perkataan Karla dan dia bisa menulis, walaupun dengan susah payah. Pemuda itu menulis namanya dan alangkah terkejutnya Karla Ketika melihat tulisannya. Huruf K-E-V-I-N tertulis di kertas itu. Karla kaget sekaligus senang. Tanpa pikir panjang, Karla memeluk pemuda lusuh itu dan air mata keluar membanjiri pipinya.
"Kak Kevin? Kakak kah ini?" tanya Karla dengan girang
Pemuda itu bingung apa yang terjadi. Dia mempraktekan Bahasa isyarat yang menurut analisis Karla berarti "Kamu siapa?"
"Kak, ini aku kak! Karla! Akhirnya aku bisa ketemu kakak lagi!" ucap Karla yang masih memeluk pemuda itu dengan erat
Mendengar nama "Karla" disebut, pemuda itu langsung bertingkah aneh. Dia seakan mencoba mengingat suatu hal buruk yang pernah terjadi dalam hidupnya. Pemuda itu berteriak, melepas pelukan serta mendorong Karla hingga terhempas ke tanah, dan kemudian lari dari daerah itu. Karla yang heran sekaligus senang setelah bertemu kakaknya kembali memutuskan untuk mengejar pemuda itu. Pemuda itu berlari cukup jauh dan cepat. Karla tidak peduli ke mana arah dia pergi. Yang dia pikirkan hanyalah kakaknya yang sedang dikejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu Untuk Kakak
Short StorySepasang kakak beradik yang berusaha menghadapi ketidakadilan hidup, hingga suatu saat mereka terpisah karena suatu tragedi nahas. Akankah mereka bersatu kembali dan dapat mendapatkan keadilan dari sang "kehidupan"?