Part 27

915 88 4
                                    

Selamat membaca♥️

***

"Jadi, Abang kenal sama Dimas? Kenal dimana?" Lea bertanya pada Brian yang tengah menyantap sarapan paginya. Sedangkan Lea, dia sudah selesai sarapan 5 menit yang lalu.

"Dimas siapa, Sayang?" tanya Papa penasaran pada percakapan anak perempuannya.

Lea menatap Papa nya lalu menyengir. "Calon mantu Papa."

Brian mendengkus sebal, ia meneguk susu lalu menatap Papa nya. "Laki-laki, Pa. Lea ngebet sama laki-laki itu. Bayangin aja, mau ditaro dimana muka Brian pas tau kalo ketemu sama tuh laki."

"Enak aja, lo! Dimas yang cinta mati sama gue!" aku Lea percaya diri.

"Mana ada, lo yang agresif."

Lea melempar sapu tangan yang ada didekatnya ke arah wajah Brian. "Ngeselin amat lo, orang baik-baik nanya."

"Kenapa sih, pada ribut?" tanya Bunda yang baru datang dari arah dapur. Melihat kedua anaknya bertengkar di meja makan, ia langsung datang dan bertanya.

"Biri-biri, Bun."

"Gue Abang lo!"

"Bicit!"

Papa berdehem, menatap Lea datar. Lea yang ditatap seperti itu menyengir lebar. "Kelepasan, Pa."

"Jadi, ada apa?" tanya Bunda penasaran.

"Dimas, cowok yang lagi deket sama aku, kenal sama Bang Bri. Makannya aku tanya, eh bang Bri nya gak mau jawab. Ngeselin gak tuh."

Bunda menaikkan alisnya bingung. "Emangnya Abang kenal sama Dimas-Dimas itu?"

Brian mengangguk. "Kenal, Bun. Gak sengaja ketemu di halte. Dia lagi ngelamun, kaya orang yang banyak masalah gitu."

"Iya, Bun!" seru Lea, berdehem, ia melirik Papa dan Bundanya, "Dimas anak broken home, ayahnya ada udah nikah terus udah punya anak juga perempuan, tapi ayahnya gak mau akui Dimas. Bahkan, Dimas sampe diusir dari rumah dan tinggal di rumah neneknya."

"Terus, Mama nya kemana?" tanya Papa merasa penasaran.

"Emm ... Lea takut salah, tapi seinget Lea, Dimas pernah ngomong kalo Bunda nya pergi gak pulang lagi sampe sekarang."

"Sekarang, dia tinggal dimana?"

Lea menatap horor pada papanya. "Papa gak niat angkat Dimas jadi anak 'kan? Dimas udah mau jadi mantu, Papa tenang aja."

Papa menghela napas panjang, menatap kesal pada putrinya. "Papa penasaran, Lea. Katanya tadi, neneknya meninggal."

"Oh iya. Sekarang, Dimas diangkat sama keluarga Muhammad, Pa. Rekan bisnis Papa."

"Maksud kamu Pak Ahmad?"

"Nah iya itu!" seru Lea semangat, "Dimas dikasih semua di keluarga itu. Baik, dan gak pilih kasih. Lea ikut seneng sih, bersyukur juga. Kalo Lea ketemu Bundanya, mau maki-maki aja deh itu emak, tega bener ninggalin anaknya."

"Emang lo tahu bundanya kaya apa dan gimana?"

"Ya kagak sih." Lea menggaruk kepalanya bingung. "Tapi, misalkan takdir bilang Lea harus ketemu bundanya Dimas, Lea sanggup kok balas semua perlakuan dia sama Dimas. Kasian Dimas, dia baik, tapi takdir gak sebaik itu."

Papa berdehem, "yaudah, kamu doain aja. Tapi inget, jangan terlalu cinta sama manusia."

"Kenapa, Pa?"

"Biar gak bego lah!" potong Brian.

Papa tertawa dan mengangguk membenarkan ucapan Brian. Sedangkan sang putri mendengkus sebal. Mereka melupakan, ada sosok perempuan paruh baya yang terdiam dengan tubuh yang bergetar kaku.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang