Eiji mengepalkan tangan. Ia menggigit bibir. Kepalanya tertunduk lesu. Pandangannya kosong. Pikirannya melayang kemana-mana.
Tes!
Rintik hujan perlahan membasahi dirinya, menusuk tubuh Eiji dengan kedinginan dan kesakitan. Namun Eiji tidak peduli. Persetan dengan hujan, luka yang dibuat oleh Ankh di hatinya lebih sakit dibanding rasa dingin dari hujan.
Eiji memeluk kakinya, membenamkan wajahnya di antara lututnya. Kepalanya terasa pening. Kejadian tadi bertebaran di otaknya, seolah meminta Eiji untuk mengingat kembali. Eiji menyerah. Akhirnya ditemani rintik hujan, Eiji memikirkan kejadian tadi.
Ankh....
~~~
"Ankh.... Kau kembali."
Setelah mengucapkan kata itu, Eiji merasa sedikit lega. Itu adalah kata-kata yang ia dambakan untuk kembali diucapkan di bibirnya.
Ankh menatap Eiji. Iris matanya yang bewarna merah itu sedikit goyah. Walau samar, Eiji tau Ankh terkejut melihat dirinya.
Namun belum ada tanda-tanda dari Ankh kalau dia akan berbicara. Ankh malah kembali menatap jendela, menghiraukan Eiji yang sendari tadi menunggunya. Melihatnya, hati Eiji bagai ditusuk dengan jarum. Eiji tidak suka jika orang yang ia sayangi mengabaikannya.
"Ankh, ini aku lho. Hino Eiji, Eiji! Kau ingat 'kan? Kita dulu selalu bersama. Kita adalah sahabat," ucap Eiji bergetar. Jantungnya berdetak kencang ketika mengucapkan kalimat itu.
Ankh masih bergeming.
Napas Eiji menderu. Perasaannya campur aduk. Ia sangat ingin dirinya dan Ankh kembali bersama. Sangat tak sabar.
"Ankh!" panggil Eiji.
Ankh tetap diam.
"Ankh, kau kenapa?" Kini Eiji menghampiri Ankh dan menepuk bahunya. Namun tangannya ditepis dengan kasar oleh Ankh.
"Ankh?" Eiji masih ingin mendekati Ankh, membuatnya sadar dan kembali bersama.
Pada saat itu, keinginan Eiji terlalu menggebu-gebu hingga membuatnya lupa salah satu keunikan di dunia ini. Keunikan yang menyakitkan. Ya, keunikan yang akan menampar Eiji.
Keunikan dimana semua temannya di dunia ini melupakan Eiji.
"Ankh, kenapa kau tetap diam? Harusnya kau senang 'kan melihatku kembali?" tanya Eiji polos. "Oh, aku tau! Kau belum makan es potong sama sekali bukan? Ayo kita beli. Satu, sepuluh, seratus, bahkan seribu pun aku akan beli hanya untukmu. Sekarang ayo!"
"Diamlah, pengganggu!" seru Ankh kasar. Ia mendorong Eiji hingga Eiji terjatuh ke belakang.
"Aku bahkan tidak mengenalmu, jangan mendekatiku!" tambah Ankh.
Hati Eiji hampir hancur saat itu. Bola matanya menghangat. Bukan karena terharu, tapi merasa pedih.
"Ankh, kau tidak ingat aku?" ujar Eiji. Ia mencoba menyentuh tangan Ankh, berusaha berpikir positif kalau Ankh hanya berpura-pura. Namun yang ia dapat adalah tendangan telak ke perut dari Ankh.
"JANGAN MENYENTUHKU, MAHLUK HINA! BAGAIMANA MURID BIASA SEPERTIMU BISA MASUK KE RUANGANKU?! PERGI SANA, SAMPAH!"
Kini, hati Eiji hancur sudah. Dadanya sangat sakit, bak dihunus oleh pedang berkali-kali. Mulutnya mengeluarkan darah segar. Mata Eiji berkaca-kaca. Tapi Eiji hanya terpaku diam. Tubuhnya tak bisa bergerak. Ia hanya bisa menatap Ankh yang kembali menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
FanficEiji Hino, seorang pemuda biasa yang dapat hidup hanya dengan bekal celana dalam dan uang recehan. Tiba-tiba ia terbangun pada saat dimana ia menikmati masa-masa SMA-nya. Hina Izumi, seorang wanita cantik yang bermimpi menjadi seorang desainer. Tiba...