Prolog

20 4 0
                                    

Oke kita kenalan dulu biar bisa sayang. Karena ada pepatah yang bilang 'tak kenal maka tak sayang' ntar udah sayang malah ditinggal.

Eh eh bukan doi kalian kan ya? Alhamdulillah kalo gitu, Apa malah lebih parah? Kaya belum jadian malah udah selesai? Lah terus apanya yang udah selesai jadian aja kaga!

*author ditimpuk duit ama pembaca.

Oke-oke cot banget ya authornya, kalo gitu langsung aja deh cekidot cusss langsung kenalan.

***

Aurora Amaris
-Cantik *tentuuuu
-Baik *tentuuuu
-Pinter *lumayan
-Humoris *udah pastiii
-Receh *bangeettttt

*Author ditimpuk duit lagi:/

Ansel Zavier
-Ganteng *beuuhhh mantul benihnya
-Baik *saking baiknya ampe diporitin
-Selalu tenang pembawaannya
-Pinter *encer banget otaknya kek susu,canda susu

*Ditimpuk boba pro max:v

Ayunda Bilqis
-Cantik *beuhhh mantap
-Dingin *kek kulkas 6 pintu
-Pinter *saingan sama si Ansel
-Pendiam *diam-diam menghanyutkn

*Dapet lirikan sadis:(

Dara Nerissa
-Cantik *cewe pasti cantik
-Baik
-Humoris
-Pinter *ya gitu deh
-Receh *sefrekuensi sam Aurora

*Ditimpuk masker wajah sebagor

Romeo Emre
-ganteng *jelass
-receh *bangett
-baik *bisa dibilang gitu
-sabar dan penyayang *pingsan

Oke segitu dulu kenalannya, nantikan pemeran lainnya di chapter selanjutnya.

***

"Astaga anak gadis jam segini baru berangkat?! Ngapain aja neng semalem!?" Aurora melirik sekilas kemudian menguap.

"Gue begadang Dar, biasa nonton suami gue." Dara berdecak sinis kemudian menarik Aurora yang hampir saja masuk kembali ke alam mimpi.

"Apa sih Dar,"

"Piket noh, udah mending lo gue kasih jatah ngehapus papan tulis."

Aurora berdiri,menguap lebar-lebar kemudian berlari meninggalkan Dara.

"Astaga Rora lo joroookkk banget sumpahhhh. Bau jigong!" bukannya merasa tersinggung Aurora malah tertawa terbahak. Memang serendah itu humornya.

"Enakkan mak, gue habis makan jengkol semalem." Dara mendelik kemudian mengangkat sapunya tinggi melemparkannya pada Aurora.

Yang jelas tidak kena.

"Kurang ajar ya lo sama mak sendiri!"

"Ampun mak," kemudian kembali tertawa melihat sahabatnya mendengus sebal.

Tanpa sadar ada yang mendengus geli melihat tingkah konyol gadis itu.

"Kebiasaan gaada jaimnya jadi cewek," gumamnya.

Dia Ansel, posisinya sama seperti Romeo, Dara dan Bilqis. Sahabat.

"Sel bagi contekan dong," Ansel menoleh kemudian mendengus. "Kebiasaan banget,"

"Udah buruan, lima menit lagi bel nih. Gue belum ngerjain kimia." Ansel merogoh laci kemudian memberikan buku kimianya pada Aurora.

"Nah gitu dong, gue doain kuburan lo lebar deh," Ansel mengerjap, "Kok gitu?" tanya Ansel.

"Lo nggaktau ya kalo orang yang nggak pelit tu kuburannya nanti lebar, jadi kita ga sesek di dalam, sebaliknya kalo kita pelit kuburan kita sempit," jelas Aurora panjang lebar dengan menyalin jawaban Ansel.

Ansel berkedip dua kali sambil menatap wajah Aurora dari samping.

"Yaudah makasii ya udah didoain." Aurora menggigit bibirnya menahan tawa. Sedangkan Bilqis yang mendengarnya mendengus kasar.

"Mau aja dibodohi." gumamnya kemudian kembali membaca novelnya.

"Rora.." panggil Ansel

"Hmm"

"Kata lo tadi.. Yang pelit kuburannya sempit, berarti kuburan lo sempit soalnya lo selalu pelit sama Romeo."

Aurora tersedak air liurnya sendiri, ini..menyakitkan.

Dara tertawa mengejek melihat reaksi Aurora. "Diem deh Sel, gue lagi buru-buru."  Ansel mengangguk kecil takut dimarahi Aurora.

"Rora.."

Aurora menatap tajam Ansel membuat cowok itu menunduk. "Ng-nggak jadi deh Ra,"

Aurora yang gemas sendiri mencubit pipi Ansel, membuat kulit putih Ansel menjadi merah.

"Greget gue lama-lama sama lo." Ansel tersenyum menatap Aurora.

"Nih makasih contekannya,"

"Sama-sama Rora,"

Ansel kembali duduk manis ditempatnya, sesekali melihat teman sekelasnya yang berlarian masuk kelas.

Aurora kembali duduk di samping Dara, menatap punggung Ansel kemudian menghembuskan nafas perlahan.

"Kok dulu kita mau ye sahabatan sama tu bocah," Dara melirik sekilas.

"Maksud lo?" Aurora balik melirik gadis di sampingnya, yang ternyata sedang promosi masker di grup angkatan. "Ya lo inget nggak sih dulu pertama masuk kelas sepuluh, si Ansel mana ada temen. Kek bocah TK gitu, berangkat awal terus duduk manis doang dimejanya."

Dara mengangguk, Ansel memang seperti itu. Padahal cowok itu cukup terkenal walaupun.. Argh entahlah.

***
✈️✈️✈️

Rameiin yaJangan lupa follow<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rameiin ya
Jangan lupa follow<3

Above 30,000 Feet [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang