Ketika kita masih muda, terkadang kita selalu menginginkan apa yang tidak kita miliki, terutama saat kita melihat teman-teman kita. Sesuatu yang bisa membuatmu berpikir, "enaknya, kenapa dia bisa punya ya?" Ya kan?
berharap kamu bisa memiliki semua hal keren yang mereka punya adalah sebuah kebanggaan hati yang tak bisa disangkal. Keinginan memang sudah sepantasnya ada dalam diri manusia, namun percayalah! Keinginan juga bisa berakhir dengan kekecewaan.
Henry Douglas-begitulah nama bocah yang akan menjadi tokoh utama cerpen ini-pun tidak terkecuali. Bocah 10 tahun yang lahir dari pasangan Douglas, dia cukup sering ditemui dari apa yang kamu bayangkan sebagai seorang bocah pinggiran kota, yang kikuk, dan sulit untuk berinteraksi (berteman).
Dia juga termasuk anak yang tidak kompeten kepada orang tuanya, sering merengek dan ngambek sendiri ketika ia merasa ada sesuatu yang salah. meskipun begitu, mereka sebagai orang tua yang membesarkannya tetap mencintainya tanpa syarat.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya, bocah ini juga menginginkan sesuatu yang tak dimilikinya. Sesuatu yang bisa membuat orang lain berpikir bahwa ialah yang terhebat dan bisa berdiri diatas yang lain, dengan kata lain sombong. Tentu bagi orang lain maupun teman-temannya akan merasa direndahkan, karena itulah kebanyakan dari mereka mencoba untuk menjauhi dirinya.
Hidup dengan kesombongan akan membawa dampak negatif baik itu dalam diri Henry maupun orang lain. dan terlepas dari itu semua, orang-orang tak mau mengambil pusing akan dirinya, dia mau dijauhi atau dipuja-puja... terserah. Itu adalah pemikiran orang-orang dangkal. Apa yang dia inginkan tidak selalu akan menjadi yang terbaik bagi dirinya.
🐶🐶🐶
"Henry!" Teriak Ibu Henry, membangunkannya dari tidur demi sesuatu yang seharusnya dilakukan di minggu pagi yang menyenangkan. "Henry! Bangun! Sekarang giliranmu untuk mengajak Stacey keluar!"
"Uhh ... ahh yaa! I'm coming!" Jawab Henry dengan agak terkejut. Tanpa pikir panjang, diraihnya tshirt biru dan langsung memakainya sambil menuruni anak tangga. "Stacey! Come out! It's time for walk."
Tak lama kemudian, Stacey melompat ke ruang tamu, dan duduk tepat di depan Henry, menatap lurus ke arahnya dengan wajah puppy-nya yang menggemaskan dan ekor bergoyang-goyang menggila. Henry hanya terkekeh dan mengeluarkan tali pengikatnya dari laci di dekatnya.
Stacey adalah anjing dari ras golden retriever yang berusia 2 tahun. Dia diadopsi saat masa kecil. Itulah mengapa Henry tak pernah merasa kesepian karena menjadi anak tunggal. Dia menjadi teman baik bagi Henry. Dia lucu, setia, dan selalu ada untuknya."Kamu tahu," Ibunya masuk, "gurumu meneleponku pagi ini. Dia bilang kamu belum menyerahkan PR-mu."
"Oh ... " Gumamnya ketika dia mengikatkan tali ke collar Stacey, dan memikirkan alasan cepat yang bisa ia katakan, "Yah, aku sedikit ... terganggu akhir-akhir ini"
"Ini tidak seperti kamu yang biasanya," ibunya meluruskan, "Kamu hampir tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumahmu."
"Maaf," Jawab Henry, hanya ingin agar percakapannya berakhir, "Aku akan berusaha melakukan yang lebih baik."
"Kamu tidak perlu meminta maaf padaku," Ibunya berkata dengan tegas, "kaulah yang harus mengulang kelas 4 jika kamu gagal di kelas itu."
"Kau tidak perlu mengingatkanku," Bentak Henry setelah selesai mengait collar Lucy.
"Henry!" Tegur Ibunya, "Kamu tahu kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu di sekolah, kamu selalu ingin bicara dengan ibu kan?"
"Ya, Ibu," jawabnya agak kesal, "semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir."Henry berbaring di sofa dengan giginya yang menggeletuk, dan ibunya bisa tahu kalau ada sesuatu diwajahnya. Henry banyak menyimpan rahasianya sendiri. Banyak anak lain yang setidaknya akan datang ke keluarga mereka untuk meminta nasihat, atau menghibur ketika mereka merasa sedih. Dalam kasus Henry, dia jarang. Jika pernah, datang kepada orang tuanya tentang apa pun, bahkan ketika mereka tahu, tentu akan ada sesuatu yang mengganggunya dan itu pasti takkan ia bicarakan lagi.
Tetapi ibunya tahu bahwa memaksanya lebih jauh tidaklah bagus, jadi dia memeluknya dan berkata, "baiklah. Hati-hati di jalan."
"Kita tinggal di pinggiran kota, loh bu. Ini agak memalukan, aku sudah besar." Jawab Henry.
"Aku tahu ...," gumamnya, "tapi kau tahu betapa aku mengkhawatirkanmu."
"Aku tahu ibu," katanya, balas memeluk, "aku akan baik-baik saja." Begitu mereka melepaskannya, Henry membawa Stacey keluar.
"Katakan pada ayah; Pancake dengan bola krim di atasnya!" Dia memanggil kembali, sebelum menutup pintu dan menuju keluar.
🐶🐶🐶
