||1.1||

22 4 5
                                    

Di hari minggu pagi menuju siang ini, Pati sudah bersiap-siap, ia akan pergi ke tempat persembunyian mereka untuk merayakan masa akhir dari SMA. Oh iya, foto-foto mereka saat penamatan kemarin akan datang hari ini, mereka memesan sebuah bingkai besar yang berisi foto-foto mereka bertiga. Aaaa nggak sabar, batinnya senang senyum-senyum sendiri.

Pati POV

Loh, tadi ponselku disini, didalam tas, beneran, tadi masih berada disini, jelas-jelas tepat didalam tasku. Aku ingat-ingat lagi kapan terakhir aku simpan. Ah nggak tahu, malas ingat.

"Maaaa," panggilku berteriak dari kamar.

"Maaaa, lihat ponsel Pati gak??," cuman mama yang bisa ku tanya, dia memiliki mata yang ajaib, dia mudah sekali menemukan barang yang hilang, bahkan anting-anting ku yang hilang diatas meja rias, dapat dia temukan dalam sekejap mata di meja rias ku kembali, padahal waktu itu jelas-jelas aku mencarinya dari ujung ke ujung. Apa dia punya semacam kekuatan yang dapat mengembalikan barang yang hilang jadi kembali?, lupakan pikiran ngawurku.

"MAAAAA!!!," panggilku sekali lagi dengan suara yang naik 1 oktaf.

*blam!!*

"Apaan sih kamu!!," pekikan mama yang masih dalam keadaan handuk melilit ditubuhnya membanting pintu dengan keras dan kasar. Aku terlonjak kaget. Astaga.

"A-anu itu mah, ponselku hilang, tadi ada didalam tasku, eh tiba-tiba kok bisa hilang, udah aku cari ke mana-mana, loh kok gak ketemu, apa ponselku dicuri yah ma?," jelasku dengan volume suara yang mengecil.

"Sembarangan kalo ngomong, anak ini bener-bener, kamu nyari dong pake mata kamu!!," dia mulai mencari ponselku di sekitaran kamarku, dia mulai mencarinya di sofa, kemudian meja riasku, rak-rakku, dan akhirnya dia benar-benar menemukannya, tepat dibawah bantalku. Sumpah mamaku harus jadi detective, dia sepertinya sudah pasti akan langsung di-add.

"Kamu sih, kalo nyari tuh pake mata, jangan cuman nyari disatu tempat," dia menyerahkan ponsel ketanganku, mama mulai beranjak keluar dari kamarku dengan wajah yang sudah kesal karena diganggu waktunya. Aku hanya menampilkan cengiran bodohku.

Okay waktunya pergi ke TKP, sebelum itu aku ke kamar mamaku yang tepat berada disamping kamarku. Dia sedang menjalankan routine skincare nya, ku cium pipinya untuk pamit pergi. Aku cepat-cepat beranjak dari sana, aku tahu apa yang sebentar lagi terjadi, satu-satunya hal yang kubenci dari mama adalah pekikan cemprengnya itu, emosinya sebentar lagi meledak. Aku tahu itu.

"PATIII!???, astagaaaaa anak itu, skincare mama udah terkontaminasi, awas saja kamu yaaa!!" Tuhkan, untungnya aku sudah keluar dari kamarnya dan bergegas keluar dari rumah sebelum dia tambah mengamuk, suaranya sangat menggelegar disetiap sudut rumah, sampai-sampai suaranya masih bisa terdengar saat aku sudah keluar dari rumah.

Kulihat mobil Haekal sudah berada didepan gerbangku, aku selalu nebeng mobilnya, toh dia juga tidak keberatan. Aku belum bisa ngendarain mobil, belum punya SIM, Haekal adalah sopirku yang merangkap jadi sahabat, maaf.

"Kok lo lama amat sih?? Lumutan gue lama-lama," Haekal mengomel saat aku mulai menempelkan tubuhku di kursi depan sambil memasang seatbelt disampingnya.

"hah..maaf yee, Biasa si mace, ponsel gue tadi ilang, Hah capek gue...hah...capek lari dari amukan bu presdir," jawabku dengan berngos-ngosan, capek. Haekal hanya geleng-geleng kepala dengan muka datar, dia mulai menjalankan mobilnya keluar dari komplek rumahku.

Aku menyandarkan tubuhku di kursi mobil sambil menyalakan ponselku melihat-lihat snapgram terbaru, lalu beralih membuka chat grub Whatsapp yang isinya random semua, habis itu bermain game hanya beberapa menit. Tapi rasa bosan melandaku

Just A Friend To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang