Satu

14 4 0
                                    

[Flashback On]

Keyra berhenti berlari. "Lian Pradiptaaa ... kamu nyebelin banget sih jadi orang." Peluh membanjiri wajahnya yang tertekuk, menandakan dia sedang marah.

Melihat gadis yang mengejarnya berhenti berlari, Lian ikut menghentikan larinya. Senyumnya mengembang saat melihat wajah gadis itu. "Ngambek nih?"

"Nyebelin!!!" Keyra melipat tangan di depan dada dan membuang muka.

Tingkah Keyra yang kekanakan terlihat begitu lucu di mata Lian. "Hahaha." Lian menghampiri Keyra. "Nyebelin-nyebelin gini, tapi kamu sayang, kan?" goda Lian.

"Nggak nyambung banget. Sini balikin kalung aku, Lian!" perintah Keyra dengan wajah yang semakin tertekuk.

"Key, kalung ini aku kasih ke kamu udah lama banget, lho. Masih ada aja deh, Key," ujar Lian melihat kalung berliontin bulan sabit di tangannya.

Keyra mengambil kalung itu dari tangan Lian kemudian mengangkatnya di depan wajahnya. "Kalo dikasih sesuatu sama seseorang itu harus dijaga dengan baik, kan?"

"Oh ... iya, bener banget. Apalagi, yang kasih orang keren kaya aku ya, Key?" Lian menaik-turunkan alisnya menggoda Keyra.

Keyra memutar kedua bola matanya. "Ck. Kumat, deh."

[Flashback Off]

"Key."

"Eh?" kaget Keyra. "Ya ampun, Bunda, ngagetin aja." Keyra mengelus-elus dada, jantungnya berdegup kencang karena terkejut.

Bella masuk ke kamar anaknya dan berkacak pinggang tepat di depan Keyra. "Bunda sudah berkali-kali panggil kamu dari bawah, Key."

"Serius, Bun? Key nggak denger suara Bunda."

"Makanya, jangan suka melamun, Key."

"Hehehe, iya Bundaku yang cantik, maaf yaaa."

"Kamu baru tahu, Key, kalau Bunda cantik?"

"Hm, Bunda, mulai deh."

"Hahaha. Ayo turun, Key. Batari udah ngamuk-ngamuk nungguin kamu."

"Dasar anak Bunda yang itu. Tukang ngamuk." Keyra berjalan keluar kamar. Bella hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataan anak sulungnya itu, kemudian mengikuti langkah Keyra.

Saat Keyra melangkahkan kaki di anak tangga terakhir, teriakan adiknya dari ruang makan masuk ke pendengarannya. "Aduhhh, kak Key, lama banget sih. Nggak tahu ya, aku sama ayah udah laper?"

Keyra memutar kedua bola matanya. "Ck. Itu, Papah, biasa aja. Emang dasar kamu aja yang lebay."

"Ish, Kak Key–"

"Sudah-sudah. Ini makanannya bisa dingin kalau kalian bertengker terus," potong Bram ─ papah Keyra.

"Ayo cepat duduk, Key," ujar Bella.

Keyra mengangguk dan segera duduk di kursinya. Makan malam berjalan dengan tenang, hanya suara sendok beradu garpu saja yang terdengar, sampai Bram mengeluarkan suaranya. "Bagaimana kegiatan kalian di sekolah?"

"Lancar, Pah," jawab Keyra.

"Tenang, Yah, aman terkendali," jawab Batari dengan mengangkat jari jempol dan telunjuk membentuk huruf O.

Bram menganggukan kepalanya. "Bagus kalau begitu."

Setelah makan malam selesai, Keyra dan Batari menuju kamarnya masing-masing. "Kak, besok pagi sebelum ke kelas, temenin aku ke koperasi, ya?" ujar Batari saat menaiki tangga.

"Mau ngapain?"

"Beli spidol papan tulis. Tadi lupa nggak beli," jawab Batari sambil nyengir lebar.

"Males, ah."

"Ayo dong, Kak. Kak Key, udah cantik, baik, tidak sombong, rajin menabung, suka menolong lagi,"

"Kalau ada maunya aja, muji-muji," sindir Keyra.

"Hehehe, mau, ya? Ya? Ya?"

"Hm."

"Apa? Nggak denger," goda Batari, mendekatkan tangannya ke arah telinga.

"Iyaaa!!!" kesal Keyra.

"Hahaha, makasih, Kakakku sayang," ucap Batari merangkul bahu Keyra.

^-^

Keyra dan Batari sedang dalam perjalanan menuju sekolah, mereka ada di sekolah yang sama, yaitu SMA Bumi Bangsa. Namun, yang membedakan adalah kelasnya. Keyra berada dikelas XII IPS 2, sedangkan Batari berada di kelas X IPA 1.

Sesuai janjinya kemarin, Keyra harus menemani adiknya itu ke koperasi sekolah, padahal dia sangat malas. Tapi kalau dia menolak, Batari pasti langsung mengeluarkan jurus bawelnya yang menurutnya sangat menyebalkan. Adiknya itu akan terus berbicara hingga membuatnya pusing dan pada akhirnya akan mengiyakan perkataannya.

Jam menunjukkan pukul 06.15. Keyra dan Batari menyusuri koridor yang sepi, hanya ada beberapa siswa yang lalu-lalang di koridor pada waktu yang terbilang sangat pagi itu. Koperasi sekolah berada tepat di sebelah kantin, jaraknya cukup jauh dari gerbang karena berada di bagian paling belakang sekolah.

Saat Batari ingin membuka pintu koperasi, seorang siswa laki-laki dengan banyak barang di tangannya sudah lebih dulu membukanya. Tapi, dia tidak melihat Batari di depan pintu sehingga dia menabrak batari dan menyebabkan semua barang di tangannya jatuh berserakan. Refleks Keyra dan Batari memunguti barang-barang itu dan memberikannya kembali pada sang pemilik di depannya. Tapi, siswa laki-laki itu langsung pergi begitu saja, tanpa mengucapkan terima kasih karena sudah ditolong atau sekedar minta maaf karena sudah menabrak Batari.

Belagu. Batin Keyra.

"Itu cowok nggak merasa bersalah sama sekali gitu?" tanya Batari lebih kepada dirinya sendiri.

"Udah, biarin aja. Cepet sana masuk, Kakak tunggu di sini."

"Huh. Ok, tunggu bentar, ya, Kak." Batari masuk ke dalam koperasi dengan dongkol.

Keyra memperhatikan sekeliling, ada beberapa siswa yang datang ke kantin sekedar mengisi perut yang kosong. Saat menunduk, dia melihat selembar uang berwarna merah tepat di depan pintu koperasi, kemudian dia memungutnya.

Kayanya, uang cowok tadi jatuh. Batinnya.

Keyra memutar kepala, melihat sekeliling lagi, berharap menemukan siswa laki-laki yang jatuh di hadapannya tadi. Tapi nihil, batang hidungnya sudah tidak ada disekitar sana. Akhirnya dia memasukkan uang itu ke saku, berniat mengembalikannya nanti.

Tentang KeyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang