BAB III

3 0 0
                                    

Akhir nya dihari yang sudah ditentukan Samudira berangkat menggunakan ikan terbang yang ia tunggangi menuju gunung berapi yang sudah di tentukan oleh Buana.Tanpa basa basi diawal pertemuan Buana mengawali pembicaraan mereka dengan permintaan maaf dengan nada yang sedikit mengejek berharap emosi pada Samudira terpancing "Hey kawan lama ku yang berusa menjaga kehormatan perjanjian suci dengan cara membunuh nelayan tak berdosa" Samudira tersenyum dan membalas perkataan Buana tersebut dengan nada yang sangat santai "Hahahaha.maafkan aku Buana,aku benar benar tidak bermaksud membunuh para nelayan tersebut,aku hanya ingin engkau dan para pengikutmu tidak terus terusan termakan hasutan nafsu dan tak kehilangan lebih banyak huruf di mesin ketikmu dan pengikutmu,yang aku inginkan adalah kehidupan yang aman dan damai seperti dahulu kala Buana,dikala kita hidup tanpa ada dendam,amarah dan kebencian walau harus menjadikan beberapa nelayan tak berdosa sebagai alarm pengingat".Sebenarnya perkataan Samudira ini merupakan isi hati kecil nya dikala ia memberikan tanggapan saat pertemuan terakhirnya dengan Buana kala itu disaat para manusia belum di beri mesin ketik oleh Buana.

Jawaban dari Samudira membuat Buana terdiam sejenak dan berfikir,karena Buana tak kunjung menuturkan kalimat apapun,Samudira pun akhirnya berkata kembali "Aku tahu Buana," Baru saja Samudira hendak membuka kalimat baru,Buana memutuskan untuk menyelak perkataan Samudira "AKU TAHU TADI KATAMU??? Apa yang engkau ketahui tentang kondisi diriku,kau tak pernah mengerti betapa sulitnya hidupku ku apa,kau tak pernah mengerti tujuan dan gagasan ku,semua nya kau anggap candaan semata" Buana berkata dengan nada yang tinggi.Samudira secara spontan langsung tertawa lebar, "Hey bodoh! apa yang lucu dariku? Berani berani nya engkau menertawakan diriku" ujar Buana dengan gerak-gerik kebingungan dan nada bicara yang menandakan bahwa ia tersinggung.Tawa Samudira semakin lebar,Buana semakin kebingungan "Hey berapa lama aku mengenalmu idiot?" ujar Samudira sembari menenangkan diri dari tawa lepasnya tadi. "Hampir seribu tahun? Mungkin?" ujar Buana dengan polos."Nahh,jika aku sudah mengenalmu selama itu apakah mungkin aku tak mengenal dirimu? Gagasan-gagasan bodoh mu,resiko jika aku menyutujui nya,semua itu sudah aku pikirkan,Buana!" Buana terdiam membisu "Yang ku pedulikan bukan hanya untuk masa kini namun juga untuk kedepan nya,aku sama dengan mu Buana aku benci sepi,benci amarah,benci keeogoisan,benci kehidupan, aku benci semua hal yang tidak mengenakan,namun disitu aku juga harus belajar tetap mencintai semua hal yang aku benci dan ku ambil manfaat nya demi menghindari sebuah yang aku benci semakin besar" kini nada Samudira yang beralih menjadi tinggi,tubuh nya menjadi lebih tegak dari sebelum nya suara nya terdengar lebih berwibawa dan tegas.Keadaan seketika menjadi hening,semua yang ada disana seketika menyadari dan mencerna makna tersirat yang dikatakan Samudira tadi,tangan Buana dengan tanggap memberikan isyarat khusus kepada para pengikut nya untuk mengagalkan rencana buruk yang sebelum nya telah di susun

Matahari sudah mulai menyelam ke laut dan bulan seperti sudah tidak sabar untuk menampilkan cahaya manis nya untuk menerangi gelap nya malam,waktu sudah menunjukan puku 6 sore,kehadiran sosok Samudira membuat Buana dan beberapa penghuni daratan kembali tersadar dan kembali menemukan huruf-huruf yang hilang satu persatu.Namun sayang nya ada beberapa pengikut Buana yang bisa dibilang nakal dan tidak patuh, yang mana mereka sendiri adalah kerabat dekat nelayan yang di tenggelamkan Samudira tempo hari lalu,mereka meyimpan dendam tersendiri yang mana diri mereka sudah dikuasai oleh nafsu dan diperkirakan huruf huruf dalam mesin ketik mereka seperti nya sudah hilang atau hanya menyisakan beberapa,semua itu menjadi dukungan dan motivasi tersendiri bagi mereka untuk tetap menjalankan niat buruk yang mana sebenarnya sudah dibatalkan.Menurut mereka rencana buruk Buana sebelumnya merupakan kesempatan indah dan terbaik untuk melampiaskan nafsu mereka untuk membalaskan dendamnya kepada Samudira.Mereka melakukan niatan tersebut tanpa memikirkan resiko dan nasib bagi daratan itu sendiri,dan benar saja,nasi sudah menjadi bubur sekolompok suruhan Buana itu sama sekali tidak menghiraukan perintah atasan nya tetap melakukan rencana buruk nya

RemingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang