"Duh seriusan nih? Gw harus ke kamar Kak Jungkook?—" Gumam Dahyun."—Ya udah lah, daripada nanti gw pulangnya kesorean," lanjut Dahyun.
Dahyun pergi meninggalkan Sinbe yang masih berkutat di dalam kamar mandi. Melangkahkan kedua kakinya menaiki satu persatu anak tangga. Sebetulnya jantung Dahyun berdegup dengan cepat, untungnya suara degupan itu tidak terlalu terdengar.
Sampainya ia di anak terakhir, menghirup oksigen yang banyak lalu dihembuskan. Entah kenapa Dahyun merasa suasana saat ini terasa tegang, padahal hanya sebatas untuk mengetuk pintu kamar - lalu meminta bantuan - lalu pulang, as simple like that.
Oke rilex yun, ini cuman hal sepele lu pasti bisa, dalam hati Dahyun.Baru saja Dahyun ingin mengetuk pintu itu, dari dalam kamar sudah ada yang membuka pintu kamar tersebut. Sontak kedua kelopak mata Dahyun langsung melebar melihat sang empu kamar ada di hadapannya.
Hmm—kok kaya dejavu, pikir Dahyun.Sebelum Dahyun akan menelusuri kapan dejavu ini terjadi di dalam otaknya, Jungkook duluan menginterupsi Dahyun.
"Hmm? Kenapa?" tanya Jungkook dengan satu alis yang dinaikkan.
Duar!
Jantung Dahyun berdegup cepat kembali. Bayangkan saja, pria memakai kaos hitam polis dengan celana jeans hitam yang—err.. agak ketat ditambah dengan suaranya yang deep voice. Waahh damage-nya bukan main.
"E-eh anu Kak.. Pintu depannya dikunci. Saya mau pulang jadi nggak bisa keluar—"
"T-tadi kata Sinbe saya disuruh ke kamar Kakak buat minta tolong bukain pintunya," tutur Dahyun yang agak gugup.
"Oh.. iya, kuncinya emang ada di saya. Kamu mau pulang kan? Ya udah ayo," ucap Jungkook sambil melangkah menuju pintu depan.
Hah? Ayo? Maksudnya ayo ke pintu depan kan?, heran Dahyun.
Dahyun pun mengekori Jungkook yang menuju pintu depan.
Cklek.. Cklek..
Kunci pintu pun terbuka. Dahyun menghelas napas karena ia merasa lega.
"Makasih ya Kak," sopan Dahyun sambil membungkukkan badannya.
Belum satu langkah yang didapati Dahyun, pergelangan tangannya ditahan oleh Jungkook. Tentu Dahyun bingung, kenapa dicegat? Barang gw ada yang ketinggalan kah?, pikirnya.
"Kamu katanya mau pulang kan?" Tanya Jungkook dengan tangan yang masih setia menahan pergelangan tangan Dahyun.
"Eh? Iya Kak, saya mau pulang. Emang kenapa Kak? Barang saya ada yang ketinggalan ya?" Bingung Dahyun dengan mata yang sembari melihat ke arah tangannya yang masih dipegang oleh Jungkook.
Jungkook mengikuti arah pandang Dahyun, lalu tersadar apa maksud Dahyun. Sontak ia langsung menarik tangannya kembali.
"Eh iya maaf, Kamu ikut saya naik mobil aja. Sekalian saya mau pergi beli makan," ajak Jungkook sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Waduh, kacau pikiran Dahyun.
"Enggak usah Kak. Lagian rumah saya deket kok, kan sebelahan sama rumah ini," tolak Dahyun.
Jedar!
Suara gemuruh petir mengalihkan atensi mereka berdua. Memang sedari tadi langit terlihat mendung seperti akan turun hujan.
Dahyun berpikir, mungkin saja ia akan kehujanan apabila ia berjalan kaki menuju rumahnya. Apalagi dengan jarak dari rumah ke rumah yang lumayan jauh, tentu saja akan memakan waktu yang lama. Ia berpikir, apakah tawaran dari pria itu masih berlaku?

KAMU SEDANG MEMBACA
[Wheel]
Fanfiction{HIATUS} [The path of life is not always smooth without obstacles. There must be challenges after challenges that must be overcome, joy, sorrow, to the pain of suffering.] Kamu tau? Gimana rasanya setiap tahun selalu disukai oleh 3 orang berturut-tu...