;Bagian 4

142 37 20
                                    


Dahyun bangun dari tidurnya, lalu melirik ke arah jam dinding yang telah menunjukkan jam sembilan pagi. Ia mengucek-ucek kedua matanya, dengan tujuan agar kantuknya hilang. Kalau hari libur, Dahyun memang sering bangun siang, toh wajar saja ini weekend bukan weekday.

Bukan Dahyun namanya jika bangun tidur langsung pergi mandi. Dahyun memilih untuk keluar kamar dan turun menuju ruang makan—tentu urusan perut lebih penting dan menjadi prioritas bagi Dahyun. Kebetulan seluruh anggota keluarganya sudah berada di ruang makan—lebih tepatnya di meja makan, mereka mungkin menunggu putri kesayangannya ini.

Ditariknya salah satu kursi untuk ia duduk, Dahyun duduk di antara kakak dan adiknya—A Seokjin dan Haje. Mereka bertiga duduk dihadapan kedua orang tuanya. Makanan sudah siap tersaji di hadapan mereka. Mulai menyantap makanan, lalu Dahyun teringat sesuatu.

"Oh iya Yah, Bu. Nanti Dahyun sama Sinbe mau pergi ke Gramed. Boleh nggak?," tanya Dahyun.

"Emang kamu mau beli apa Yun?," tanya balik Sang Ayah.

"Mau beli buat sekolah nanti Yah. Nanti aku minta anter Pak Tata kok, boleh kan?," tanya Dahyun dengan mata yang penuh harap.

"Iya boleh Yun, tapi nanti disana hati-hati ya... Black card yang waktu itu masih ada di kamu kan?," ujar Ibu Dahyun.

Dahyun menganggukkan kepalanya sebagai balasan untuk pertanyaan Ibunya itu.

"Oh? Teh Yun mau ke Gramed yang biasa itu kan?," ucap Haje tiba-tiba yang sedaritadi hanya menyimak.

Dahyun menolehkan kepalanya ke arah Sang Adik lalu menaikkan satu alisnya dengan arti memangnya kenapa?

"Aku mau nitip kopi di Starbaks dong. Americano sama Greentea Latte ya Teh. A Seokjin mau nitip juga nggak A?," sahut Haje.

"Boleh deh, Aa nitip Melon Yoghurt Frappe ya Yun." sambung A Seokjin.

Dahyun yang mendengar penuturan Kakak-Adik itu langsung mendengus sebal. Bukan karena ia tidak mau mengabulkan permintaan mereka, tapi ia hanya malas jika harus mampir kesana kemari. Tapi jika untuk Adiknya, ia rela melakukan apa saja demi melihatnya bahagia—tidak berlaku untuk hal-hal yang berbahaya. Dan juga kemarin malam, Haje sudah mentraktirnya, jadi ia harus membalas budi atau bisa dibilang timbal balik. Perlu diingat, di dunia ini tidak ada yang gratis.

Karena sarapan pagi sudah selesai, Dahyun langsung menuju kamarnya untuk mengambil beberapa pakaian yang akan ia gunakan nanti. Kamar mandi dan kamar tidur terpisah, tiap lantai hanya memiliki satu kamar mandi. Kadang Seokjin, Dahyun, dan Haje suka berdebat mempermasalahkan tentang siapa yang akan duluan memakai bilik mandi. Untungnya hari ini hari libur, tidak akan terjadi baku hantam.

Selesai Dahyun berkutat di kamar mandi, ia langsung pergi menuju meja rias yang ada di kamarnya. Mengaplikasikan morning skincare-nya, tidak perlu memakai make up yang berat, ia hanya perlu menggunakan sunscreen dan lip tint secukupnya.

Ia beranjak mengambil slingbag-nya dan memasukkan beberapa barang seperti dompet, roti jepang, powerbank. Kemarin Dahyun lupa tidak memberitahu Sinbe pukul berapa mereka akan berangkat menuju Gramed, jadi Dahyun berinisiatif untuk menelpon Sinbe.

"Dengan siapa dimana?," lagak Sinbe.

Huftt mulai lagi ni orang, "Dengan Dahyun disini," ucap Dahyun dengan suara yang teramat lembut.

"Ohh, dengan Mba Dahyun ya? Passw—" belum selesai Sinbe berbicara, Dahyun sudah memotong duluan kalimat Sinbe.

"Passwordnya lo udah mandi belum, kalau udah gw bakalan jemput lo sekarang. Tapi kalau lo belum mandi, lima menit lo harus udah selesai biar gw sampai rumah lo nggak perlu nunggu-nunggu lagi," jelas Dahyun seperti orang yang sedang melakukan rap.

[Wheel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang