Budidayakan vote dulu🐵🐵🐵
Langkahnya memelan sembari memegangi tas selempang, ekor mata gadis itu melirik sekilas kearah orang-orang tak jauh darinya. Sedang nge-gibah ternyata, tapi kenapa mata-mata mereka melirik tak suka kearahnya? Sepertinya penampilannya saat ini tidak aneh. Masih seperti dulu, dan tidak ada yang terlalu berubah.
"Lihat deh, mukanya banyak koreng," bisik salah satu dari mereka, terdengar oleh Mentari.
"Kasian, padahal dulu selalu jadi bahan rebutan laki-laki. Sekarang, mana mau mereka sama dia," timpal lainnya.
"Berbulan-bulan nggak masuk, mukanya udah hancur aja, mirip alien."
Tidak! Mentari tidak bisa mendiamkan mulut-mulut kurang asupan pagi seperti mereka. Mentang-mentang wajahnya sekarang masih banyak bekas luka dan jahitan, bukan berarti mereka seenaknya menghina wajahnya.
Mentari melipat lengan kaosnya, mendekat kearah mereka. "Lo bertiga tadi bilang apa? Coba ulangin, gue nggak ngerti!"
Gadis berambut pirang itu maju selangkah, melipat kedua tangannya di dada. "Muka lo mirip alien!"
"Oh, pantes gue nggak ngerti. Ternyata lo semua pakai bahasa binatang!" Mentari memasukan jarinya ke telinga, seolah-olah telinganya bermasalah.
"Kurang ajar!" umpat temannya di belakang. Maju mendekat, langsung menampar pipi Mentari yang membuat gadis itu tersulut emosi.
"Lo!" tunjuk Mentari sambil memegang pipinya. "Bismillah..." Mentari langsung menjambak rambut gadis itu, hingga membuat kedua temannya ikut menyerang.
"Curang lo bertiga! Beraninya keroyokan!" marah Mentari.
"Awas, biar gue yang maju!" ucap gadis itu, langsung menjambak rambut Mentari.
Tangan Mentari dengan cepat ikut menjambak, sebelah tangannya menahan tangan lawan dari kepala. Keduanya tumbang di lantai, bergulat dengan kedua kaki ikut menendang satu sama lain.
Semua orang mulai berkumpul, ada yang merelai, ada pula yang hanya diam sambil mem-video, kan.
"Woy, stop!!" teriakan melengking itu tak lain adalah Serly. Sudah ikut turun tangan, tapi lagi-lagi gagal. Malah ia yang jadi sasaran mereka.
"Astaga, ini anak baru masuk udah cari gara-gara aja!" sunggut Serly heran, sembari membenari rambutnya yang ikut di jambak. "Harus gue lapor nih!"
Serly berlari tak tentu arah, ia bingung hendak melaporkan kepada dosen mana. Langkahnya terhenti, melihat salah satu dosen favoritnya yang tak lain adalah Angkasa. Pria itu sedang berjalan menaiki anak tangga, dengan cepat Serly berlari hendak meminta tolong.
"Pak Angkasa!" Serly kembali berlari ke arahnya, menaiki anak tangga. "Pak Angkasa!"
Langkah pria itu terhenti, menoleh kearah belakang. "Ada apa?"
"Itu, Pak... Huh, huh..." Badannya sedikit membungkuk, mengatur nafasnya dulu. "Itu Tari, Pak.."
"Tari? Kenapa dia?" Angkasa bertanya heran. Mulai tidak enak di pikirannya, takut terjadi sesuatu apa lagi Mentari baru saja masuk kampus.
"Tari ribut, Pak. Dia, dia di keroyok!" adu Serly. Tentu saja Angkasa di buat panik.
"Di mana dia sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Lecturer [Tamat]
Teen FictionYoung Married _________________________________ "Pak Angkasa, jangan macem-macem ya! Saya bisa loh, laporin Bapak ke polisi sekarang juga!" -Mentari. "Emang kenapa kalau saya macem-macem sama istri sendiri? Apa itu melanggar hukum negara?" -Angkasa...