7.

527 67 4
                                    


"Udah capek belom?" Tanya Hoshi, gua menggelengkan kepala gua.

Sesuai rencana beberapa hari lalu, pagi ini Hoshi ngebawa gua buat lari pagi berdua sama dia. Emang gua sama sekali belom ngerasain capek. Keringat yang keluar juga masih sedikit.

"Mau bener-bener ngebakar kalori nggak?" Tanya Hoshi, gua mengangguk.

Hoshi tersenyum dan langsung menggandeng tangan gua. Gua udah hafal sama senyumannya tersebut. Pasti ada hal gila yang mau dia lakuin sekarang. Tapi, masalahnya kenapa dia harus ngegandeng tangan gua?

Mungkin karna gua nggak terbiasa kalo tangan gua di pegang sama cowok lain selain Farell, makanya gua ngerasa aneh aja. Rasanya kayak nggak ada oksigen di sini.

"Ci! Lu mau ngapain?!"

Gua memukul-mukul lengan Hoshi saat dia mendekat ke satu perempuan yang umurnya kira-kira 40 tahunan sedang duduk. Masalahnya dia bukan perempuan yang waras, dia orang gila.

Rasanya gua pengen banget kabur, tapi tangan gua dipegang erat sama Hoshi. Kalo urusannya sama orang gila, gua beneran takut deh. Tapi, kayaknya Hoshi udah nggak takut sama apa-apa lagi deh.

"Woy!"

Hoshi mendorong pelan tubuh orang gila tersebut dan membuat orang gila tersebut menoleh bingung. Keringat langsung bercucuran di pelipis gua, padahal gua baru lari bentar.

"Gila lo!" Kata Hoshi.

Mungkin orang gila tersebut merasa tersindir sampai dia berdiri dan menatap Hoshi dengan tajam. Gua bisa merasakan genggaman tangan Hoshi yang semakin erat dan senyumannya juga yang semakin lebar.

"Lari!"

Sesuai perintah Hoshi, gua berlari bersamaan dengan Hoshi. Tangan gua masih dipegang erat sama Hoshi, memastikan supaya gua tetap berada di dekatnya. Bisa gua dengan orang gila yang di belakang gua berteriak dan terus mengejar gua dan Hoshi.

Entah apa yang lucu, tapi gua sama Hoshi tertawa keras sambil berlari. Tenaga gua rasanya langsung terkuras banyak karna ketawa sambil berlari di waktu yang sama.

Ini pertama kalinya gua berurusan sama orang gila sampai di kejar-kejar kayak begini. Ini sih namanya bukan lari pagi lagi. Ini simulasi jadi atlet.

"Ci! Gua capek!" Kata gua.

"Bentar lagi."

Gua sempat tersentak saat Hoshi menarik tangan gua ke salah satu tempat yang ada celah kecil yang bisa dijadikan tempat persembunyian. Hoshi dan gua masuk ke dalam sana untuk bersembunyi.

Sampai sekarang tangan gua sama Hoshi masih berpegangan. Saking kecilnya tempat ini, gua bisa mendengar nafas Hoshi yang nggak beraturan.

Hoshi yang di samping gua melirik ke arah gua tersenyum dan mengangkat kedua alisnya. Dia keliatan bangga setelah gangguin orang gila yang nggak ada salah apa-apa sama dia.

"Bengek gue." Kata gua.

"Sshh!"

Mata gua melirik ke luar dan melihat orang gila tadi yang masih ada di sekitar sini. Diam-diam gua menahan tawa gua mengingat saat gua sama Hoshi berlari sekencang-kencangnya saat dikejar orang gila.

Karna tempatnya begitu kecil, gua bisa melihat wajah Hoshi dengan begitu jelas. Tiba-tiba ada rasa kagum yang muncul di benak gua saat melihat rahang tegas milik Hoshi. Dia juga keliatan lucu kalo lagi senyum.

Gua langsung menggeleng-gelengkan kepala gua dan membuang jauh-jauh pikiran itu. Nggak mungkin semudah itu gua jatuh cinta sama orang lain. Baru aja minggu kemaren gua putus sama Farell.

Comfort ; HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang